LIMAPULUHSEMBILAN

8.9K 674 23
                                    

Assalamualaikum temannn.

"Jika aku tau endingnya seperti ini. Seharusnya dari awal kita tidak memulai prolog,"

-Afif Radhitya Kalandra.

*******

"Umi, Abila berangkat dulu."pamit Abila sembari mencium lengan Umi Maryam yang duduk di salah satu sofa dengan Al-Qur'an yang ia baca.

Umi Maryam menutup Al-Qur'an itu. Ia bangkit dari duduknya,"Hati-hati sayang. Jangan terlalu kecapean. Inget, ada anak kamu."pesan Umi Maryam, "tenang Umi. Abila akan jaga. Assalamualaikum,"

"Waalaikumus'salam."

Abila segera melesat keluar dari Ndalem. Ia mengambil sepatunya di rak sepatu. Abila duduk di bangku, tak lama ponsel nya pun berdering. Ia segera membuka tasnya dan mencari keberadaan ponselnya disana.

Abila mengernyitkan alis saat melihat nama paman nya yang tertera disana. Yang biasa ia sebut dengan sebutan, 'mamang'.  Rifki adalah adik dari ayahanda Abila."Tumben, Mangki nelpon gue,"

Abila segera mengangkatnya, ia me-loadspeaker dan meletakan ponselnya di atas meja. "Hallo?, apaan. Morning-morning udah telpon,"tanya Abila sembari memakai sepatu.

"Kalem napa. Belum juga gue berucap,"sahut Rifki.

"Ya apaan? Gue lagi pake sepatu, mau sekolah. Ganggu aja lu, Mangki."kata Abila kesal

"Ini gue mau ngasih tahu, minggu depan gue nikah. Lu dateng ya, oh iya. Keluarga suami lu juga, jangan lupa dateng. Kalo lu sehari sebelum hari H, harus udah sampe,"Rifki memberi tahu.

"Anjay. Nikah, sama siapa?"tanya Abila. "Ehem. Biasa,"sahut Rifki. Dikarenakan Abila sudah tahu, jadi ia tidak akan bertanya lagi. "Anjay, peletnya kuat."

"Iya gue ke dukun seminggu yang lalu."

"Loh sayang, kok belum berangkat?"tegur seorang lelaki di ambang pintu utama Ndalem.

Abila menoleh. "Ini lagi pake sepatu."

"Sayang anak, sayang anak. Boleh, goceng dapet tiga. Sendal kulit duren nya."sahut Rifki di telepon.

"Mangki. Riweh pisan siah. Pagi-pagi,"kata Abila.

Terdengar Rifki mendengus kesal di seberang sana, "idih siah Bilnong, pagi-pagi udah bucin."

Abila mengambil ponselnya, "ngape lo sirik?."tanya Abila, tanpa menunggu jawaban dari mamangnya, Abila memutuskan hubungan telepon itu sepihak.

Abila mendengus kesal. "Si Mangki, riweh. Demi deh,"

"Masih pagi udah marah-marah aja,"celetuk Gus Azlan. Abila menoleh menatap suaminya, "apa?. Gak seneng?"tanya Abila tak terima.

"Bilnong! Lama banget sih lu!"Syaqila memanggil Abila, sembari berlari kearah Abila.

Abila bangkit,"Iya etdah."sahut Abila, ia memasukkan ponselnya ke dalam ransel miliknya. Dan ia cangklongkan ransel itu di pundak sebelah kirinya. "Cepetan!,"kata Syaqila.

"Sabar. Bay Antarctica. Assalamualaikum,"pamit Abila sembari menggandeng dan menarik Syaqila.

"Waalaikumus'salam,"Gus Azlan tersenyum melihat tingkah lucu istrinya.

***

"Harusnya disini tuh ada si Tegar. Eh, dia masuk IPS. Kan dodol,"gumam Abila sembari memijat pangkal hidungnya terasa pusing.

My Cold GusTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang