Mia memandang takjub rumah di hadapannya. Rumah kayu minimalis milik keluarga Wira Atmaja itu terlihat cantik. Disinilah Mia dan teman-temannya akan menghabiskan malam tahun baru. Ya, akhirnya mereka berlima ditambah Bobby memilih berlibur di villa keluarga Tommy. Adrian tidak bisa menemukan villa lain yang dekat dengan rumah tante Prita meski dengan koneksi sekalipun. Ini musim liburan, tentu saja sulit kalau tidak mencari dari jauh-jauh hari.
Adrian juga tetap menolak meminjamkan villanya. Syukurlah. Mia memang sudah memutuskan mencoba berdamai dengan rasa takut dan menjadikan Adrian temannya, tetapi perasaan canggung itu masih sering datang. Entahlah, Mia tidak bisa mendeskripsikan perasaannya pada Adrian. Kadang ia merasa nyaman, Adrian sudah seperti Tommy atau Ivonne baginya tapi kadang ia merasa cemas. Kilasan mimpi buruknya masih menghantui padahal ini bukan salah Adrian.
Papi memang menginginkan Mia menghabiskan malam tahun baru di rumah tante Prita. Sedangkan teman-temannya tidak mau merepotkan tante Prita dan mungkin merasa tidak nyaman, takut papi akan turut serta dalam liburan mereka. Menilik sifat overprotektif papi, itu bisa saja terjadi.
Papi keberatan melepas Mia bersama teman-temannya padahal Mia merasa sudah cukup dewasa. Tetap saja bagi papi, Mia adalah putri kecilnya. Maka dipilihlah jalan tengah, mencari villa yang dekat dengan rumah tante Prita. Mia tetap bisa liburan bersama teman-temannya. Tante Prita dan keluarganya tetap bisa mengawasi Mia.
Ivonne paling bersemangat begitu tahu villa keluarga Arthadinata tak jauh dari rumah tante Prita. Segala cara Ivonne tempuh biar bisa meminjam villa itu, kalau perlu sewa. Mia meringis melihat kegigihan Ivonne. Mia tidak yakin bisa membayar villa mewah semacam itu. Sekali lagi, Mia bersyukur Adrian menolak permintaan Ivonne dan teman-temannya. Lebih bersyukur lagi ketika Adrian menolak ajakan libur bersama Ivonne. Entah apa jadinya kalau laki-laki dengan netra madu itu turut serta.
"Bengong aja. Buruan masuk." Tommy menegurnya membuat Mia tersipu malu. Dia ketahuan melamun sekaligus terpesona dengan villa kayu ini. "Sini aku bawain tasnya." Tanpa menunggu persetujuan Mia, Tommy sudah menyambar tasnya.
"Gue gak dibawain juga Tom?" tegur Ivonne yang kerepotan membawa tas besarnya, entah apa isinya karena tas itu terlihat berat.
"Itu ada si Eddie," jawab Tommy asal sembari bergegas menuntun Mia masuk ke dalam villanya.
"Eddie udah bawain tas Nina." Ivonne merengek.
Mia baru saja ingin mengambil alih tasnya dari tangan Tommy biar Tommy bisa membawakan tas Ivonne, ketika Bobby tanpa aba-aba lebih dulu menyambar tas milik Ivonne.
Gadis berambut curly itu hanya bengong tanpa protes. Aneh. Biasanya Ivonne dan Bobby bagai kucing dan tikus di film kartun Tom and Jerry. Tidak pernah akur. Akhir-akhir ini, entah kenapa mereka tak bertengkar lagi.
Sebenarnya, mendapatkan Bobby ikut liburan bersama mereka saja sudah cukup aneh. Bobby terlihat alergi tiap kali berhadapan dengan Ivonne. Laki-laki itu pasti bersikap ketus dan jutek tiap berinteraksi dengan Ivonne. Sudah begitu sejak awal mereka berkenalan.
Mia teringat waktu Ivonne mendaftar UKM karate, Bobby mengejek sahabatnya itu.
"Lo disini bukan buat latihan bela diri tapi buat deketin salah satu senpainya iya kan," tuduh Bobby kala itu.
Senpai yang dimaksud Bobby tentu saja Adrian karena memang itu tujuan Ivonne ikut UKM karate, mencari perhatian Adrian. Lucunya bukan cuma Ivonne yang melakukan modus itu, hampir semua fans Adrian melakukannya. Selanjutnya tiada hari latihan yang tidak diisi pertengkaran mereka berdua, Nina yang cerita. Kata Nina, bukan Adrian yang menjadi pelatih untuk pemula melainkan Bobby. Bisa dibayangkan betapa kesal dan kecewanya Ivonne.
![](https://img.wattpad.com/cover/188054235-288-k180603.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Just Three Words
Teen FictionTrauma di masa lalu membuat Amelia Renata (Mia) menghindari apapun yang berhubungan dengan darah. Cairan merah mengerikan itu selalu membuatnya panik dan ketakutan. Maka ketika Adrian Arthadinata masuk dalam lingkaran pertemanannya, Mia berusaha men...