Cemas dan takut adalah dua hal yang menemani Mia belakangan ini. Tidak. Bukan belakangan ini tapi mungkin selama ini, selama hampir dua belas tahun. Ketakutan yang membuatnya lupa, ketakutan yang kembali mengingatkannya. Kadang Mia bertanya apa yang membuat dirinya lupa waktu itu? Kenapa dia tidak melupakan semuanya saja, tak perlu mengingat lagi. Kenapa dia harus ingat lagi?
Anak laki-laki itu menyapa hampir setiap malam saat ia mulai memejamkan mata. Itu saat-saat paling buruk. Pelukan mami dulu sangat menenangkan. Nyanyian pengantar tidur yang dilantunkan lewat suara merdu mami bisa membawanya kembali ke alam mimpi. Setiap mami memeluknya anak laki-laki itu tidak datang. Namun saat Mia beranjak besar, pelukan mami tidak lagi cukup.
Di dunia nyata ada yang paling Mia takuti juga. Merah. Cairan merah yang biasanya muncul seiring dengan rasa sakit, dimana jiwa bisa terlepas dari raganya kalau cairan itu terus keluar dan tak bisa berhenti. Kepala Mia berdenyut nyeri lalu terasa ringan. Tubuhnya bagai sehelai kapas, terasa melayang. Perutnya mulas, dadanya sesak dan terakhir kegelapan biasanya menyambut. Dalam otak Mia terlintas bayangan sang anak laki-laki yang kepalanya terluka, rintihan kesakitannya dan tatapan netra sewarna madunya yang cemas.
Cemas? Enggak. Mia pasti salah mengingat. Anak laki-laki itu tak mungkin mencemaskannya. Dingin. Tatapan itu dingin. Marah. Anak laki-laki itu marah. Gara-gara Mia ceroboh, dia terluka. Mia memang bodoh. Harusnya Mia mendengarkan saran Kirana yang menyuruhnya pulang. Harusnya Mia ingat nasihat papi yang tak membolehkan naik ayunan sambil berdiri. Harusnya Mia bisa hati-hati jadi dia tidak akan jatuh.
Aku akan menangkapmu.
Anak laki-laki itu berjanji akan menangkapnya kalau saja ia terjatuh. Anak itu juga berjanji akan memberi tiga es krim stroberi kalau Mia berani mencoba. Tapi, anak itu juga yang menyangkal semua yang terjadi. Memarahinya, mengusirnya. Kenapa? Apa salah Mia? Mia cuma menuruti permintaannya. Apa dia marah karena Mia tidak melakukannya dengan benar? Atau dia marah karena Mia membuatnya terluka? Membuatnya gegar otak dan tak sadar selama dua hari. Membuatnya hampir terbunuh dan mati.
Lalu sekarang apa yang diinginkan laki-laki itu darinya. Bukankah masalah mereka sudah selesai? Keluarganya melayangkan tuntutan hingga papi yang melindunginya sempat dipenjara selama beberapa hari. Papi yang harus kehilangan pekerjaan, mami yang dilanda kesedihan karena suami yang terjerat masalah dan kehilangan bayinya, nini yang marah padanya dan jatuh sakit lalu meninggal. Semua orang menuduhnya pembawa sial karena kemalangan yang datang bertubi-tubi.
Mia sudah menerima hukuman atas kesalahannya, kecerobohannya. Lalu apalagi? Bukankah harusnya Mia juga marah? Anak laki-laki itu tak menceritakan kejadian yang sebenarnya. Anak itu menimpakan semua kenakalan mereka hanya padanya. Mia harus bertanggung jawab seorang diri. Keluarga anak itu marah, ayahnya sangat galak dan kejam. Orang itu yang sudah memenjarakan papi dan menyakiti mami.
I'm not going to hurt you.
Aku cuma mau berteman.
Bohong! Adrian tidak mungkin mau berteman dengannya. Mia tidak pantas untuk diajak berteman. Mia sakit. Mia merepotkan. Mia hanya bikin malu. Itu yang selalu dikatakan mereka padanya. Keempat sahabatnya memang bodoh karena mau berteman dengannya. Adrian pasti sedang merencanakan sesuatu. Mungkin menghancurkan keluarga Mia di masa lalu belum cukup.
I'm sorry for everything.
Kenapa Adrian malah minta maaf?
Aku bisa jelasin. Please listen to me.
Kenapa Mia harus mendengar penjelasan Adrian?
Mia tidak mau berurusan dengan Adrian lagi. Mia marah sekaligus takut. Mia bingung dengan apa yang dirasakannya sekarang. Di satu sisi, ia marah karena semua kemalangan yang terjadi di masa lalu akibat ketidakjujuran Adrian. Di sisi lain, ia takut karena entah bagaimana ia merasa kalau ia juga bersalah. Adrian terluka karena menyelamatkannya. Mia juga sadar kalau keluarga Adrian yang kaya raya sangat berbahaya. Keluarga yang merepotkan kalau menilik pendapat papi. Mia tak mau mengenal Adrian lagi. Tapi bagaimana caranya kalau Adrian selalu datang menghampirinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Just Three Words
Genç KurguTrauma di masa lalu membuat Amelia Renata (Mia) menghindari apapun yang berhubungan dengan darah. Cairan merah mengerikan itu selalu membuatnya panik dan ketakutan. Maka ketika Adrian Arthadinata masuk dalam lingkaran pertemanannya, Mia berusaha men...