Chapter 44

6.2K 742 26
                                    

edited

ps : short chapter x)

_________________________

“Kau tidak akan ikut balap liar lagi.” Ucapnya membuatku tersentak.

Aku menegakan tubuhku, lalu menatap Harry dengan tatapan tidak percaya. “Apa maksudmu?”

Dia memalingkan wajahnya dan menatap datar ke depan. Kaki kananya menyilang pada kaki kirinya, sama sekali tidak berniat untuk menjawab pertanyaanku.

Aku mendengus, “Kenapa aku tidak boleh mengikutinya lagi?” ujarku mengubah pertanyaan.

“Siapa yang bilang kau tidak boleh ikut?” Bukannya menjawab, dia malah balik bertanya.

Aku mengambil nafas sebelum berbicara lagi. Dia memang sangat mengesalkan. Aku sudah cukup terbiasa dengan hal itu. Namun akhir-akhir ini aku jarang berbicara dengannya, dan itu membuatku sedikit terpancing. Ya, hanya sedikit.

Apalagi mendengar peryataannya tadi yang sangat tidak dapat ku mengerti. Aku kira dia tahu jika balap liar memang bukan kemauanku, dan itu sudah cukup membuatku tersiksa. Tapi di sisi lain aku masih membutuhkan uang dari balap liar sebelum aku lulus kuliah dan mencari pekerjaan lain.

Tapi, mengapa sekarang dia malah berkata jika aku tidak akan ikut balap liar lagi? Apakah dia mengira jika dengan cara seperti itu bisa membuatku merasa lebih buruk?

“Baiklah. Aku mengerti maksudmu,” ujarku saat mengetahui arah pembicaraan ini. Aku baru teringat akan seseorang yang sedang ku ajak bicara ini. Dia Harry. Ya, dan aku sudah mengenal dia cukup lama. Cukup lama untuk mengerti arah pembicaraannya jika sudah berbelit-belit seperti tadi.

“Apa yang kau inginkan agar aku tetap bisa mendapatkan uang dari balap liar?”

Mendengar ucapanku, Harry menoleh. Dia tersenyum puas, “Bagus Clarr. Aku kira kau masih bodoh seperti biasa,” Dia tergelak namun aku mengabaikannya.

“Jauhi Zayn.” Ucapnya membuatku tersentak.

Aku menatapnya kaget, “Apa?” tanyaku tidak percaya akan apa yang dia ucapkan.

“Tidak ada pengulangan Morgan.”

Aku menelan ludah, masih memandangnya dengan tatapan tidak percaya. Sungguh, aku sama sekali tidak terpikir mengenai hal ini.

“Kau … gay?” Pertanyaan itu meluncur begitu saja dari mulutku.

Harry menoleh ke arahku, lalu menatapku kesal. Aku hanya balik menatapnya dengan bingung. Apakah pertanyaan tadi salah? Maksudku, untuk apa dia menyuruhku untuk menjauhi Zayn jika dia tidak menyukainya? Dia selalu mengurus orang yang menghlangi kemauannya. Dan saat dia berkata agar aku menjauhi Zayn, maka aku langsung terpikir mengenai…

“Jangan bodoh, Morgan.” Harry menggeram.

“Jangan panggil aku dengan nama tengah, Harry.” Ucapku tidak suka, namun dia mengabaikannya.

“Aku sangat normal. Kalau kau tidak percaya, aku bisa membuktikannya langsung padamu. Disini. Aku bisa mengambil kepera-“

“Shut up, Styles.” Ucapku memotong ucapannya yang tidak bisa disaring. “Aku percaya. Sangat percaya.” Gumamku lagi membuat Harry tersenyum miring.

“Dasar gadis bodoh. Kau bahkan masih sangat polos. Jangankan membicarakan mengenai kehidupan gelapku, sex saja kau tidak tau.”

“Tutup mulutmu, Harry. Tidak usah menyangkutpautkan diriku dengan otak kotormu itu,” Ucapku marah. “Sekarang, katakan mengapa aku harus menjauhi Zayn? Apa urusannya denganmu? Aku sudah cukup muak dengan semua aturan bodoh yang selalu kau berikan padaku.” Aku memandangnya datar, masih kesal akan ucapan vulgarnya tadi.

Protect You || Malik [au]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang