Aku meletakan buku yang di beri oleh Zayn, di atas meja yang masih berserakan kertas. Masa bodoh, aku belum ingin mengurusi tugas itu dulu. Yang jelas, sekarang aku harus mandi. Sudah jam 10 pagi sedangkan aku sama sekali belum mandi.
Oh, bagus. Aku menyia-nyiakan satu hariku untuk sebuah tugas yang tidak berguna. Tugas essay yang langsung di cap salah oleh seseorang.
Mengingat itu semua benar-benar membuatku kesal. Bagaimana bisa aku terlihat sebodoh itu?
Membuka semua pakaian yang ku kenakan, aku beranjak ke kamar mandi. Aku hanya ingin berendam sekarang. Hal tadi sudah cukup membuat otakku panas.
Ku langkahkan kaki ke atas bathub, dengan perangkat lainnya. Sekarang aku siap untuk berendam. Aroma lavender tercium oleh hidungku. Aku sudah sedikit merasa rileks sekarang. Sudah lama sekali aku tidak bersantai untuk membersihkan diri seperti ini.
Selain karena tidak ada bathub di Frat Liz, itu juga karena aku yang tidak peduli dengan penampilanku. Aku sama sekali tidak memikirkan kehidupan asmaraku semenjak orang tuaku meninggal. Di pikiranku hanyalah bagaimana cara untuk memenuhi kebutuhanku dan juga Bels, Hanya itu.
Saking tidak memedulikan kehidupan asmara, sampai sekarang pun aku belum pernah memiliki seorang pacar. Oke, stop menertawakanku jika ada yang tertawa. Ini sangatlah tidak lucu. Aku tidak pernah tertarik oleh pesona lelaki manapun.
Bahkan, Harry saja yang banyak di gilai wanita sama sekali tidak mempan untukku. Di mataku dia hanyalah brengsek seperti yang lain. Dan, yang pasti Niall lebih baik dari dirinya. Dia lebih baik dari siapapun.
Jadi, ku perjelas saja. Tidak ada orang yang dapat membuatku terpesona.
Kecuali Zayn.
Oh, shut up. Batin kecilku benar-benar mengesalkan sekarang.
Kehilangan mood, akupun memutuskan untuk menyudahi acara berendam ini. Di saat seperti ini saja bayang-bayang lelaki itu masih mengusikku. Kenapa juga dia harus masuk ke dalam kehidupanku? Dan kenapa juga aku harus memikirkannya?
Sangat tidak berguna.
Saat aku sudah berada di dalam kamar, aku langsung mengeringkan tubuhku dan juga rambutku. Sepertinya nasibku hari ini memang harus menyelesaikan tugas itu. Karena, jika tidak aku akan terus terbayang-bayang oleh seorang Zayn Malik.
Clarrie, apakah kau yakin jika kau terbayang-bayang Zayn hanya karena sebuah tugas essay?
Well, sepertinya batin kecilku harus di tutup mulutnya sekarang juga. Tapi, apakah dia memiliki mulut? Entahlah, aku merasa semakin kacau sekarang.
**
Aku memandang layar laptopku dengan takjub. Demi apa? Aku sudah menyelesaikan tugas essay pertamaku yang berjumlah 200 lembar! Ini sangat fantastis. Rekor terbaru mengerjakan tugas dengan cepat untuk ukuran seseorang sepertiku.
Ini semua tidak akan ku lakukan tanpa buku yang di beri oleh Zayn.
Oke, sangat sulit mengakui bahwa dia ternyata sangat pintar. Eh, tidak. Maksudku sangat cerdas. Luar biasa.
Kalian tau apa reaksi pertamaku saat melihat essay miliknya? Aku hampir tidak bisa menutup mulutku yang ternganga kaget selama 15 menit. Dan 15 menit yang lain ku gunakan untuk mengagumi seluruh essay tersebut. Sangat mengagumkan.
Semua yang di jelaskan di buku materiku telah di kembangkan oleh lelaki itu. Bahkan tebakanku juga salah. Dia memang hanya memberiku 5 buah buku, tapi di situ terdapat semacam Link tentang hasil tugasnya juga. Sehingga jika di jumlahkan, Itu semua menjadi 20 buku.
Nah, sekarang bagaimana bisa kau tidak di buat takjub olehnya?
Memang sih, aku harusnya berterimakasih. Tapi sepertinya tidak sekarang, selain karena aku yang belum membaca semua miliknya hal itu juga karena dia yang telah membuatku harus mendapatkan tugas seperti ini.
“Kak tidak lelah?” suara Bels menyentakanku. Sejak kapan anak ini pulang?
“Kau sudah pulang?” tanyaku balik, menghiraukan pertanyaan Bels. Seketika Bels mengerutkan kening.
“Aku sudah pulang dari dua jam yang lalu. Kemana saja kau?”
Dua jam yang lalu? Apa-apaan? Aku merasa kalau aku baru menulis selama dua jam. Iya, dua jam. Tapi, tadi malam Bels berkata kalau dia pulang sore sekitar jam 4. Lalu, apakah sekarang …
“Sekarang sudah setengah tujuh kak. Apakah kau juga lupa kalau kau sudah memasakan makanan untukku tadi?”
Apalagi ini? Sekarang sudah setengah tujuh malam dan aku juga sudah memasakan makanan untunya dan juga untukku sendiri. Oh crap! Bagaimana aku bisa selupa itu?
“Ya, kau benar Bels. Sepertinya aku sudah terlalu lelah” ucapku yang sangat tidak nyambung dengan pertanyaan Bels. Seakan tidak mempermasalahkan ucapanku yang sedikit aneh, Bels malah ikut membantuku membereskan kertas yang berceceran.
“Tumben sekali kau mau mengerjakan essay kak” Bels mengeryit saat melihat 200 lembar kertas yang baru saja ku kerjakan. Dia lalu memandangku dengan penuh Tanya.
“Aku tidak sebebal kau Bels” jawabku mengelak. Bels tertawa saat itu juga, “really kak? Aku bahkan mencontoh perilaku bebal ini darimu”
Aku memutar bola mata kesal saat mendengarnya, “Sekarang tidak lagi. Aku ingin berubah, dan kau juga harus berubah adikku sayang. Jadilah anak yang baik”
Bels tersenyum, dia memandangku hormat. “Baiklah Kakaku sayang. Kau juga harus jadi orang dewasa yang baik”
Kontan, kami berdua pun tertawa.
Tawa Bels terdengar sangat renyah di telingaku. Membuatku seakan melupakan semua masalah yang sedang ku hadapi. Melupakan jika kami berdua hanyalah sebatang kara, kami hanya berdua. Aku hanya memiliki Bels.
Sungguh, aku sangat beruntung. Aku sadar jika aku tidak sendirian, aku masih mempunyainya. Bels, walaupun tingkahnya kadang menyebalkan. Tapi, dia sangatlah berarti untukku. Dia yang membuatku bertahan sampai sekarang.
Ya ampun Bels, Kau pasti akan langsung tertawa kencang saat mendengar pikiranku ini. Terlebih jika aku bertanya, “Bels, kau akan tetap bersamaku bukan?”
Dia pasti akan menjawab di sela tawanya, “Apa-apaan kau kak? Aku akan tetap bersamamu. Aku adikmu”
Ucapannya memang begitu, tapi siapa yang tau dengan masa depan?
“Kak, kau kenapa? Ponselmu bergetar” ucapan Bels dari dunia nyata langsung menyentakku dari lamunan panjang.
Nah, benar bukan? Aku menjadi sangat dramatis jika sudah memikirkan Bels dan juga kehidupanku sendiri.
“Oh kau benar Bels. Aku sepertinya sangat lelah” ucapku sedikit tertawa. Bels ikut tersenyum, dia memberikan ponselku yang tadi katanya bergetar.
Ku buka ponselku itu, dan ternyata ada sebuah pesan dari sesorang yang sudah hampir ku lupakan hari ini. Padahal, setiap hari aku selalu memikirkannya karena was-was.
From : Harry
Aku mengadakan party malam ini. Kau harus datang, jam 9 malam. Tidak boleh terlambat.
Ya Tuhan, apa lagi ini? Ku kira aku sudah terbebas darinya. Dia sudah memberiku sebuah kesulitan besar yang berupa orang bernama Zayn Malik. Tapi, dia lagi-lagi merecoki kehidupanku.
“Ada apa Kak?” Bels memandangku cemas.
Aku mendongak, lalu tersenyum lemah. “Aku harus keluar lagi malam ini Bels”
__________________________________________
Update-an baru nih.. seperti yang kalian tau, ini masih pendek. wqwq, maaf ya:3 disini nggak jelas juga. Agak gimana gitu, tapi gimana lagi? Nah belibet kan.
Ya udah deh, tinggalin jejak aja yaa :) Thanks x
18 Agustus 2014

KAMU SEDANG MEMBACA
Protect You || Malik [au]
Fanfiction"Ini hanya tentangku yang kau benci. Tentangku yang terlalu takut kehilanganmu. Tentangku yang mencintaimu dan terlalu pengecut untuk mengatakan yang sebenarnya padamu. Tapi, kumohon, jangan lagi mencoba menjauh dariku. Aku hanya ingin kau di sini...