Chapter 19

8.5K 878 16
                                    

Zayn mendekatkan dirinya pada Clarisse sampai tidak ada jarak lagi di antara mereka. Dia menyentuh pipi Clarisse dengan lembut, dan dengan hati-hati di ciumnya bibir gadis yang sangat di cintainya ini. Ciuman ini bukan karena nafsu, namun karena perasaan. Tapi, bukannya merasa bahagia, Zayn justru merasa hatinya terisis setiap kali dia merasakan bibir manis Clarisse yang sedang di ciumnya.

Zayn teringat tentang semua perilaku Clarisse yang selalu membencinya, perilaku yang menyiratkan bahwa Clarisse tidak senang jika dia berada di dekatnya. Dalam keadaan seperti ini saja Clarisse sudah membencinya, Zayn sama sekali tidak bisa membayangkan jika Clarisse benar-benar mengetahui yang sebenarnya terjadi.

Mengetahui semua kejadian yang ternyata melibatkan dirinya dan juga gadis itu.

Mengingat hal tersebut, membuat Zayn semakin merasa perih. Hal itu selalu menghantuinya selama bertahun tahun, hal yang selalu membuatnya mengurungkan diri untuk mendekati Clarisse dengan perilaku baik. Tanpa sadar, sebuah air mata meluncur turun menuju pipinya. Dan sesegera mungkin, Zayn langsung melepaskan ciumannya pada Clarisse.

Ini tidaklah seperti yang di pikirkannya, dia mengira dengan mencium Clarisse semua masalah yang ada di dalam kepalanya akan segera hilang. Dia mengira dengan apa yang telah di lakukannya selama ini dapat menebus kesalahannya pada Clarisse.

Bahkan, Zayn sudah merasa mendapatkan karma yang paling adil. Dia yang pertamnya hanya berniat menjaga Clarisse, lama kelamaan malah mencintai gadis itu. Mencintai gadis yang sudah jelas sangat membencinya.

Menjauhkan badannya, Zayn kembali mamantapkan pandangan ke arah setir. Sekilas dia menoleh pada Clarisse yang sepertinya masih termangu. Entah, dia juga tidak tau. Yang jelas, Zayn yakin jika Clarisse masih dalam keadaan mabuk dan gadis itu tidak akan mengingat semua ini. Dia juga tidak akan melihat bagaimana tadi seorang Zayn Malik menangis.

**

Aku tidak tau dengan apa yang terjadi padaku tadi malam. Yang jelas, sekarang aku merasakan tubuh ku menjadi kaku dan juga kepala yang sangat pening. Aku bahkan tidak sanggup membuka mata. Namun, dengan kekuatan yang tersisa aku mencoba membuka mataku.

Tapi, sepertinya pilihanku untuk mencoba membuka mata sepertinya salah. Karena, setelah aku sedikit membuka mata aku langsung merasa pusing teramat sangat menjalar di kepalaku. Sungguh, aku benar-benar lupa dengan kejadian tadi malam. Bagaimana bisa aku pulang dengan keadaan pusing seperti ini.

Setelah berhasil mendudukan badanku sendiri, aku langsung memijat kening. Kalian tau? Kepalaku pusing bukan main. Entah apa yang membuatku seperti ini.

Suasana kamar membuatku mengalihkan perhatian dari kepusingan. Ini efek pusing atau apa? Aku merasa ada yang berbeda dengan kamar apartemenku. Kamarku memiliki warna pastel, sedangkan ini lebih bercorak hitam putih.

Kamarku tidak terlalu rapi, sedangkan disini begitu rapi. Tatanannya sangat bagus, tidak ada benda yang berserakan. Dan juga …

Oh, bagaimana bisa aku disini? Ini bukan kamarku! Aku yakin. Ini kamar Zayn. Nah, iya ini adalah kamar dari lelaki itu. Tapi, bagaimana bisa aku berada di sini? Untuk apa aku disini? Dan apa yang telah dia lakukan padaku?!

“Sudah bangun Clarr?” suara khas dari sesorang menyentakku. Sebelum menoleh, aku sudah tau jika itu Zayn. Nah, kebetulan sekali.

“Kenapa aku bisa disini?” tanyaku menuntut. Zayn menghela nafas dia mendekatiku dan duduk tepat di sebelahku. Bukannya menjawab, dia malah mengambil sebuah gelas berisi air putih yang berada di meja dekat tempat tidur dan juga sebuah obat.

“Minum ini” ujarnya sambil meyodorkanku segelas air putih tadi dengan obat yang kuyakini adalah aspirin.

Sebelum bisa menolak, aku kembali merasakan pusing di kepalaku. Kalau sudah begini, mau tidak mau aku harus menerima tawarannya yang tidak terlalu buruk. Ku ambil gelas dan obat itu darinya, dan dalam tiga kali tegukan obat serta segelas air itu sudah masuk kedalam perutku.

Protect You || Malik [au]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang