Chapter 12

9.4K 953 13
                                        

“Aku pinjam motormu Kak” teriak Bels sambil berlari ke depan pintu. Tersentak, aku pun mengejarnya, Bels tidak boleh memakai motor atau mobil itu. Sama sekali tidak boleh! Aku saja lebih memilih untuk menaiki kendaraan umum untuk bebergian daripada menggunakannya.

“Bels” ucapku seraya menatapnya tajam. Bels sedang memegang kenop pintu, hendak keluar.

Dia lalu menatapku dengan cengiran khasnya. Cengiran yang menandakan bahwa dia sedang pura-pura tidak tau. Dasar, Bella Morgan. Ku kira dia tidak mempunyai sifat melanggar sepertiku. Tapi, sepertinya tidak. Dia sedikit sama denganku, sedikit.

“Kembalikan kunci motornya” Aku mengulurkan tangan meminta kunci yang di genggamnya. Dia menghela nafas.

“Kak, hari ini saja. Aku janji” ucapnya memelas sambil menelungkupkan tangannya di depanku, memohon. Aku berdecak, jika Bels sudah melakukan hal seperti ini aku tidak akan bisa menolak kemauannya. Semua kemauannya.

“Hanya satu hari?” tanyaku ulang. Tidak percaya.

Bels mengangguk antusias, “Tentu saja. Hanya satu hari.”

Dengan itu, aku pun memasrahkannya berangkat dengan membawa motor itu. Bukannya melarang karena pelit atau apa, aku hanya takut jika Bels akan mengalami keceakaan karena mengendarai motor itu. Lagipula, aku tidak yakin jika Bels sudah di izinkan menaiki sepeda motor oleh Negara.

Berbalik ke dalam, aku langsung memandang sebuah laptop yang tergeletak mengenaskan dengan berbagai buku, kertas hasil cetakan yang salah di sekitarnya. Menghela nafas, aku harus berkutat kembali dengan tugas itu. Tugas yang sangat menyebalkan.

Pagi-pagi ini, aku sudah mengetik sampai 50 lembar. Well, lumayan bukan? Jika seterusnya seperti ini, maka dalam empat hari aku sudah menyelesaikan tugasku. Aku memang bisa menjadi sangat pintar jika sudah ada tekad ataupun kemauan ataupun kemendesakan.

Tapi, sialnya ada hal yang menghambatku tadi. Tinta mesin print ku habis, dan aku harus mengisinya. Dan yang paling parah adalah aku yang tidak terlalu bisa melakukan itu, biasanya aku selalu meminta bantuan Liz untuk mengisikan tinta ataupun meminjam mesin print milik Liz sekalian.

Alhasil, sekarang bekas tinta kering bereceran di lantai. Ada juga yang di kertas, tisu yang ku gunakan sudah terlampau banyak. Dan juga tangan yang sudah penuh tinta kering. Seharusnya, dengan semua keterberantakan itu, aku sudah dapat mengisi tinta dan juga mencetak tugasku.

Namun, kesialan selalu ada di pihakku. Aku masih belum bisa mencetak, dari pukul 4 pagi sampai sekarang. Pukul 7 pagi.

Menyenangkan sekali, yah.

Saat ingin mencoba mengisi tinta lagi, suara bel membatalkan niatku. Aku berlalu dari ruang tengah menuju ruang depan untuk membuka pintu.

Sesaat, aku berpikir siapa yang datang sepagi ini. Apalagi dengan penampilanku yang tidak mendukung. Aku masing sangat berantakan, oke? B e r a n t a k a n.

Ku buka pintu perlahan, dan aku seperti ingin terjengkang saat itu juga.

“Astaga Clarrie, aku sangat merindukanmu. Dimana Bels? Aku juga merindukannya. Aku ingin mendenegar kalian cekcok lagi, aku ingin melihatnya berteriak histeris saat melihat lelaki tampan. Aku ingin melihatmu dengan rambut sebahu yang belum di potong. Aku ingin memakaikanmu make up, aku ingin-“

“Liz, lepaskan dulu pelukanmu” ucapku terengah.

Tamu yang datang sepagi ini ternyata adalah Elizabeth, sahabatku. Dia memang sudah kuberitahu alamat, dan semua informasi tentang apartement yang kutempati saat ini. Jadi, wajar saja jika dia kemari.

Protect You || Malik [au]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang