Chapter 75

6.9K 802 153
                                    

Sorry for typo(s)

a/n : cuma mau bilang kalo gue gabakal bocorin sekecil apapun plot twist di fanfic ini. so..... =)) enjoy this chapter!!

________________________________________

C L A R I S S E

Sepertinya hari ini tidak sepenuhnya berjalan buruk seperti apa yang kuperkirakan. Marissa—yang asli—benar-benar membantuku. Karena ia membuatku tidak malu ketika semua orang membawa walinya. Memang sih, ia berumur sama sepertiku, tapi paling tidak aku mempunyainya untuk diajak biacara.

Goerge memang menepati janjinya. Ia datang ke acara wisudaku meski terlambat hampir satu jam. Bels juga datang ketika sesi wisuda sudah selesai. Ia berkata bahwa dirinya sudah meminta izin guru sekolah untuk langsung pulang setelah ia selesai mengerjakan soal. Karena biasanya, siswa belum diperbolehkan keluar kelas jika waktu masih tersisa. Meskipun mereka sudah benar-benar selesai mengerjakan soal, mereka harus menunggu waktunya habis barulah boleh keluar ruangan.

Tepat ketika Bels datang, aku langsung meminta foto dengannya. Hanya ia satu-satunya keluarga terdekatku saat ini. Aku juga mengambil foto bersama George dan juga Marissa. Sepertinya aku lebih menganggap mereka keluarga dibandingkan dengan Jeanny dan ketiga anaknya. Memang, George adalah pamanku. Tapi Jeanny lah yang seharusnya lebih dekat dengan kami mengingat ia yang sebenarnya adik kandung dari ayah. Namun, suaminya beribu kali lebih baik dari ia. Kadang aku berpikir, mengapa George mau menikahi Jeanny?

Suara pintu yang dibuka membuatku menoleh. Di sana terlihat Bels yang sedang menyodorkan ponselnya padaku. Aku meletakan buku terakhir ke dalam gardus sebelum menghampirinya lalu menerima ponsel yang ia ulurkan.

"Temanmu. Aku tidak tahu mengapa ia menelponmu malam hari seperti ini," gumamnya namun langsung bergegas keluar sebelum aku sempat membalas perkataannya.

Aku hanya menggedikan bahu melihat sikapnya lalu beranjak ke tempat tidur. Mengangkat kedua kakiku dan melipatnya.

"Yeah, ada apa Marline? Ini sudah cukup larut. Aku tidak akan mau menemanimu mengambil tas berisi peralatan make up mahal yang selalu tertinggal di kantor."

"Woah, kau mengetahui siapa aku?!"

"Tidak usah terkejut. Aku cukup pandai untuk membedakan mana sifat kalem dan juga mana sifat serampangan."

Ia tergelak, "Oke, terserah. Yang penting kau tidak buka mulut pada siapapun mengenai aku dan Marissa yang bertukar tempat. Tapi tenang saja, aku tidak memintamu untuk menemaiku lagi ke kantor, sayang. Kali ini aku ingin mengajakmu ke suatu tempat."

Aku bergidik ngeri ketika mendengar panggilan terakhirnya padaku. "Itu menggelikan, Mar. Memangnya kau ingin kita kemana? Demi Tuhan, aku sudah ingin tidur."

"Ayolah, Clarr. Kau selalu baik padaku, benar?"

"Kau juga selalu baik padaku, bukan?" aku mendengus. "Siapa, yah, yang kemarin menolak permintaanku untuk datang ke acara wisuda dan malah mengutus adik kembarnya?"

"My bad," aku bisa memabayangkan wajahnya yang nyengir sok tidak bersalah. "Paling tidak aku tidak jadi membiarkanmu terlihat sangat menyedihkan karena tidak ada yang menemani. Kumohon, Clarisse, malam ini saja. Aku janji. Lagi pula, kau pasti belum mengantuk. Aku tau kebiasaan burukmu yang sering tidur malam."

Aku memutar bola mata kesal. Kalau sudah sampai tahap memohon, aku benar-benar tidak bisa menolak permintaan perempuan ini. Sepertinya aku harus bertanya padanya tentang tips supaya orang selalu bisa menuruti apa yang kita katakan.

Protect You || Malik [au]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang