Aku kembali ke apartemen dengan di papah oleh Bels. Ini sungguh aneh, mengingat Bels-lah yang baru saja hampair mati karena di tawan tetapi malah aku yang di papah. Kami bertiga tidak mengatakan apapun dalam perjalanan ke apartemen. Aku diam karena menahan sakit yang belum kunjung sembuh di lengan kananku, Bels diam karena mungkin masih trauma, sedangkan Zayn … entahlah, aku merasa jika dia memang selalu diam.
“Bella, sebaiknya kau masuk dulu. Biar aku yang mengobati Clarisse” ucap Zayn tiba-tiba saat sudah sampai di depan pintu apartemenku.
Bels mengangguk begitu saja, dia menyerahkanku yang sedang di papahnya kepada Zayn. Apa maksudnya ini? Mengapa Bels begitu menurut pada Zayn? Dan mengapa Zayn malah tidak membiarkanku mengobati lukaku sendiri?
“Masuk” ucapnya setelah membukapintu apartemennya sendiri –tepat di samping apartemenku.
Berjalan tertatih-tatih, aku pun mengikutinya berjalan. Dia lalu menyuruhku duduk di sofa sebelum pergi ke dalam untuk mengambil entah apa.
Aku sedikit mengerang saat menggerakan lengan kananku. Asal kalian tau, walaupun sudah terasa sakit dan berdarah, aku sama sekali belum melihat luka lenganku. Dan sepertinya sekaranglah saat yang tepat untuk melihatnya. Ku harap luka itu tidak terlalu parah.
Dengan susah payah, aku pun melepaskan jaket kulit yang ku kenakan. Ku perhatikan bagian lengan yang sobek. Hah, benar saja jika lenganku sangat sakit. Sayatan tadi pasti cukup dalam sampai bisa membuat jaket ini sobek dengan bercak darah di sekitarnya.
Aku memperhatikan lengan kananku sebelum menyentuhnya. Ugh, ini sakit. Darahnya juga belum mengering. Apakah luka seperti ini bisa sembuh begitu saja?
“Kemarilah Clarisse, biar ku obati” ucap Zayn membuatku langsung menoleh padanya.
Dia terlihat sedang menuangkan alkohol pada wadah, dan di sekitarnya juga ada alat-alat pengobatan lain. Aku menuruti ucapannya, berjalan ke arah sofa lain yang sedang di dudukinya.
“Apakah ini bisa sembuh?” ucapku saat Zayn akan memulai membersihkan lukaku.
“Bisa. Kau hanya perlu waktu tiga hari sampai lukanya benar-benar kering. Tapi bekasnya akan hilang sedikit lama” jelasnya membuatku mengangguk. Yeah, tiga hari tidaklah buruk. Soal bekas luka, itu sama sekali tidak masalah. Aku sering memakai jaket dan juga pakaian panjang lainnya sehingga kemungkinan besar bekas luka itu tidak akan terlihat.
“argh” erangku sakit saat Zayn mulai membersihkan lukaku dengan alcohol.
Tanpa ku ketahui, Zayn menghentikan aktivitasnya saat mendengar eranganku barusan.
“Mendekatlah, ini memang sedikit sakit. Lukamu cukup dalam” ujarnya seraya membantuku untuk lebih dekat dengannya.
Aku sedkit menegang saat tangannya menyentuh lengan kiriku yang telanjang. Kalian pasti tau aku mengenakan apa di balik jaket kulitku. Aku hanya memakai kaos tanpa lengan. Dan hal itulah yang membuatku dapat merasakan secara langsung kulitnya yang tadi menyentuhku.
Aku tidak tau dengan apa yang kurasakan. Bukannya merasa sakit karena luka, aku malah merasa beku. Kalian tau apa yang membuatku seperti ini? Ini karena nafas teratur Zayn yang menggelitik telinga dan tengkukku.
Tolong, jangan berpikir macam-macam. Aku hanya merasa … ah entahlah, aku pun tidak tau. Aku bisa benar-benar mati jika terus berada pada posisi ini. Nafasnya sangat dekat dan itu sedikit menggelikan.
Aku menghitung dalam hati, ini sudah lebih dari satu menit. Namun dia masih seperti itu. Apakah dia tidak berbikir bahwa nafasnya saja bisa sangat mengganggu jika posisinya sedekat ini? Di tambah dengan aroma khasnya yang menyerbu indra penciumanku.

KAMU SEDANG MEMBACA
Protect You || Malik [au]
Fanfiction"Ini hanya tentangku yang kau benci. Tentangku yang terlalu takut kehilanganmu. Tentangku yang mencintaimu dan terlalu pengecut untuk mengatakan yang sebenarnya padamu. Tapi, kumohon, jangan lagi mencoba menjauh dariku. Aku hanya ingin kau di sini...