ENAMPULUHTIGA

7.6K 615 26
                                    

Assalamualaikum teman

"Kita semua bisa, asal kita mau,"

-Jefniandra Syahbian

*********

Abila melirik jam tangan nya. "Waduh, jam dua lagi."keluh Abila, terdengar Abila bergumam, "Gue balik dulu ya. Mau bantu, emak gue nih, buat sahur nanti,"pamit Abila.

"Oke, hati-hati, Bil,"sahut teman-teman barunya. Abila mengangguk, ia bangkit, dan tak lupa menarik koper nya. "Bil,"panggil Jevan.

Abila menoleh, "lu kayak anak yang habis di usir dari rumah,"kata Jevan. "Sembarang lo. Emang iya sih, ini kalo balik telat juga gue bakal di usir beneran."sahut Abila, semua orang terkekeh mendengar perkataan Abila.

"Dah, gue cabut dulu,"Abila melangkahkan kakinya meninggalkan komplek sebelah. Dengan rasa yang sedikit malas, ia berjalan di jalanan yang tak terlalu besar.

Abila sudah berada di jalan kompleknya."Berasa di usir beneran deh gue,"

Tiba saat nya di kediaman milik, sarjana S2 hasil nyontek, katanya. Tapi, sebenarnya, Ayahanda Abila ini, memang sangat pintar, dan ada minus sedikit dari kelakuannya. Dengan malasnya Abila membuka kunci pagar rumahnya. Abila masuk dan tak lupa menutupnya kembali, "Punya satpam tiga, pada nggak ada, heran gue,"gerutu Abila.

Ia memasuki rumahnya, dengan koper baru hadiah ulang tahun nya dari Jefni, "Assalamualaikum,"salam Abila dengan nada malas.

Terlihat sudah ada personil pjk komplit, Bunda Zahra, Ayah Ridwan, dan sang suami, yaitu Gus Azlan, yang menatap dirinya dengan berbagai tatapan. "Aduh,"batin Abila.

"Abis dari mana?"tanya Ayah Ridwan mewakili, Abila berjalan sembari menarik koper tersebut, "Main"jawab Abila.

"Main lupa waktu, nggak sholat Dzuhur, udah jam dua,"sahut Ayah Ridwan, "yakan Ayah,"Abila berusaha mengelak.

"Ayah, tau gitu, Jef nggak kasih kado ini,"celetuk Jefni, "Harusnya emang jangan di kasih kado, nggak usah. Kebiasaan nanti,"ujar Ayah Ridwan.

Ayah Ridwan dan Bunda Zahra memang mengajarkan kepada kedua anaknya itu hidup sederhana dan hemat. Ya, meski, uang nya yang terlihat tak akan habis, tetapi mereka membiasakan akan hal tersebut. Ketika kedua anaknya itu ulang tahun, Ayah Ridwan dan Bunda Zahra hanya memberi satu buah kue ulang tahun saja. Tidak dengan kado-kado mahal, dengan harga jutaan, atau bahkan puluhan sampai ratusan juta.

Karena, Ayah Ridwan pikir, kekayaan yang ia miliki tak seterusnya, milik nya. Semua itu hanya titipan yang bisa di ambil kapan saja oleh sang pencipta. Sampai kedua anaknya ini tumbuh dewasa pun, Ayah Ridwan dan Bunda Zahra tidak melihat barang-barang mewah yang di miliki oleh kedua putra-putrinya ini. Sungguh didikan yang sangat baik.

Abila menundukkan kepalanya, "Bunda, sama yang lain udah panik, kamu belum pulang, tapi tadi alhamdulillah nya Ibunya Afif kesini, jadi liat kamu, di komplek rumahnya,"kata Bunda Zahra

Kediaman rumah Afif memang di komplek sebelah rumah Abila, pantas saja ibunda dari Afif melihat Abila yang sedang berbincang-bincang alot di dekat lapangan komplek ibunda Afif.

"Ayah, Bunda, maaf ini mah, Rayen, sama yang lain, mau nyari makanan ringan buat besok di bagiin,"sahut Rayen. Bunda Zahra menoleh, "Iya,"

Keenam abang sepupunya, serta satu abang kandung Abila pun bangkit, berpamitan untuk mencari makanan buat pjk bernas, "Abang ikut,"pinta Abila.

"Udah diem, maneh, di rumah,"sahut Kemal melarang nya.

"Ih, abang ikut,"rengek Abila. "Abila lafatunnisa,"panggil Ayah Ridwan. Seketika mental dan nyali Abila ciut. Ia menundukkan kepalanya,"Makanya lu jadi anak jangan bader,"bisik Ari dengan logat Bekasi.

My Cold GusTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang