Sorry for typo(s)
__________________________
"Apa?!"
"Eh—tidak. Maksudku—"
"Di mana Harry sekarang?" ucapku menahan emosi.
"Di tempat biasa, bersama kami. Tapi kau tak perlu kemari—"
Aku menutup sambungan telepon begitu mengetahui keberadaan Harry. Persetan dengan alasan mengapa Clarisse pergi. Harry pasti memberitahunya bahwa aku sudah meninggal. Padahal teman brengsek sialan itu sudah tahu bahwa aku yang tak kunjung muncul hanya karena salah satu rencana lain Charlie.
Kembali menghidupkan mobil, aku mulai memutar balik pada jalan yang tadi kulewati. Kalau tidak salah, flat miliknya tidak jauh dari sini. Ini tidak akan membutuhkan waktu lama. Karena aku juga sudah geram ingin menghajarnya. Meskipun sudah berteman cukup lama, terkadang aku sendiri bingung apakah kami berteman baik atau tidak. Si Bresngsek Styles sering sekali meledekku sampai aku sendiri terpancing emosi.
Ia juga orang yang membuat Clarisse mengikuti balap liar. Padahal aku hanya meminta bantuannya untuk menyalurkan uang pada Clarisse lewat pekerjaan. Tapi, lihatlah apa yang ia lakukan. Harry menawarkan balap liar sebagai sarana mencari uang untuk Clarisse. Sedangkan aku sendiri sampai sekarang sudah mati-matian melarangnya ikut balap lagi.
Aku memarkirkan mobil begitu saja, lalu segera bergegas masuk. Suasana di dalam terlihat ramai. Tapi sungguh, sekarang aku sangat tidak peduli dengan hal semacam itu. Ketika masuk ke dalam, aku tidak melihat tanda-tanda keberadaannya.
Sialan. Di mana ia?
Aku mendekati seorang wanita blone yang berada tak jauh dariku. Matanya langsung terbelalak kaget begitu ia melihatku mendekat. Ia memandang gugup ke sekitarnya.
"Marline," ia mendongak gugup. "Di mana Harry?"
"Aku ... aku tidak tahu. Tumben sekali kau datang ke sini lagi, Zayn? Ingin kuambilkan minum? Oh, anggur yang biasa kan? Atau kau ingin duduk bersamaku—"
"Di mana Harry?" ujarku sambil menekan setiap katanya.
Marline tergagap, ia lalu tertawa hambar. "Aku sungguh tidak tahu—"
"Zayn!" suara seorang perempuan lain membuatku menoleh.
Rose berjalan cepat ke arahku, "Ia tidak tahu apa pun tentang Harry."
"Benarkah?" aku memicingkan pada Marline yang langsung membuatnya menunduk. "Kukira akhir-akhir ini ia selalu bersama Harry," lanjutku kembali menatap Rose.
Rose mengangguk, ia lalu menyuruhku mengikutinya.
"Ada sedikit masalah di sini. Marline terlihat aneh akhir-akhir ini dan itu membuat Harry sering meledak-ledak. Jadi, kuharap kau tidak membuat keributan—"
"Tidak membuat keributan?!" aku mendengus. "Kau tahu apa yang ia perbuat dan akibat dari perbuatannya," ujarku dingin.
"Di mana dia?" tambahku ketika Rose tiba-tiba berhenti berjalan.
Ia menunjuk sebuah kamar yang kuketahui sebagai kamar Harry. Kentara sekali gadis ini tak mau membawaku langsung kepadanya.
"Ketuk pintunya. Aku tidak tahu apa yang sedang ia lakukan karena tadi aku melihatnya membawa seorang gadis masuk ke dalam sana—"
"Aku tidak peduli," ujarku memotong ucapannya.
Rose terdengar kembali memperingatiku tapi aku tetap melangkahkan kaki mendekati pintu itu. Masa bodoh dengan apa yang sedang dilakukan orang itu. Aku sudah sering memergokinya sedang bersama seorang gadis tanpa baju sehelai pun.
KAMU SEDANG MEMBACA
Protect You || Malik [au]
Fanfiction"Ini hanya tentangku yang kau benci. Tentangku yang terlalu takut kehilanganmu. Tentangku yang mencintaimu dan terlalu pengecut untuk mengatakan yang sebenarnya padamu. Tapi, kumohon, jangan lagi mencoba menjauh dariku. Aku hanya ingin kau di sini...