Chapter 70

7.1K 756 111
                                    

Sorry for any typo(s)

__________________________

"Menurutmu?" Harry balik bertanya kepadaku.

"Tentu saja aku berharap ia selamat," aku mengalihkan pandanganku darinya. "Tolong katakan padaku bahwa ucapanmu kepada Rose itu salah."

"Aku tidak pernah salah," ujarnya datar. Harry membungkukan badannya dengan salah satu lutut sebagai tumpuan. "Apakah kau sangat menyesal karena sudah terlambat untuk memaafkannya?"

Perkataannya terasa bagaikan godam yang langsung memukul hatiku. Untuk apa ia menanyakan itu? Tidakkah keadaanku saat ini sudah cukup mendeskripsikan semuanya? Apakah perilakuku yang sudah terasa sangat putus asa ini sama sekali tidak terlihat olehnya?

Aku terdiam, sama sekali tidak mau menjawab ucapannya. Hatiku terasa nyeri tiap kali memikirkan semua ini. Memikirkan semua kebodohanku.

"Kalau kau menyesal, harusnya kau tidak akan pernah berniat melakukan hal bodoh menggunakan benda ini," Tangannya terulur, ia mengambil serpihan kaca yang tadi hendak kupakai. "Zayn akan lebih membencimu kalau kau melakukannya."

"Cukup katakan padaku bahwa ia selamat," aku memaksakan diri agar suaraku tidak bergetar. "Cukup katakan itu. Zayn selamat, benarkan? Katakan padaku Harry!" lanjutku dengan sedikit terisak.

Harry tetap diam, membuatku sangat ingin menggoyangkan bahunya. Memaksanya untuk menjawab. Tapi energiku sudah terkuras habis hanya untuk menyesali semua ini. Aku bahkan merasa seperti tidak punya tenaga untuk berbicara lagi.

"Di mana ia sekarang?" lanjutku lirih. "Ia takkan semudah itu pergi meninggalkanku."

Harry tersenyum masam lalu menatapku kesal. "Kalau kau bisa tidak mempercayainya dengan mudah, kenapa ia tidak bisa meninggalkanmu dengan mudah pula?" sentaknya membuatku memejamkan mata karena rasa bersalah yang kembali datang. "Lagi pula, kematian seseorang memang tidak bisa terelakan. Tidakkah kau tahu itu?"

"Kau bahkan tidak menemukannya!" aku berteriak padanya. Sudah merasa sangat putus asa. Hal ini tidak mungkin terjadi. Pasti masih ada harapan. Pasti. Ia sendiri yang sudah berjanji padaku untuk menjaga dirinya baik-baik. Ia sudah berjanji padaku untuk kembali. "Kau ... kau tidak menemukan jasadnya. Berarti masih ada kemungkinan bahwa ia masih hidup," ujarku sangat lirih. Aku bahkan tidak yakin bahwa suaraku bisa didengar oleh Harry.

"Kemungkinannya kecil," Harry berdiri dan berjalan sedikit menjauhiku. Ia menatap lukisan-lukisan yang tertempel pada dinding. "Zayn bisa saja jatuh ke jurang. Ia juga bisa ikut hangus karena mobil yang terbakar."

Aku tertawa ironis lalu bangkit. Ikut berdiri di sampingnya sambil menatap lukisan yang bergambar seorang lelaki yang sedang menyelimuti seorang perempuan. Perempuan itu sendiri sedang tertidur pulas di dalam mobilnya yang atap terbuka.

"Mengapa kau bersikeras menyatakan kalau Zayn sudah meninggal?"

"Mengapa kau bersikeras menyuruhku berkata bahwa ia selamat?" balasnya dingin. "Aku hanya mengungkapkan hal yang ingin kau ketahui."

"Kau tidak mengungkapkan kebenaran," ujarku lagi.

"Bagaimana mungkin kau tahu bahwa apa yang kukatakan tidaklah benar?"

"Kau sama sekali belum menemukan-"

"Demi semua kebohongan yang sudah kau percayai, Clarisse! Tidakkah kau mengerti semua ucapanku tadi?!" geramnya kesal. "Harus berapa kali aku mengatakannya padamu?"

Aku menunduk begitu Harry kembali menyentakku. Mungkin dia benar. Mungkin aku sajalah yang terlalu banyak menyimpan harapan. Semuanya sudah terlambat dan sudah tidak ada lagi yang bisa kuperbaiki. Aku sudah benar-benar kehilangannya. Tapi, apakah aku sudah tidak punya kesempatan terakhir untuk sekedar mengenang dia?

Protect You || Malik [au]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang