Chapter 14

8.9K 940 16
                                        

Setibanya di apartement Zayn yang tepat di sebelah apartementku, kontan aku langsung ternganga kaget. Yeah, sepertinya dia merupakan lelaki yang penuh kejutan.

Seperti sekarang, dia telah membuatku terkejut lagi dengan keadaan apartemennya. Ruangan ini benar-benar rapi, semuanya di letakan pada tempatnya dan tidak ada barang tidak berguna yang tergeletak begitu saja.

Dengan warna ruangan yang maskulin bercorak hitam putih sangatlah cocok dengan sosok sepertinya. Disini, aku juga dapat mencium aromanya. Aroma khasnya yang dapat membuatku …

Ugh, hentikan. Lagi-lagi aku terpesona olehnya. Aku sama sekali tidak boleh terpesona padanya, apalagi tertarik.

Tapi, menolak dia sangatlah sulit Clarr. Kau tau itu, ucap batin kecilku dengan kurang ajar. Sialan memang, kata-kata itu begitu menyebalkan. Tapi, aku sedikit setuju. Menolak seseorang seperti dirinya memang sedikit sulit.

Ralat, sangat sulit Clarr.

Oh, shut up. Kadang hatiku benar-benar tidak sinkron dengan apa yang kupikirkan.

“Apakah kau akan terus berdiri disitu?” suara Zayn lantas menyentakku dari lamunan. Dan seketika aku sadar bahwa sedari tadi aku sedang berdiri mengagumi segala hal yang berkaitan dengannya. Di tambah dengan wajahku yang pasti terlihat sangat idiot.

Good, aku mempermalukan diriku sendiri. Dan lagi-lagi aku merasa sangat bodoh jika sudah berhadapan dengannya.

Nah sekarang, dimana Clarisse Morgan yang di anggap pintar dan selalu bisa menjaga perilakunya? Ku kira dia akan hilang jika sudah bertemu dengan lelaki yang ada di depanku ini.

“Tentu saja tidak” jawabku malas.

“Ikut aku,” ucapnya sambil berjalan membelakangiku sehingga aku tidak dapat melihat ekspresi wajahnya. “Jangan bertanya macam-macam tentang apa yang kau lihat nanti” katanya tajam tapi hanya ku beri anggukan singkat walaupun dia tidak bisa melihatnya.

Zayn membawaku menuju ruang pribadinya. Uhm, kamarnya maksudku. Seperti yang sudah ku prediksikan sebelumnya, jika ruang depan saja sangat rapi pasti di dalam sini lebih rapi.

Dan benar saja, kamarnya sangat rapi! Bahkan lebih rapi dari kamarku. Pantas saja dia mengomentariku yang sangat-sangat tidak rapi, tidak disiplin.

Lupakan, dia memang menyebalkan.

Seperti biasa, Zayn berjalan di depanku. Ketika sampai di dekat ranjang dia lalu berjongkok. Seperti ingin mengambil sesuatu yanga ada di bawah ranjangnya.

Aku hanya duduk di atas kasurnya dengan malas, apa sih yang ingin dia tunjukan? Repot sekali orang ini. Sangat membuang waktuku, padahal aku masih harus menyelesaikan tugas sial-

Pikiranku tentang tugas langsung terpecah begitu melihat apa yang di ambil Zayn dari kolong. Sebuah kardus yang sudah sangat lama. Tetapi terlihat sangat bersih.

Oh, aku lupa. Dia orangnya memang sangat bersih.

Saat dia membukanya, aku kontan langsung ternganga kaget. Kenapa? Kalian tau? Pasti tidak karena aku belum memberi tau.

Oke, begini, aku melihat sesuatu yang ada di luar dugaanku pada kardus itu. Sebuah foto lama seorang laki-laki berumur sekitar 16 tahunan dengan ibu dan ayahnya yang sedang memeluknya.

Lelaki berambut hitam dengan senyum tulusnya, seakan memancarkan kebahagiaan yang sangat…

“Itu kau kan Zayn?” ucapku spontan saat menyadari siapa lelaki remaja yang ada di foto tersebut. Ya Tuhan, bahkan saat muda dia terlihat sangat tampan.

Ekhm, lupakan yang terakhir.

Mendengar pertanyaanku, Zayn menoleh. Dia memandangku dengan tatapan yang tak ku ketahui artinya. Tapi yang jelas, rahangnya sedikit mengeras sekarang.

Oke, sepertinya aku melakukan sesuatu yang salah.

“Sudah kukatakan padamu Clarr. Jangan bertanya macam-macam dengan apa yang kau lihat” ucapnya dengan nada geram. Tiba-tiba saja Zayn mengambil foto itu dan di masukan pada sakunya.

Aku sedikit tercengang, karena bukan hanya foto itu saja. Melainkan karena ada beberapa foto lain yang menurut penglihatan kilatku tadi, memperlihatkan foto keluarga yang bahagia.

Iya, Foto keluarga.

Foto keluarga.

“Jangan pernah bertanya-tanya tentangku” ucapnya tajam yang lagi-lagi menyentakku dari lamunan.

“Aku tidak bertanya-tanya tentangmu. Aku hanya bertanya satu kali. Apasih salahnya jika aku ingin mengetahui asal-usulmu? Rasanya tidak adil jika aku merasa kau mengerti semuanya tentangku tapi aku tidak tau apapun tentangmu” kataku kesal.

“Itu beda” jawabnya mengelak. Aku mendengus, yang benar saja?

“Tidak. Hal itu sama. Aku manusia dan kau juga manusia. Aku berhak mengetahui asal usulmu. Aku ingin mengetahui bahwa kau orang baik atau buruk,” ucapku menggantung. Zayn hanya mendengarkanku dengan tidak peduli. Dia masih mencari-cari sesuatu dari kardus itu.

“Ah ya, aku lupa jika kau bukanlah manusia. Kau pasti seoarang iblis, Uhm, sejenis devil. Dan jika iya, sudah pasti kau orang jahat. Mana ada seorang iblis yang baik? Benar begitu Zayn?” kataku santai.

Tapi, siapa yang tau dengan reaksi Zayn? Dia langsung mendongak ketika aku mengatakan hal itu sambil melihat langit-langit kamarnya. Mencoba bertingkah bahwa aku tadi tidak berkata apapun.

“Pelajari ini. Ini essayku tahun lalu, urutannya sudah benar. Kau harus benar-benar mempelajarinya. Jangan coba-coba untuk menyalin. Pakailah otakmu itu” ucapnya dingin, benar-benar mengacuhkan apa yang baru saja ku katakan.

Aku sedikit membelalak kaget dengan reaksinya apalagi dia malah menyodoriku 5 buah buku hasil jilidan yang pasti halamannya sekitar 200 di setiap bukunya.

Apa-apaan ini? Dia memberiku hasil tugasnya. Menyuruhku untuk mempelajarinya. Dan yang paling mengesalkan adalah dia yang mengacuhkan sindiranku tadi?

Bagaimana bisa? Bagaimana mungkin ada spesies orang seperti dirinya?

“Sekarang, keluarlah. Bawa itu semua” Zayn memberi kelima buku itu tepat di pangkuanku.

Setelah itu dia menggiringku keluar dari apartemennya. Apakah aku diseret-seret dan sebagainya? Jawabnya adalah tidak.

Walaupun sedikit terhina karena di usir, aku tetap keluar dengan sangat senang hati. Aku berkata padanya jika aku akan tetap pergi tanpa perlu di usir olehnya. Dan dia hanya memandangku tajam saat aku menambahkan jika ini adalah kali terakhirku ke apartemennya.

Lagian siapa yang mengajak? Siapa juga yang mengusir? Dasar lelaki aneh. Lalu, apakah bantuan bukunya ini akan benar-benar membantuku? Paling juga tidak, setauku Zayn adalah orang yang ‘sok’ tahu. Dia pasti juga tidak dapat membuat essay dengan benar.

Betul bukan?

________________________________

Sorry, chapter ini nggak penting banget. Iya kan? Maaf ya, wkwk yg penting kan update:3

Jangan lupa tinggalin jejak :)

P.S

Happy Birthday INDONESIA! Datengin 1D secara gratis dong....

17 Agustus 2014

Protect You || Malik [au]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang