Sorry for typo(s)
___________________________________
Aku tersenyum ketika melihat beberapa anak kecil yang yang sedang bermain-main di taman ini. Mereka terlihat sangat bahagia meski hanya sekedar bermain perosotan, membuat gelembung-gelembung, atau bahkan kejar-kejaran. Beberapa orang dewasa—yang kuyakini sebagai orangtua mereka—sesekali tertawa ketika melihat tingkah laku anaknya.
Senyumku memudar seiring ingatan masa kecil yang tiba-tiba merasuki pikiranku. Aku mengalihkan pandangan dari mereka, sudah lama sekali aku tidak teringat dengan mendiang Ibu dan Ayah. Bukan apa-apa, aku hanya berusaha merelakan mereka setelah bertahun-tahun lamanya meninggal. Dan aku juga sedang berusaha untuk tidak mengait-kaitkan kecelakaan itu dengan Zayn.
Tidak lagi. Aku sudah memaafkannya.
Hanya saja, hatiku tetap terasa perih tiap kali memikirkan tentang mereka yang sudah tidak ada. Tentang kenyataan bahwa Zayn adalah orang yang menabrak mereka.
"Hei," aku menoleh dan mendapati Zayn yang sudah menyodorkan sebuah es krim coklat padaku. "Aku hanya dapat satu."
Aku mengambil es krim itu dari genggamannya lalu sedikit menggeser posisi duduk, agar ia bisa duduk di sebelahku. Sore ini sangat cerah, aku bersyukur karena ia mau kuajak ke sini. Jarang sekali aku sengaja mengunjungi taman hanya untuk berjalan-jalan. Mungkin, ini kali pertamaku ke taman sejak aku pindah kemari. Biasanya aku hanya melewatinya dengan harapan suatu saat bisa ke sini dengan seseorang.
"Ini enak, Kau benar-benar tidak ingin?" kataku sambil menyodorkan es krim milikku padanya. "Mengapa kau Cuma membeli satu?"
"Aku beli dua," ujarnya mengantung, seperti sedang berpikir untuk menyelesaikan kalimatnya atau tidak. "Hanya saja.... tadi ada seorang anak kecil yang menangis karena es krimnya sudah habis. Jadi ... kupikir lebih baik punyaku untuknya saja karena aku sendiri juga tidak terlalu menginginkannya."
Sudut bibirku terangkat. Aku tersenyum. "Benarkah?"
"Kau tidak pecaya?" ungkapnya muram. "Baiklah, tidak apa. Lagi pula aku memberinya hanya karena ingin ia berhenti menangis. Rasanya sangat berisik sekali di telinga."
Aku menatapnya beberapa saat sebelum akhirnya tawaku pecah karena melihat ia yang menyesal karena telah mengatakan alasan itu. Jujur saja, sangat jarang melihat ekspresinya yang menggemaskan. Karena biasanya aku yang selalu diledek olehnya.
"Kalau begitu, maka semua anak kecil akan dekat-dekat dengamu saat mereka menangis. Well, jika membuatmu kesal bisa menghasilkan es krim. Mengapa tidak?"kataku di sela tawa.
"Tidak apa, karena nantinya aku juga akan menyuruhmu membuatkan es krim untuk mereka semua," ia mengangkat alis, terlihat puas bisa balik meledekku.
Aku memakan sisa cone es krim sebelum kembali menatapnya kesal. "Oke, terserah. Aku memang selalu kalah darimu."
Zayn tergelak singkat, ia sempat menyeka ujung bibirku menggunakan ibu jarinya sebelum meletakan lengannya pada sandaran bangku panjang yang sedang kami duduki. Posisinya seperti sedang merangkulku ketika sebelah tangannya tadi mengelus rambutku dari samping, membuatku tanpa sadar makin mendekatkan diri ke arahnya.
Sudah hampir satu minggu ia berada di sini. Aku juga sering menemuinya meskipun hanya untuk makan bersama. Waktu luang yang awalnya kukira akan tersisa banyak, nyatanya tidak. Zayn sendiri ke sini bukan hanya untuk menemuiku. Ia masih harus mengurus sesuatu yang katanya bersangkutan dengan Nathan.
"Aku minta maaf," ujarnya tiba-tiba.
Aku monoleh, menatapnya dengan heran. "Untuk apa? Kau sudah kumaafkan tiap kali membuatku kesal, Zayn."
![](https://img.wattpad.com/cover/19988280-288-k658219.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Protect You || Malik [au]
Hayran Kurgu"Ini hanya tentangku yang kau benci. Tentangku yang terlalu takut kehilanganmu. Tentangku yang mencintaimu dan terlalu pengecut untuk mengatakan yang sebenarnya padamu. Tapi, kumohon, jangan lagi mencoba menjauh dariku. Aku hanya ingin kau di sini...