Aku memakai jaket kulitku di balik tank-top hitam. Kututup resleting dengan rapat. Bukan bermaksud sok suci atau apa, aku hanya berjaga-jaga.
Setelah memastikan jika ponsel, uang dan juga kunci motor telah kubawa, aku langsung keluar dari kamar. Aku berharap semoga malam ini akan berjalan normal. Paling tidak, senormal-normalnya dunia malam.
Seperti yang tadi telah kukatakan, aku membawa kunci motor yang artinya aku akan berkendara motor. Jangan heran akan hal itu, aku biasanya melakukan balap liar juga dengan motor.
Mobil juga, tapi hanya terkadang saja. Maka dari itu, aku lebih memilih memotong rambutku pendek. Agar ketika aku memakai helm tidak terlalu repot. Untung saja, aku sudah memotong rambutku lagi.
Denga malas aku berjalan keluar, aku sangat tidak berniat untuk kesana. Tapi mau bagaimana lagi? Lupakan, itu sepertinya memang sudah menjadi nasibku untuk terus menerus sial.
Tepat ketika aku akan menutup pintu, Bels dan Liz menyembul keluar dari ruang tamu, mereka memanggilku yang sontak membuatku berhenti. Aku hanya mengerutkan kening saat mereka mendekatiku dengan tergopoh-gopoh.
“Ada apa?” Tanyaku seketika. Liz memandangiku bingung, “Kau mau keluar malam ini? Aku kira kau sudah ke sana kemarin, biasanya kau kesana 3 hari sekali bukan?”
Aku mengangguk mantap, “Ada masalah lain Liz.” sebelum Liz sempat menjawab, Bels dengan cepat berkata, “Aku ikut denganmu ya Kak. Kali ini saja,” ucapnya memelas dengan wajah yang sangat ingin membuatku mengabulkan permintaannya. Tapi, tidak. Dia tidak boleh ikut. Bels tidak boleh mengenal dunia malam yang … kejam?
“Tidak Bels. Bukan hanya karena aku tidak mau kau terjerumus ke sana, tapi ini juga sangat genting. Well, aku tidak yakin juga kalau malam ini akan terlalu berbahaya. Tapi, kau tetap tidak boleh ikut. Ini beda Bels, aku tidak akan main.” jelasku jengah.
Seketika, wajah Bels langsung terlihat murung. Sungguh, aku tidak tega padanya. Tapi tetap saja, ini bahkan demi kebaikannya. Sebesar apapun rasa penasarannya itu. Dia tidak boleh ikut.
“Aku saja yang ikut denganmu Clarr.” ucap Liz. Aku sedikit tersentak. Apa-apaan mereka? Aku saja sebenarnya tidak ingin ke sana. Tapi mereka malah berebutan ikut, mereka pikir aku akan mendatangi sebuah pesta besar dengan makanan yang serba enak? Yang benar saja.
“Tidak Liz. Kau juga tidak boleh ikut, cukup aku saja. Kau di rumah dengan Bels. Aku janji, aku akan pulang dengan kepala yang masih utuh.” ucapku seperti biasa.
“Clarisse, kau selalu saja berkata begitu. Seolah-olah kau hanya akan utuh dengan kepala tapi tidak dengan anggota badanmu yang lain.” Liz mencibir, tapi sorot matanya menandakan kekhawatiran.
Aku hanya tersenyum mendengarnya, aku tahu apa yang kukatakan. Aku tidak bisa berjanji kepadanya jika aku akan utuh seutuh-utuhnya bukan? Bisa saja nanti aku kecelakaan dan patah tulang. Tapi, semoga saja hal seperti itu tidak terjadi.
Aku melirik jam tangan yang kukenakan. Di sana telah menunjukan pukul setengah sepuluh malam. Oh, aku harus segera bergegas.
Kutatap Liz dan juga Bels yang sedang memandangiku cemas, tapi aku memberinya senyuman sambil berkata, “Aku akan baik saja, jangan terlalu khawatir. Mungkin nanti aku akan pulang malam,” mereka meringis saat aku berkata ‘pulang malam’. Karena, malam untukku bukanlah jam satu atau jam dua. Melainkan bisa sampai jam 3 pagi.
Setelah berkata demikian, aku langsung meninggalkan mereka dan berjalan keluar. Kuhampiri motorku yang terparkir di samping flat milik Liz. Aku memakai helm hitam yang modelnya ‘sangat aman’ lalu langsung menaiki motor itu. Kuputar motor menuju ke arah jalan, lalu aku mengegas motor itu dengan kecepatan lumayan cepat. Aku sudah terlambat.
KAMU SEDANG MEMBACA
Protect You || Malik [au]
Fanfiction"Ini hanya tentangku yang kau benci. Tentangku yang terlalu takut kehilanganmu. Tentangku yang mencintaimu dan terlalu pengecut untuk mengatakan yang sebenarnya padamu. Tapi, kumohon, jangan lagi mencoba menjauh dariku. Aku hanya ingin kau di sini...