Mia tak tahu pasti apa yang mendorongnya untuk mengirimi Adrian pesan dan bilang kalau ia ingin bertemu dan membicarakan sesuatu. Menilik sifat dan perilakunya dulu, Mia tidak akan mungkin memiliki keberanian seperti ini. Mia yang biasanya akan memilih merelakan yang terjadi atau pura-pura tidak peduli lalu melanjutkan hidup.
Adrian membuatnya berubah sampai kadang Mia tak mengerti dirinya sendiri. Adrian telah membuatnya merasakan berbagai macam emosi yang mengacaukan pikiran dan perasaannya. Mia merasa kesal, marah, benci tapi juga merasa takut, cemas, iba dan juga sesuatu yang membuat jantungnya berdebar kencang dan perutnya tergelitik hanya dengan melihat atau bahkan memikirkan laki-laki bule bermata coklat terang itu. Perasaan yang selalu ingin disangkalnya, disingkirkan kalau perlu tapi tidak bisa.
Kalau mengingat Adrian adalah kekasih Cindy dan pernah mencium gadis itu lalu viral di media sosial, rasanya Mia ingin memaki atau memukuli Adrian sekalian. Kesal karena telah dibuai dengan kata-kata dan perlakuan manis lalu selanjutnya malah dibanting ke jurang. Adrian bahkan sempat menggodanya waktu mereka pura-pura pacaran. Menyebalkan!
Harusnya Mia biarkan saja Adrian melakukan sesuatu untuknya. Biar saja Adrian berkorban untuknya. Itu sudah sewajarnya bukan? Adrian pernah bilang akan menebus kesalahannya, membayar hutangnya pada Mia. Jadi Mia tak perlu merasa tidak enak, terbebani apalagi merasa bersalah. Tapi... Mia terus kepikiran masalah ini. Mengetahui ada seseorang yang bersusah payah sementara dirinya hidup enak rasanya tidak nyaman. Apalagi ia tahu Adrian melakukan itu untuk membela dan melindunginya. Menyebalkan!
Apa yang seharusnya Mia lakukan pada Adrian?
Mia sangka Adrian tidak akan merespon pesannya. Mia harap pesannya tak pernah dibaca. Nyatanya Adrian merespon cepat, hanya dalam hitungan detik seolah Adrian tengah menunggu pesan yang ia kirim. Adrian setuju untuk bertemu.
Mia kembali melirik jam tangannya, Adrian terlambat tiga puluh menit dari waktu yang dijanjikan. Mia merasa sedikit relaks, ia berharap Adrian akan mengirimi pesan yang isinya pembatalan janji mereka. Tak mengapa kalau kedatangan Mia ke kafe ini jadi sia-sia. Kalau dipikir lagi Mia tak siap bertemu Adrian. Ingatannya saat di hotel berkelebatan di benaknya. Rasanya malu sekali.
Jantung Mia sesaat berhenti berdetak saat melihat sosok itu memasuki kafe. Adrian terlihat bicara dengan salah satu waitres. Mia langsung meraih buku menu dan pura-pura membaca ketika waitres itu menunjuk ke meja yang ditempatinya. Debaran jantungnya makin tak terkendali saat Adrian berjalan ke arahnya. Mia menarik napasnya perlahan, meletakkan buku menu lalu mengukir senyum semanis yang ia bisa. Netra gelapnya kini bertemu dengan netra sewarna madu itu. Mia mengepalkan kedua tangannya saat Adrian menatapnya tak berkedip selama beberapa saat.
"Hai," sapa Adrian pada akhirnya lalu balas tersenyum.
"Hai kak." Suaranya tercekat di tenggorokan. Tuhan... Rasanya canggung sekali.
Adrian terlihat sangat tampan hari ini. Tidak. Adrian memang selalu tampan. Jaket semi parka hitam dan celana jeans hitam serta kaos putih polos yang dikenakan Adrian mengingatkan Mia pada saat itu. Saat dimana mereka bertemu setelah Mia mengetahui siapa Adrian sebenarnya. Waktu itu Adrian terlihat sendu dan muram tapi kali ini Adrian terlihat cerah. Sepertinya Adrian tengah bahagia. Tentu saja bahagia. Adrian tengah jatuh cinta. Hati Mia serasa tercubit lagi sekarang.
Mereka memutuskan mengisi perut terlebih dahulu sebelum memulai pembicaraan. Atmosfer di antara mereka terasa hening meski sekelilingnya ramai. Duduk berhadapan, masing masing sibuk dengan makanannya sampai Adrian tersenyum geli sembari menatapnya. Mia bertanya-tanya dalam hati apa yang salah, namun sebelum ia menemukan jawabannya Adrian sudah memajukan tubuh lalu mengulurkan tangan menyentuh sudut bibirnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Just Three Words
Teen FictionTrauma di masa lalu membuat Amelia Renata (Mia) menghindari apapun yang berhubungan dengan darah. Cairan merah mengerikan itu selalu membuatnya panik dan ketakutan. Maka ketika Adrian Arthadinata masuk dalam lingkaran pertemanannya, Mia berusaha men...