sorry for typo(s)
_________________________
Aku melemparkan tasku ke atas tempat tidur sebelum merebahkan diri di sana. Hari ini terasa sangat panjang untukku. Terkutuklah dosen terakhir itu. Dia memberi kami sekitar 5 tugas tambahan yang harus diselesaikan saat itu juga. Jam kuliah yang harusnya berakhir tiga jam lalu menjadi batal dan baru selesai sekitar satu jam lalu.
Hari yang mulai malam juga sama sekali tak membantu. Aku hampir saja tidak mendapatkan angkutan umum karenanya. Kalau saja bukan karena nasihat Zayn, aku sudah membolos jam milik dosen itu.
Mengecek ponsel, aku berpikir kalau sepertinya aku medapatkan pesan dari Zayn atau mungkin Bels. Tapi kenyataannya tidak. Pesan masuk di ponselku kosong. Tidak ada pesan dari siapa pun selain operator. Tolong, jangan berpikir ini menyedihkan. Karena memeng begitu kenyataannya.
Zayn sepertinya belum menyelesaikan urusannya. Lagipula dia tidak suka mengirim pesan kalau ingin menyampaikan sesuatu. Dia lebih memilih menelpon langsung daripada mengirim pesan.
Dan mengenai Bels. Well, sepertinya aku tak perlu mengkhawatirkannya. Dia hanya mengirimiku pesan kalau ada keadaan darurat. Selebihnya, dia lupa mengenai kakaknya ini. Apalagi mengingat niatnya mengikuti acara sekolah. Bels cuma ingin bertemu dengan cowok yang ditaksirnya, bukan?
Memejamkan mata sekilas, aku pun berdiri dengan malas. Udara dingin di luar membuatku malas untuk mandi. Tapi, mau tidak mau aku harus melakukannya kalau tidak ingin terlihat lebih jelek saat Zayn ke sini nanti.
Aku menanggalkan seluruh pakaianku dan meletakannya di atas tempat tidur sebelum memasuki kamar mandi. Tak lupa, aku juga mengisi air di bathtub karena aku memutuskan untuk berendam saja malam ini. Tubuhku cukup pegal untuk duduk seharian di dalam kelas.
Setelah menuangkan jenis sabun kesukaanku, aku langsung melangkahkan kakiku ke dalam bathtub dan mencari posisi nyaman di sana. Aku menggosok tanganku secara perlahan, mencoba menghilangkan lelah yang kubawa dari kampus.
Sesekali aku juga memejamkan mataku sambari menghirup aroma terapi yang kupilih. Pikiran mengenai kejanggalan Harry, Zayn yang terlihat masih tertutup, serta bayang-bayang masa laluku terasa memenghilang sesaat. Aku tidak perlu memikirkannya saat ini.
Aku hampir selesai membersihkan seluruh tubuhku ketika tiba-tiba mendengar deheman seseorang. Jantungku hampir berhenti berdetak saat itu juga.
Aku membuka mataku cepat lalu menolehkan kepala. Betapa terkejutnya aku ketika mendapati seseorang sedang berdiri dengan punggung menyandar di dinding kamar mandi. Aku mendongak ke atas, dan mau tidak mau aku langsung menelan ludah.
Sialan.
Itu Zayn.
Kedua tangannya dilipat di dada, aku sempat melihat rahangnya yang mengeras sebelum tatapannya bertemu denganku.
Dia tersenyum miring.
Aku tersadar dari keterkejutan dan langsung menyembunyikan tubuh telanjangku di dalam air yang berbusa.
Sejak kapan dia di situ?!
“Apa yang kau lakukan di sini?” tanyaku bodoh.
Dia megangkat bahunya acuh, tapi tatapannya masih tertuju padaku. Bukan pada mataku. Tapi pada tubuhku yang sedang berusaha kusembunyikan.
Sialan lagi untuk ini.
“Melihatmu mandi.” jawabnya singkat. “Tubuhmu bagus juga.” Lanjutnya.

KAMU SEDANG MEMBACA
Protect You || Malik [au]
Fanfiction"Ini hanya tentangku yang kau benci. Tentangku yang terlalu takut kehilanganmu. Tentangku yang mencintaimu dan terlalu pengecut untuk mengatakan yang sebenarnya padamu. Tapi, kumohon, jangan lagi mencoba menjauh dariku. Aku hanya ingin kau di sini...