Walaupun aku sudah berada di apartemenku, aku masih memikirkan tentang Zayn. Mengapa dia begitu rumit? Aku merasa setelah kedatangannya di kehidupanku, aku merasa berubah. Namun anehnya adalah, aku tidak tau hal apa yang berubah dalam diriku.
Pertama-tama dia mengalahkanku pada saat balapan. Aku masih kurang tau jika Zayn adalah orang yang membuatku koma, aku kurang yakin. Maksudku, dia tidak terlalu buruk. Dia tidak mungkin berbuat seperti itu. Tapi siapa yang tau?
Sewaktu memenangkan balapan, dia berarti berhak memerintahku selama satu bulan. Dan ini sudah jalan sekitar hampir setengah bulan. Aku kira dia akan meminta yang macam-macam padaku, tapi nyatanya sampai sekarang tidak ada permintaan yang berarti.
Aku tidak tau apa motifnya sampai-sampai dia menyuruhku untuk lebih sering ke kampus di hari pertama setelah kami bertemu. Aku juga merasa jika Zayn sudah lama mengenalku, mengerti mengenai segala hal tentangku. Dia bahkan bisa menebakku yang sedang menahan sakit perut ketika aku kalah dalam balapan. Ini terlalu aneh.
Kalau dia saja mengenalku sampai seperti itu, mengapa aku sama sekali tidak mengenalnya? Hah, mengenalnya saja tidak. Mana mungkin aku bisa mengerti tentang dirinya?
Namun sejauh ini, aku merasa jika Zayn seperti memiliki masalah. Mungkin bukan masalah kecil, dia pasti mempunyai masalah yang cukup besar. Aku teringat tentang mobil hitam yang ada di lokasi penculikan Bels. Mobil itu datang saat mobil Zayn mulai berjalan, mobil itu seakan-akan seperti sedang memeperhatikan Zayn, memperhatikan reaksinya setelah menghadapi kejadian itu.
Mungkin semua hal yang ditutup-tutupinya dariku akan ku ketahui secara perlahan. Aku harus mengetahuinya. Aku tidak tau mengapa aku merasa harus mengetahui urusannya. Aku hanya merasa dia sudah menjadi bagian yang … penting –uhm, cukup penting dalam hidupku.
Aku membuka pintu kamar untuk berganti pakaian. Sebenarnya aku sangat ingin mandi lagi, tetapi keadaanku sangat tidak memungkinkan saat mengingat luka di lenganku yang belum kering. Mungkin aku akan mandi besok pagi saja. Lagi pula tadi sore aku sudah mandi.
Melepas pakaian dan jeans yang kupakai dengan susah payah, aku pun menggantinya dengan t-shirt yang agak besar dan juga celana pendek. Aku langsung ke kamar mandi untuk sekedar mencuci wajahku.
Ku pandangi wajahku pada kaca yang ada di kamar mandi. Wajahku tidak terlalu buruk walaupun aku merasa sangat lelah untuk hari ini. Aku tidak memakai make-up, dan sepertinya tidak akan pernah. Entahlah, aku hanya tidak nyaman jika memakainya terlalu sering.
Aku menyapukan air di wajahku, dan saat itu juga aku merasakan perih pada sudut bibirku. Ku condongkan tubuhku ke arah kaca, berusaha untuk melihat lebih jelas. Ternyata luka di sudut bibirku cukup menyakitkan dan aku baru merasakannya sekarang. Pantas saja Zayn menanyai tentang luka ini.
Dan saat menanyakan itu, Zayn sangat merusak suasana.
Ehm ... Lupakan pikiranku yang barusan.
Aku kembali memperhatikan wajahku. Dan … Ya tuhan, yang benar saja! Aku baru menyadari bahwa wajahku mengalami memar di sekitar pipi. Ini sangat memalukan. Bagaimana caranya aku bisa ke kampus dengan luka seperti ini? Aku bisa saja menutupinya dengan memakai make-up yang sedikit tebal. Tapi, aku tidak pernah nyaman dengan hal itu.
Menghela nafas, aku pun mempercepat gerakanku yang tadinya berniat untuk mencuci wajah namun terbelokan oleh luka memar sialan ini. Jika aku ingin ke kampus, maka mau tidak mau aku harus memakai make-up atau aku akan dilihat dengan tatapan aneh oleh mahasiswa lain. Walaupun dicap tidak berperilaku baik, aku tidak pernah terlibat perkelahian atau apapun. Aku masih menyadari statusku sebagai perempuan yang tidak bisa berkelahi sembarangan.

KAMU SEDANG MEMBACA
Protect You || Malik [au]
Fanfiction"Ini hanya tentangku yang kau benci. Tentangku yang terlalu takut kehilanganmu. Tentangku yang mencintaimu dan terlalu pengecut untuk mengatakan yang sebenarnya padamu. Tapi, kumohon, jangan lagi mencoba menjauh dariku. Aku hanya ingin kau di sini...