ENAMPULUHLIMA

8.2K 587 29
                                    

Assalamualaikum temann

"Cinta itu bagaikan hukum atom. Ada saatnya harus memiliki, ada juga saatnya harus melepaskan."

-Rayendra Gunadhya

Abila berjalan, Ia masih di rangkul oleh abang kandungnya, terlihat raut wajah Abila yang sepertinya menyimpan sesuatu, namun Abang sepupunya yaitu Jefni, tahu dan paham betul kenapa Abila seperti ini.

Gus Azlan menghampiri Abila, "Khum,"tegur Gus Azlan. Abila menatap Gus Azlan seolah bertanya, "ngelamun terus, kenapa?"tanya Gus Azlan. Abila menggelengkan kepalanya.

"Bil, gue mau duduk di deket pjk,"kata Kemal sembari menepuk pundak Abila. Adeknya itupun mengangguk, "adek gue puasa ngomong kali ya,"batin Kemal.

Gus Azlan menggenggam lengan Abila, dan membawanya untuk duduk di lantai yang di lapisi karpet, di ruang keluarga. "Nih batalin dulu puasanya,"Gus Azlan memberikan segelas air putih.

Abila menerimanya, ia membaca doa terlebih dahulu. Abila meminum nya sembari memegangi tengkuk lehernya yang terasa berat dengan tangan kirinya. "Sakit leher nya?"tanya Gus Azlan. Abila mengangguk, "berat," kata Abila sembari meletakkan gelasnya.

Gus Azlan merangkul Abila dan membawa kepala Abila untuk sandar di bahunya. Tanpa di sadari oleh Abila, Jefni memperhatikan gerak-gerik Abila, dengan tatapan tak biasa.

Mangki melihat apa yang di liat oleh Jefni, di lanjut menyenggol lengan Jefni."Sshttt, maneh ngeliatin bini orang mulu dari tadi,"tegur Mangki. Pasangan baru menikah ini memang ikut buka puasa bersama.

Jefni menatap seolah bertanya, "naon?"

"Iya itu lu, liatin si Abila mulu,"sahut Mangki, Jefni menghela napas, "Orang gue liatin si Navy,"Jefni memberitahu. Rayen tersedak, membuat Jefni menoleh, "Maksud? Mata lo dari tadi liatin si Abila terus, ye sat."kata Rayen memperkecil volume suaranya.

"Kasar maneh, lagi di bulan suci juga. Gue liatin si Navy, lu kagak percaya, kak? Sini gue buka,"kata Jefni memperkecil volume suaranya, ia merangkul kakaknya itu.

"Emang ada apa sih?"tanya Rayen. Jefni membisikan sesuatu kepada kakaknya. "HAH?"kata Rayen kaget, membuat semua orang menatap kearah Rayen, terutama Abila juga menatap Rayen.

Rayen cengengesan, "Rayen. Kamu berisik banget, makan ya makan aja,"sahut Mamah Zelya, ibu dari Rayen dan Jefni. "Iya mah, maaf."kata Rayen

"Itu lu nyuruh si Navy kagak ngapa? Nanti ilang lu yang mewek,"tanya Rayen memperkecil volume suaranya. Jefni menggelengkan kepalanya, "santai, dia udah jadi ustadz di dunianya,"jawab Jefni sembari memakan es buah buatan mamahnya.

Disisi lain, Abila menggandeng lengan Gus Azlan, ia masih bersandar di bahu Gus Azlan. "Mau makan?"tawar Gus Azlan sembari mengelus pipi Abila.

Abila menggelengkan kepalanya, "Harus makan, aku suapin, ya sayang,"kata Gus Azlan. Abila masih kukuh menggelengkan kepalanya.

Tring!!

Notif ponsel Gus Azlan pun berbunyi, tetapi sang pemilik tidak menghiraukan nya. "Zlan,"panggil Jefni membuat Gus Azlan menoleh kearah Jefni yang cukup jauh darinya.

Jefni memperlihatkan ponselnya, berusaha untuk memberikan isyarat agar Gus Azlan melihat ponselnya. Dan akhirnya Gus Azlan mengangguk, ia mengambil ponselnya di saku baju kokonya. Gus Azlan menyalakan ponsel itu, terlihat notif pesan dari Jefni. "Bacain ayat kursi di dalam hati,"batin Gus Azlan membaca pesan itu.

Gus Azlan menatap Jefni sesekali ia menatap ponselnya. Jefni mengangguk, membuat Gus Azlan membaca ayat kursi di dalam hatinya sembari mengelus kepala Abila.

My Cold GusTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang