Aku memegangi perutku dengan erat lalu segera menyingkap selimut dan berlari cepat ke arah kamar mandi. Kepalaku terasa sangat pusing dan hampir membuatku tidak sanggup berdiri kalau saja aku tidak berpegangan pada sisi wastafel. Aku menundukan kepala dan berulang kali mencoba mengeluarkan isi perutku yang terasa amat sangat mual.
Hal itu sudah kulakukan berulang kali sampai membuatku benar-benar lemas. Tidak ada yang keluar dari sana. Aku hanya mencoba hal yang sia-sia karena perutku tetap saja terasa tidak baikan.
Aku berkumur lalu berjalan keluar kamar mandi dan terhenti pada dinding kamar. Rasanya sudah sangat lemas sehingga membuatku harus bersandar dulu di sana agar bisa meneruskan kaki untuk kembali melangkah. Napasku masih belum teratur. Aku mengambil persediaan aspirin pada kotak obat lalu meminumnya dengan segelas air putih.
Kurebahkan diriku sesaat ketika kembali ke dalam kamar. Kepalaku masih terasa berputar-putar. Perutku sudah sedikit tidak mual tetapi tetap saja terasa kosong dan ada yang salah. Aku tahu harusnya aku tidak menyesali ini. Tapi setelah sekian lama tidak merasakannya lagi, hangover terasa sangat buruk. Padahal kemarin tidak separah ini. Namun entah mengapa pagi ini semuanya justru bertambah buruk.
Aku sudah kembali menutup mata ketika tiba-tiba tanganku menyentuh ponsel yang kuletakan di sisi kanan bantal. Tanpa sadar, aku langsung mengambil benda itu dan membukanya.
Masih tidak ada pesan apapun.
Aku menghela napas pendek dan sedikit melempar ponsel itu setelah melihat layarnya yang kosong. Apartemen terasa sangat sepi ketika tidak ada siapapun di sini kecuali aku sendiri. Menyenangkan sekali.
Mungkin keputusanku untuk pergi ke London sedikit salah. Seharusnya aku tetap berada di New York agar semuanya baik-baik saja. Tidak seperti ini. Merasa sangat kesal sampai-sampai melanggar aturan sendiri untuk tidak lagi minum alkohol.
Awalnya kukira semuanya akan baik-baik saja. Awalnya kukira aku ke sini untuk mengobati kekosonganku karena terlalu lama tidak bertemu dengannya..
Hari yang buruk untuk memulai aktivitas.
Aku dengan terpaksa mencoba bangun lalu berjalan gontai ke arah kamar mandi. Dua tahun cukup membuatku serius pada pekerjaan sehingga kini Nathan sudah membolehkanku bekerja di cabang perusahaannya yang lain alih-alih membolehkanku mengambil cuti untuk pergi ke London. Jadi bisa dibilang aku ke sini bukan hanya untuk satu tujuan. Tapi dua tujuan yang salah satunya memang untuk bekerja.
Bayangan seorang wanita di depanku membuatku merasa menyedihkan. Ia terlihat seperti mayat hidup dengan rambut yang masih berantakan, dua kantung mata yang menghitam, dan juga bibir yang sangat pucat. Kalau saja ia bukan aku, pasti aku sudah menertawakannya sekarang. Tapi sialnya, bayangan kaca yang sedang kulihat sekarang adalah milik diriku sendiri. Aku dengan keadaan terburukku.
Hal ini sedikit mengingatkanku pada kejadian terdahulu. Saat terakhir aku merasa sangat berantakan, hancur, dan tidak berguna.
Kualihkan pandangan dari kaca. Memandang diri sendiri yang terasa sangat buruk ini hanya membuatku semakin ingat dengan masalahku.
Masalah kami.
Aku menanggalkan bajuku satu persatu dan menyalakan shower untuk membersihkan diri. Lebih cepat aku mandi maka lebih cepat pula aku berangkat ke kantor. Paling tidak di sana aku lebih bisa fokus pada sesuatu yang kukerjakan.
Semoga saja begitu, karena aku sendiri sedikit tidak yakin melihat keadaanku yang sekarang ini.
**
Rambutku kubiarkan terurai setelah menimang-nimang selama beberapa saat. Wajahku sudah tidak terlalu terlihat pucat ataupun mengerikan setelah sedikit kupoles dengan make-up. Aku mengambil tas yang biasa kubawa kerja lalu hendak berbalik keluar kamar ketika melihat ponselku yang masih tergeletak di atas kasur.
KAMU SEDANG MEMBACA
Protect You || Malik [au]
Fanfic"Ini hanya tentangku yang kau benci. Tentangku yang terlalu takut kehilanganmu. Tentangku yang mencintaimu dan terlalu pengecut untuk mengatakan yang sebenarnya padamu. Tapi, kumohon, jangan lagi mencoba menjauh dariku. Aku hanya ingin kau di sini...