ENAMPULUHSEMBILAN

7.7K 608 55
                                    

Assalamualaikum cuy

"Usai sebelum memulai,"

-Kemal Arsyad Pratama

************

"Kamu kok diam saja, kenapa hm?"tanya Gus Azlan. Mereka sedang berada di dalam kamar dan duduk di pinggiran kasur. Abila sedikit menggeserkan badannya menghindari Gus Azlan. Ia tak menjawab pertanyaan sang Suami.

"Sayang,"panggil Gus Azlan lemah lembut. Abila memalingkan wajahnya. "Kamu pikir aja sendiri tadi ngomong apa,"sahut Abila.

Gus Azlan mencoba untuk memegang punggung tangan Abila, namun segera di tepis oleh Abila. "Pasti masalah thr ya, hm? Kan aku sudah bilang, kamu nanti, kan spesial,"

"Yaudah mana??"Abila menatap Gus Azlan dengan suara sedikit lebih tinggi dari Suaminya. "Eh, aku pernah bilang ke kamu soal,"ucapan Gus Azlan terjeda. "Nggak boleh, meninggikan suara saat berbicara dengan suami, atau yang lebih tua,"sahut Abila pelan.

Ia menundukkan kepalanya, "pintarnya, Masya'Allah,"Gus Azlan mencubit kedua pipi Abila yang tertutupi cadar, ia menggoyangkannya kekanan dan kekiri.

Abila masih menundukkan kepalanya, "Tadi kamu mau apa? Thr?"tanya Gus Azlan sedikit menggoda Abila. Sang Istri pun mengangguk,"Nggak ada, buat kamu mah,"sahut Gus Azlan.

Tanpa menatap sang Suami, Abila memukul cukup keras paha Gus Azlan. "Kamu, minal aidzin ke aku aja belum, sayang,"ujar Gus Azlan. "Minal Aidzin,"ucap Abila ketus, masih dengan kepala yang menunduk.

"Nih, buat kamu,"Gus Azlan memberitahu amplop thr berukuran kecil dan tipis, membuat Abila mendongakkan kepalanya menatap Gus Azlan.

Ia mengambil amplop thr itu,"Apaan kecil tipis gini? Nggak mau,"Abila mengembalikan amplop itu kepada sang pemilik.

"Ini mah kayak nggak ada isinya ih, kesel banget. Kamu ngasih ke ponakan sama sepupu kamu, pada tebel-tebel, teu adil, ah."gerutu Abila

Ia memberikan amplop itu kembali kepada sang Suami. Abila memalingkan pandangannya dan bersedekap dada. "Sayang, dengerin aku,"bujuk Gus Azlan.

"Alam, Alif, Haura, Galuh, Chessy, ada Aska juga, mereka kan saudara aku. Sedangkan kamu, istri aku, jelas beda Sayang."bujuk Gus Azlan, namun Abila tak menggubrisnya. "Gini deh, kamu buka dulu amplop nya, kamu keluarin dulu isinya."lanjut Gus Azlan.

"Sini,"sahut Abila ketus. Abila mengambil amplop yang berada di tangan Gus Azlan dengan cukup kasar.

Abila membuka amplop itu, dan melihat isi dari amplop tersebut. "Dih, bete deh sama kamu, sumpah."Abila mengeluarkan selembar kertas yang di tilep rapih. "Masa aku di kasih kertas doang, ih."lanjut Abila

"Nggak bisa ngasih banyak, Sayang. Kan aku udah beliin kamu tiket,"sahut Gus Azlan. "Aku nggak minta pake pesawat Business Class, ya. Aku minta yang biasa aja,"balas Abila.

"Kan biar kamu nya nyaman, Sayang. Aku nggak mau ngasih yang biasa aja. Kan aku pernah bilang, selagi ada uangnya, selagi aku masih mampu buat bahagiain kamu, ngasih yang terbaik buat kamu. Why not?"

"Jujur kita ke Nederland aja, udah seneng banget bro. Teu usah pake Business Class. Mahal banget,"

Teu=nggak

"Aku nggak mau ngasih yang biasa aja, apalagi ini buat kamu."balas Gus Azlan, "Yaudah berarti salah kamu,"kata Abila. "Yaudah nggak jadi,"ancam Gus Azlan.

"Yaudah iya, maaf."kata Abila sembari memegang tangan Gus Azlan. "Aku mau ganti, ih. Masa aku kertas gini doang, nggak adil. Mentang-mentang kamu ngasih apa yang aku mau terus. Thr aku kertas gini doang, ih pokoknya mau gan--"gerutu Abila.

My Cold GusTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang