Assalamualaikum, temannn.
"Ternyata kisah kita tak semudah itu, ya"
-Rayendra Gunadhya.
******
"Rencana berangkat ke Mesir kapan, Zlan?"tanya Bunda Zahra. Mereka sudah makan malam, tapi tidak dengan Abila. Ia hanya memakan buah-buahan saja, dan sampai detik itu juga belum selesai-selesai.
"Azlan, juga belum tahu Bun,"jawab Gus Azlan. "Aduh, mas Azlan teh, blasteran cina bukan?, meni putih ih,"sahut Bi Mimah sembari mengambil piring-piring kotor dari meja makan.
Gus Azlan hanya tersenyum canggung. Abila dengan kaki yang keatas satu, seperti makan di warteg. Ia menatap Bi Mimah dengan sinis, sembari mengunyah perlahan melon yang berada di mulutnya. "Bi, mau jadi pelakor syariah?"tanya Abila, dengan mulut penuh dengan melon.
"Nggak atuh neng Lafa. Da bibi ge, masih inget umur,"jawab Bi Mimah. "Tenang Bi, buat anak bibi aja. Masih ada tiga tempat lagi, belum sold out,"sahut Kemal sembari mengacungkan ketiga jarinya, ia hanya ingin melihat adeknya ini, marah.
Abila lantas menatap Kemal yang duduk berhadapan dengannya di meja makan. Ia menatap Kemal dengan sangat tajam. Abila menggebrak meja sampai, Ayah Ridwan, Bunda Zahra, Kemal, Gus Azlan, dan Bi Mimah tersentak kaget.
"Eh copot, copot-copot. Itu copot,"latah Bi Mimah.
"Maksud lu apa?! Jangan bikin gue naik darah malem-malem deh bang!"tanya Abila sembari menunjuk Kemal menggunakan pisau.
Gus Azlan yang sigap menurunkan lengan Abila yang memegang pisau, "Sshhtt eh. Khum, gak boleh. Bahaya,"
Abila menoleh kearah Gus Azlan, "Atuh dianya ih. Geuleh,"
"Gue jadiin murtad beneran lu bang!"lanjut Abila sembari menunjuk Kemal. "Yaudah, bapak gue malaikat penjaga pintu surga, mau apa lo?"balas Kemal.
"Bapak lu bapak gue juga,"sahut Abila. "Terus, mau lo apa sekarang, hah?"tanya Kemal
"Mau liat lu kesiksa di neraka! Nanti, gue ketawa di surga. Itu doang sih, simple."sahut Abila, "Udah Nden, Neng."lerai Bi Mimah,
Bunda Zahra mengisyaratkan Bi Mimah untuk ikut bersamanya ke dapur, membawa piring-piring kotor. Dan Bi Mimah mengikuti nya. Yang tersisa hanya, dua orang yang saling adu cekcok. Dan dua orang yang memegang kepalanya terasa pusing.
"Apa, Bil? Lu ngetawain di surga? Punya amal apa lu? Lu ada masalah aja ngelampiasinya ke club"balas Kemal. Lantas Gus Azlan menoleh, menatap Abila.
"Anjring. Punya abang mulutnya lemes banget, otaknya di gade dimana sih?"batin Abila.
Ayah Ridwan memijit pangkal hidungnya. "Udah Kemal, yang itu jangan di bahas. Ayah gak suka,"
Abila tertawa kemenangan. "Huh, yahahaha dimarahin."
"Kamu diem, Abila Lafatunnisa."sahut Ayah Ridwan, Abila seketika terdiam. Mental nya ciut seketika saat sang Ayah menyebut nama panjangnya.
Abila menundukkan kepalanya, sesekali ia melirik suaminya yang berada di samping dirinya. Terlihat wajah datar suaminya, Abila menghela napas. "Alamat kena ceramah deui, aing"batin Abila.
"Azlan. Ayah, mau ke kamar. Kamu ke kamar saja, Kemal, tadi Rifki telpon Ayah. Baju Groomsmen kamu, ada di Nerham. Tinggal ambil aja."kata Ayah Ridwan, "Siap Ayahanda. Rumah Nerham, di sebelah ini."sahut Kemal
"Azlan, Abila. Baju kalian juga ada di lemari,"lanjut Ayah Ridwan. Gus Azlan mengangguk, "baik Ayah."
"Woke Ayah,"sahut Abila dengan mengacungkan jempolnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Cold Gus
Short StoryAbila lafatunnisa seorang gadis cantik yang menduduki bangku kelas 12, hobi dia bermain bola dan dia juga suporter Chelsea garis keras. Tingkah nya yang sedikit Astagfirullahalazim ini, membuat siapa pun yang melihat nya bisa mengelus dada, Abila sa...