Chapter 5

11K 1.1K 21
                                    

Kutarik nafasku dalam-dalam. Aku sudah berada di atas motor sekarang. Zayn tepat di sampingku, dan di tengah-tengah kami ada Rose yang sedang memegang kain atau bendera –dia tidak akan pernah menggunakan bra-nya untuk hal seperti ini– dia masih memandangku cemas.

Aku menyalakan gas motor bersamaan dengan Zayn, dia juga menyalakan gas motor tersebut. Suasana malam menjadi riuh, penonton bersorak, aku mencibir dalam hati. Bisa-bisanya mereka bahagia sedangkan aku yang main malah kewalahan?

Di pinggir jalan, Harry sedang tersenyum puas dengan tangan di letakan di depan dada dan juga jemari yang menyelipkan sebatang rokok. Benar-benar menyebalkan. Aku sangat tidak nyaman kali ini, keberadaannya dan juga helm merah berat yang ia berikan juga sangat tidak membantu.

Aku memfokuskan pandangan ke arah jalan saat Rose mulai menghitung mundur. Aku harus menang.

“3 … 2 … 1 ... GO!” teriaknya.

Bersamaan dengan kata ‘go’ aku langsung melesatkan motorku. Tapi sial, Zayn belum apa-apa sudah mendahuluiku. Aku menggeram dan mencoba untuk lebih berkonsentrasi.  Kunaikan kecepatan yang kupakai, deru angin dan juga suara deruman motor memenuhi indra pendengaranku.

Sorak sorai penonton sudah hilang, aku sudah jauh dari mereka. Tapi, di sini dipasang kamera di setiap jalannya. Jadi, mereka masih bisa melihatnya di sana dengan jelas.

Sampai detik ini, aku masih tidak melihat Zayn. Dia cepat sekali, sungguh. Padahal aku sudah memakai teknik andalanku. Apa karena motornya yang lebih unggul? Ah, tidak juga. Setauku hal seperti itu tidak terlalu mempengaruhi jalannya permainan ini.

Aku sudah sampai di tikungan ketiga, dan aku mulai menangkap pemandangan seseorang yang juga sedang menaiki motor di depanku. Itu pasti Zayn, kentara sekali. Lagi pula, siapa lagi yang mengikuti permainan ini? Hanya aku dan dia bukan?

Angin menerpa tubuhku, rasanya sangat dingin. Hampir membuatku beku. Tapi, tidak. Bukan waktunya untuk beku sekarang. Terebih dengan keadaan yang lumayan gelap seperti ini. Harry benar-benar bodoh. Dia sangat tidak memperhatikan lampu. Oh, aku lupa. Mungkin saja ‘kan dia ‘sengaja’?

Dengan keadaan Zayn yang masih memimpin, mau tidak mau aku harus benar-benar mengambil resiko. Hanya satu cara yang bisa membuatku ada di depannya. Dan cara itu lah yang dulu membuatku kecelakaan. Tapi, siapa peduli?  Mungkin saja yang peduli adalah Bels atau pun Liz. Tapi, saat ini yang kubutuhkan adalah kemenangan.

Aku membulatkan tekadku, dan akhirnya aku tekan tombol tersembunyi yang selama ini hanya kugunakan dalam keadaan genting, walaupun hasilnya tidak cukup baik.

Deru angin makin memekakan telingaku, bersamaan dengan keputuskanku untuk menekan tombol tersebut. Kecepatan motorku bertambah drastis. Sekarang, jarak antara aku dan juga Zayn hanya kurang lebih 1 meter.

Aku mencoba untuk membalapnya dengan menggunakan sisi kanan, tapi dia juga mengikuti gerakanku. Sisi kiri, dia juga mengikutiku.

Sialan. Kalau begini caranya, aku harus sabar menunggu sampai dia lengah. Yeah, jika saja dia benar-benar bisa lengah dalam suasana genting seperti ini.

Tapi, Dewi Fortuna ada di pihakku. Setelah satu menit aku berpikir seperti tadi, Zayn entah kenapa malah sedikit memelankan kecepatan motornya. Dan aku dengan bebas bisa menyalipnya. Aku langsung mendesaah lega saat tahu Zayn cukup jauh di belakangku. Keadaan masih aman.

Kujalankan motor dengan kecepatan yang sama. Dua tikungan lagi, bisikku dalam hati. Semuanya akan selesai. Aku takkan jadi budakknya. Benar bukan? Aku bisa saja dijadikan budak olehnya jika aku kalah. Peraturannya ‘kan jika dia menang maka aku harus menuruti semua permintaannya selama satu bulan. Itu sama saja dengan menjadi budak.

Protect You || Malik [au]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang