“Hati-hati kak” Bels memandangku cemas saat aku akan membuka pintu, dia mungkin cukup terkejut dengan apa yang ku beritahukan tadi. Bels berharap dengan kepindahan kami, maka aku tidak akan berhubungan lagi dengan mereka. Tapi, pesan yang dikirimkan oleh Harry benar-benar memusnahkan harapannya itu.
“Iya, nanti aku sepertinya pulang malam. Aktifkan ponselmu, ya” ucapku sambil tersenyum lalu melenggang keluar. Bels langsung menutup pintu saat aku keluar.
Aku berniat memakai mobil saja malam ini, aku tidak ingin ikut balap lagi. Oke, maksudku malam ini aku benar-benar tidak ingin ikut balap walaupun di ikutkan. Masa bodoh dengan kemarahan Harry ataupun Zayn. Mereka tidak berhak mengaturku. Sampai disini saja mereka bisa mengaturku se-enaknya.
Aku menoleh ke arah apartement Zayn yang kebetulan ku lewati, disini aku tidak bisa mendengar apapun dari dalam. Dan kelihatannya juga kosong.
Ku harap dia tidak sedang pergi ke frat Harry, ku harap dia tidak ada di sana. Ya, semoga saja begitu. Terakhir kali aku bertemu dia saat di rumah Harry sangatlah tidak menyenangkan. Aku selalu mendapatkan akhir yang buruk. Seperti balap terakhir contohnya, aku kalah dan yeah karena itu Zayn jadi terus menerus mengganggu kehidupanku.
Tapi, saat aku memasuki kawasan parkir, harapanku mengenai Zayn punah sudah.
“Kau berangkat denganku” ucapnya dingin tanpa memandangku sama sekali. Dia sibuk mengutak-atik mobil sportnya sendiri.
Aku sedikit ternganga sekarang. Apa-apaan ini? Dia bahkan tidak tau aku akan kemana tapi dia malah memaksaku untuk berangkat bersamanya. Dia kira aku tidak mampu ke sana sendirian?
“Cepat masuk. Kau terlambat, tapi Harry tidak akan memarahimu jika tau kau bersamaku” ucapnya dengan nada masih dingin.
Aku tergelak, “Benarkah? Ini masih jam setengah 9 malam. Aku tidak akan terlambat, aku akan sampai tepat waktu” jawabku mengelak.
Zayn tersenyum miring. “Ku rasa jam tanganmu rusak Clarr,” Dia lalu kembali memandangku tajam, “Cepat masuk!” sentaknya.
Zayn langsung masuk ke dalam mobilnya tanpa memedulikannku yang masih terkaget. Dia lagi-lagi memerintahkanku dengan paksa. Tidak hanya itu, dia juga mengatai jam tanganku yang rusak. Apa maksudnya? Dia pikir aku akan selalu menuruti perintahnya?
“Lain kali kalau ku perintah jangan membantah. Turuti saja”
Tapi, seperti yang kalian dengar. Itu adalah suara Zayn, yang berarti aku memang sudah di dalam mobil. Setelah sentakannya tadi, tanpa ku sadari tubuhku langsung berlari secepat mungkin ke sisi mobil dan masuk ke dalamnya. Pikiranku berusaha memberontak, tapi ternyata reflek tubuhku lebih kuat dari apapun.
“Kau tidak berhak memerintahku” ucapku sengit pada Zayn. Dia lalu menoleh, memandangku remeh. “Sepertinya aku perlu mengingatkanmu Clarisse, aku ada di bawah perintahku selama sebulan ini” jawabnya dingin.
Aku terasa seperti beku saat itu juga, ucapannya seakan-akan membuatku terikat. Aku berada di dalam perintahnya selama satu bulan. Dia masih mengingatnya, hadiah konyol itu. Dia masih mengingatnya. Bagaimana bisa? Ku kira dia tidak menghiraukan hal itu. Tapi ternyata …
“Tidak. Aku tidak setuju dengan apa yang di katakan Harry mengenai hadiah konyol itu. Seharusnya aku hanya dapat menuruti kemauanmu satu kali. Hanya satu kali. Bukan sebulan” ucapku kesal.
Zayn terlihat tersenyum miring. “Hanya satu kali?”
“Ya” jawabku mantap. “Kau mau menuruti semua kemauanku, apapun itu. Tapi hanya satu kali?” tanyanya lagi.
Aku hanya mengangguk tidak sabaran. Dan saat itu juga Zayn mengerem mobilnya secara tiba-tiba. Membuatku terjengkang ke depan.
“Apa-apaan Kau!” teriaku kesal. Tapi dia hanya memandangku. Memandangku dari bawah sampai atas, begitu berulang kali. Dan kalian tau? Tatapan itu sangat intens. Saat dia memandang tepat pada mataku, aku terasa beku.

KAMU SEDANG MEMBACA
Protect You || Malik [au]
Fanfic"Ini hanya tentangku yang kau benci. Tentangku yang terlalu takut kehilanganmu. Tentangku yang mencintaimu dan terlalu pengecut untuk mengatakan yang sebenarnya padamu. Tapi, kumohon, jangan lagi mencoba menjauh dariku. Aku hanya ingin kau di sini...