Chapter 50

7.6K 883 146
                                        

p.s

mengandung sedikit banyak drama, kalo anti-drama atau ga kuat saking menye-nya silahkan diskip aja alias ga usah baca:3

Happy Reading!

__________________________________

Sekali lagi Zayn kembali menahan lenganku. Aku kembali menghentakannya agar terlepas, namun kali ini genggamannya lebih kuat sehingga membuatku sulit melepasnya.

Menghela nafas, aku pun memutuskan untuk membalikan badanku. Dia tidak akan pernah melepaskanku kalau aku tetap bungkam.

“Apa?” aku berniat untuk mengucapkannya dengan tegas, tapi yang keluar justru terdengar parau. Jadi, aku berdehem dan mengulanginya. “Apa yang kau mau?”

“Aku-“

“Tidakkah kau sudah puas dengan pernyataanmu tiga hari lalu? Ucapanmu yang menyatakan kalau aku diperalat olehmu? Tidakah itu cukup?” potongku dengan nada bergetar menahan tangis.

“Clarrise, tolong-“

“Apa lagi? Apalagi yang ingin kau inginkan? Apakah menurutmu aku belum cukup mengerti dengan ucapanmu tiga hari lalu, jadi kau ingin menjelaskannya lagi dengan apa yang kulihat tadi?” ucapku berteriak. “Apakah kau kira kalau aku akan sangat terpuruk sampai memutuskan bunuh diri dan-“

“Clarisse, dengarkan aku!” sentaknya tegas, membuatku langsung bungkam.

Aku menunduk dan mengalihkan pandanganku darinya. Air mataku sudah tidak dapat kutahan lagi. Aku tau aku egois karena tidak membiarkannya melanyelesaikan apa yang akan diucapkannya. Tapi rasa marah dan kecewaku sudah ada di puncaknya. Aku terlalu marah padanya. Aku tidak bisa menahan perasaan sesak dan perih yang sama ketika dia mengatakan aku hanya diperalat olehnya. Setap menatapnnya, bayang-bayang akan suaranya selalu terngiang dikepalaku.

Zayn menghela nafas kecil. Dia lalu melangkah lebih dekat padaku. Tangannya memegang daguku disela ibu jari dan telunjuknya, memintaku mendongak.

“Lihat aku Clarisse. Aku tidak bisa bicara kalau kau tetap menunduk seperti itu,” ucapnya lebih tenang. “Lihat aku.” Ujarnya sekali lagi.

Aku menggigit bibir bawahku, terlalu takut untuk mendongak dan menatap matanya. Aku takut kalau nanti aku menatap matanya, aku akan melupakan semua kemarahanku begitu saja. Aku takut kalau aku justru akan mengesampingkan pikiranku dan akan tersesat di mata indahnya. Matanya yang selalu memancarkan kenyamanan, kesejukan, dan keamanan untukku seakan-akan dia akan selalu menjagaku.

Kali ini dia menarik daguku ke atas, mau tak mau membuatku mendongak dan membuatku melihat matanya sekilas. Namun saat itu juga, aku langsung mengalihkan pandanganku ke kegelapan di belakangnya.

Lagi-lagi dia menghela nafas.

“Clarisse, kali ini saja. Aku mohon, lihat aku.” Ucapnya lirih.

Aku memejamkan mataku sejenak, dia tidak pernah memohon. Dan saat ini, ketika dia mengucapkannya, aku merasa permohonan itu bermakna lain seakan-akan dia bukan memintaku menatap matanya. Namun juga melihat dia yang sebenarnya.

Setelah membuka mataku, aku  langsung bertemu dengan mata coklatnya. Mata karamelnya yang sedari tadi kuhindari. Sungguh, kalau saja aku bisa menolak ucapan memohonnya aku pasti langsung melakukan hal itu.

“Kau tau, terkadang ucapanku tidak sepenuhnya terucap seperti yang kuinginkan. Terkadang secara tidak sadar aku mengatakan sesuatu yang bermakna lain.” Ujarnya pelan.

Apapun itu, tetap saja tidak akan menjelaskanku mengenai apa yang baru saja kulakukan. Ujarku dalam hati.

“Dan kau adalah satu-satunya orang yang sering keliru mengartikan ucapanku. Kau tau mengapa?” ucapnya dengan senyum tipis.

Protect You || Malik [au]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang