TUJUHPULUHTIGA

7.4K 530 29
                                        

Assalamualaikum cuy

"Memaafkan adalah kemenangan terbaik"

-Sayyidina ali bin abi thalib

****************

Gus Azlan mematikan ponselnya, ia sedikit mendongakkan kepalanya, dan tiga detik kemudian menundukkan kembali pandangannya, kemudian ia mengangguk. "Saya hanya ingin memberikan hasil USG istri bapak, dan vitamin untuk istri Bapak, bisa di minum setelah makan,"

Suster itu memberikan amplop berwarna putih dan plastik putih berisi vitamin kepada Gus Azlan. Masih dengan menundukkan pandangannya Gus Azlan menerima amplop dan vitamin tersebut. "Terimakasih,"ucapnya singkat.

Namun sang Suster tak kunjung meninggalkan nya. "Maaf pak, istrinya kemana ya?"tanyanya. "Di toilet,"jawab Gus Azlan singkat.

Disisi lain, Abila keluar area toilet wanita itu, namun langkahnya terhenti di ambang pintu, "kan kan, baru gue tinggal bentar, laki gue udah di godain aja nih."monolog Abila.

Terlihat Suster itu ingin duduk di samping Gus Azlan, "Maaf pak, saya izin duduk disini pak, mau menerangi apa saja yang harus diminum,"

"Idih najis, centil,"gumam Abila, namun saat itu juga ide berlian pun muncul di benaknya. Sebisa mungkin di balik cadarnya ia memasang raut sedih dan ketakutan,

Belum sempat Suster itu duduk, terlihat Abila berlari kecil dengan merentangkan tangannya menuju Gus Azlan,"Hiks, maduuu,"rengeknya.

Alhasil sang Suster pun mengurungkan niatnya untuk duduk di samping Gus Azlan.

Gus Azlan segera bangkit dari duduknya. Abila memeluk tubuh Gus Azlan, dan menenggelamkan wajahnya di dada sang Suami.

Ia berpura-pura nangis dan sesegukan disana, terlihat raut wajah Gus Azlan yang begitu khawatir, ia membalas pelukan Abila, dan mengusap punggung Abila menggunakan ibu jarinya. "Kenapa sayang? Kok nangis?"tanyanya pelan.

Namun Abila tak menggubrisnya, ia terus berpura-pura menangis. "Maaf Pak, kalau begitu saya permisi dulu,"pamit sang suster tersebut.

Tanpa menatapnya Gus Azlan mengangguk, ia masih pokus kepada Abila, kenapa istrinya ini menangis?.

Suster tersebut, melangkah pergi meninggalkan Abila dan Gus Azlan. "Sayang, kenapa nangis hm?"tanya Gus Azlan lagi dan lagi.

Lima belas detik kemudian, Abila melepaskan pelukan itu, dan Gus Azlan pun sama halnya. "Ada apa tadi hm?"Gus Azlan mengejar jawaban, ia membenarkan sedikit cadar Abila yang terlihat miring.

Abila menggelengkan kepalanya, "Aku nggak nangis,"sahut nya membuat Gus Azlan mengernyitkan alisnya bingung.

"Tadi aku pura-pura. Abisnya aku kesel, baru di tinggal bentar ke toilet, kamu udah di deketin ama suster genit. Udah tau kamu itu punya aku,"

Abila bersedekap dada, "gila-gilanya. Mau rebut gitu aja, kesel aku."

Terlihat Gus Azlan tersenyum salting mendengar perkataan Abila. "Hm, tadi katanya, 'kalo kamu mau diambil sama dia ya, yaudah, lagian juga hilang satu tumbuh seribu,' "goda Gus Azlan.

Abila menatap tajam Gus Azlan. "Kamu kalau jealous bilang saja, Sayang. Jangan di pendam gitu, tidak baik,"lanjut Gus Azlan dengan senyum menggodanya.

"Tidik biik, nyenyenye,"cibir Abila. "Dah ah mau balik aja,"Abila berjalan meninggalkan Gus Azlan. "Tunggu Khum,"panggil Gus Azlan yang berlari kecil menyusul Abila.

Abila keluar dari Rumah sakit tersebut, masih dengan tangan yang bersedekap dada, ia berjalan dan tak menghiraukan panggilan Gus Azlan.

Abila membuka pintu mobil milik Gus Azlan, dan segera masuk ke dalam mobil tersebut. Ia memasang safety belt itu sendiri, dan menyalakan ponselnya.

My Cold GusTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang