Clarisse’s POV
Zayn sialan. Itulah kata-kata yang sedang memenuhi otakku saat ini.
Bagaimana tidak? Sewaktu aku masuk kelas, Zayn berkata bahwa aku harus menunggunya dulu sebelum pulang. Dan setelah menunggu hampir satu jam, tiba-tiba dia mengirimiku pesan bahwa dia ada urusan mendadak sehingga tidak bisa menjemputku.
Satu jam tadi memang ada angkutan umum yang lewat di depan kampus, tapi karena teringat akan ucapan Zayn sebelum masuk kelas, aku memutuskan untuk menunggunya dulu. Aku juga berniat untuk mampir ke toko buku sebelum pulang ke apartemen. Tapi menunggu angkutan umum lain ternyata malah semakin menyita waktuku.
Memang, ini belum terlalu sore. Aku keluar kelas jam setengah tiga sore dan sekarang jam empat sore–waktu terbuang satu jam untuk menunggu Zayn dan setengah jam untuk menunggu angkutan umum . Untungnya, aku sudah berada di dalam angkutan umum sekarang. Sebentar lagi, toko buku yang ku tuju segera sampai.
Dan benar saja, selang beberapa menit toko buku itu pun terlihat, aku menghentikan kendaraan sebelum keluar dan memasuki toko tersebut.
Aku tersenyum kecil saat membuka pintu toko, aroma khas buku langsung tercium oleh indra penciumanku. Sudah lama sekali aku tidak mencium aroma khas buku seperti ini. Bagaimana tidak? Aku bahkan sangat jarang ke perpustakaan kampus, apalagi toko buku seperti ini. Jadi pantas saja jika aku tidak sering merasakannya.
Sebenarnya, buku yang ku butuhkan juga tidak terlalu penting. Buku yang akan ku beli hanyalah untuk pelengkap catatan materiku yang sudah tertinggal banyak karena sering tidak berangkat kuliah, aku bisa saja meminjam catatan kepada Liz lalu mengcopy-nya.
Tapi mengingat pembicaraanku dan Liz tadi pagi membuatku berpikir lebih baik membeli buku saja daripada meminjam. Akan sangat tidak lucu jika kami yang sedang sedikit bertengkar namun tiba-tiba aku mendatangi flat-nya dan berkata “Uhm, Liz. Aku membutuhkan catatanmu untuk melengkapi milikku. Bolehkan aku pinjam? Tolong lupakan dulu perdebatan tadi pagi”
Cukup. Itu sama sekali tidak lucu.
Setelah melangkahkan kaki melewati beberapa rak buku, akhirnya aku menemukan bagian buku yang sedang ku cari. Kali ini aku mencari buku untuk mata pelajaran bisnis dan ekonomi. Entahlah, aku juga tidak mengerti mengapa dulu aku masuk kuliah dengan jurusan ini. Mungkin karena keadaan ekonomiku yang sedang kritis membuatku sangat sensitive akan kata ‘ekonomi’.
Tanpa menunggu waktu lama, aku langsung melihat buku-buku itu sekilas. Sepertinya teman-temanku yang lain memang membeli buku mereka disini, karena buku yang baru saja ku ambil sama persis dengan yang dipunyai mereka. Syukurlah, dengan begini aku bisa cepat pulang dan melihat Bels. Meninggalkannya sendiri di apartemen setelah kejadian kemarin membuatku tidak tenang, aku takut jika Bels terkena apa-apa. Walaupun keamanan apartemen sudah dapat di jamin tapi aku masih saja was-was dengannya.
Melangkahkan kaki ke munuju kasir, aku merasa saku jeansku bergetar. Ku pindahkan buku yang sedang kupengang di lengan kanan ke lengan kiri, aku mengambil ponselku dengan susah payah. Luka di lengan kananku belum sepenuhnya sembuh ternyata.
Belum membuka pesan saja, aku sudah terheran-heran saat melihat pengirim pesan. Niall dan Rose, untuk apa mereka berdua mengirimu pesan?
From : Niall
Maaf mengganggumu Clarr, aku hanya ingin memberitahumu untuk datang ke flat Harry nanti malam. Dia menyuruh semua gerombolannya untuk datang, termasuk kau.
Niall x
From : Rosalline
Kau harus datang ke party mala mini di flat Harry Clarr. Kau tidak ingin tertinggal berita lagi bukan?
KAMU SEDANG MEMBACA
Protect You || Malik [au]
Fiksi Penggemar"Ini hanya tentangku yang kau benci. Tentangku yang terlalu takut kehilanganmu. Tentangku yang mencintaimu dan terlalu pengecut untuk mengatakan yang sebenarnya padamu. Tapi, kumohon, jangan lagi mencoba menjauh dariku. Aku hanya ingin kau di sini...