ENAMPULUHSATU

7.5K 614 39
                                    

Assalamualaikum temannn

"Janji manis akan kalah dengan yang, sat set sat set,"

-Khaisan Al-Istiqlal

***************?*?

"Bil,"panggil lelaki sepantaran dengan nya. Abila menoleh, tubuhnya masih berada di dalam dekapan suami nya. "Gue bawain cake buat, lo"Aidar memberikan coklat cake, untuk Abila.

Gus Azlan menatap datar Aidar, sepertinya ia sedang cemburu saat ini. Ya, padahal Abila cuman dikasih coklat cake, oleh Aidar. "Nggak, gue enek sama cake,"tolak Abila.

"Sini, buat gue aja."Kemal bangkit, ia mengambil coklat cake dari tangan Aidar. "Brengshake, emang abangnya si Abila. Untung, gue sayang ama si Abila"batin Aidar.

Aidar menatap Gus Azlan dari ujung kaki hingga ujung kepala, "Lu pacaran sama dia?"pertanyaan konyol terlontar dari mulut Aidar. "Temen,"jawab Abila.

Gus Azlan melepaskan dekapan itu. "Temen hidup,"batin Abila.

Kemal melihat raut wajah Gus Azlan yang memerah, menahan amarah di tambah rasa cemburu yang menyerang adik iparnya itu lantas tertawa kecil. Ia menggelengkan kepalanya, "hadeuh-hadeuh. Cemburu nya sudah mencapai puncak maksimal,"gumam Kemal.

"Oh. Kirain lu, udah bisa lupain gue. Gue ke sana dulu ya. Dadah, Abila Lafatunnisayang,"pamit Aidar sembari melambaikan tangan nya.

"Laki gue cemburu nih pasti. Aduh, gawat. Duit bulanan gue bisa-bisa nggak cair tiga bulan nih,"batin Abila sembari melirik kearah suaminya.

Abila memegang lengan Gus Azlan,"Itu Aidar. Dulu emang pernah jadi temen deket aku, tapi dia anggap aku kayak pacar dia. Padahal aku anggap dia, cuman sebatas temen aja."jelas Abila, sebelum suaminya ini bertanya.

Gus Azlan menoleh, "temen, tapi punya, panggilan khusus kan?"

"Iya dulu, dia manggil aku Nisayang, tapi itukan dulu banget. Tiga tahun lalu,"sahut Abila.

"Ribut lagi nih. Suka nih gue sama yang kayak gini,"batin Kemal.

"Iya. Ini kan, Nisayang nya Aidarling"balas Gus Azlan. "Zlan. Di panggil om Ridwan. Mau ngobrol sama lu katanya. Ada, bapak lu, sama bapak gue juga disana."tegur Rayen, yang datang membawa semangkuk eskrim.

"Mau dong bang,"sahut Abila. Rayen menyodorkan sesendok eskrim itu,"Bekas jigong gue nih,"

"Najis."celetuk Abila,  Gus Azlan bangkit. "Mau ikut?"tanya Gus Azlan. Abila menggelengkan kepalanya, "Males. Pada lemes, aku disini aja."

"Ikut aja ya, aku papahin,"kata Gus Azlan. Rayen duduk di samping Kemal, ia melihat raut wajah Gus Azlan yang tampak khawatir, "Ada kita ini. Bentar lagi juga, pjk bakal kemari,"sahut Rayen.

"Yoai. Udah lu sana aja,"tambah Kemal. Dengan ragu Gus Azlan mengangguk, "nitip ya. Assalamualaikum,"

"Waalaikumus'salam,"

Gus Azlan melangkahkan kakinya pergi meninggalkan Abila, Kemal, dan Rayen. Ia berjalan menuju sekelompok bapack-bapack, yang sedang asik berbincang-bincang alot.

"Eh Bil. Lu tau nggak?, si Aidar?"tanya Rayen memperkecil volume suaranya. Abila menatap Rayen seolah bertanya, "Kenapa?"

Kemal menginjak kaki Rayen. Sampai sang empunya meringis, "Nggak Bil. Tumben, lu nggak panggil dia. Aidarling, biasanya suka gitu."sahut Kemal mengalihkan topik.

"Gue liatnya malah Aidarting,"ujar Abila yang teralih topiknya oleh Kemal.

Terlihat Istiqlal menghampiri Abila, Kemal, dan Rayen. "Sedang apa, dan sedang membicarakan hal apa, nih kawan?"tanya Istiqlal sembari membalikan kursi yang berada di hadapan Abila. Dan duduk menghadap adik sepupu kesayangan nya ini.

My Cold GusTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang