Sejak dulu, Mia paling tidak suka jadi pusat perhatian. Maju di depan kelas untuk sekedar mengerjakan soal di papan tulis saja Mia sudah berdebar dan berkeringat dingin. Jadi petugas upacara di depan puluhan siswa adalah hal yang tidak akan pernah Mia lakukan meski dia merasa iri dengan teman-temannya yang kelihatan gagah dan keren saat mengibarkan bendera merah putih atau membacakan teks pancasila dan UUD 45. Namun saat ini, mau tidak mau, Mia harus membiasakan diri. Sebagai mahasiswi, adakalanya tugas yang diberikan dosen adalah presentasi di depan kelas, toh nanti saat skripsi pun Mia harus mempresentasikan juga di depan penguji. Hitung-hitung latihan dari sekarang. Tetap saja kaki Mia rasanya lemas, jantungnya berdetak terlalu kencang sampai dadanya terasa sakit dan keringat dingin mengucur deras padahal ruang kelasnya berpendingin.
Meski bukan Mia yang menjadi pembicara, tetap saja rasa gugup membuat perutnya mulas. Bagaimana tidak gemetar jika perhatian seluruh kelas tertuju padanya. Di dekat proyektor, Tommy terlihat percaya diri mempresentasikan tugas mereka dengan baik. Tommy tak pernah terlihat canggung saat berbicara di depan orang banyak, begitu pula Ivonne yang dengan lancar menjawab pertanyaan teman-teman mereka. Suara Mia bergetar saat gilirannya menjawab tiba. Meski tak ada yang salah dengan jawabannya, Mia tetap saja merasa salah.
"Maaf ya, aku gugup tadi." Mia mengungkapkan penyesalannya usai presentasi tugas mereka selesai dan sang dosen telah meninggalkan kelas.
"Enggak kok. Lo oke." Ivonne membesarkan hatinya, seperti biasa. Tommy pun ikut mengangkat ibu jarinya, memuji penampilan Mia yang menurut Mia memalukan.
Kalau Nina disini, Nina pasti sudah memberikan penilaian objektif, mengkritik Mia tanpa rasa sungkan. Kadang Mia merasa sakit hati padahal Nina mengatakan yang sebenarnya. Nina hanya tak bisa bermulut manis.
"Aku takut nilainya jelek."
"Ya gak mungkin lah Mi. Materi kita udah oke. Kita juga bisa jawab pertanyaan dengan baik. Tenang aja," sahut Tommy menyanggah kekhawatiran Mia.
"Aamiin." Mia akhirnya cuma bisa berdoa dan mengamini saja.
"Ya udah kantin yuk. Laper nih," ajak Ivonne seraya mengelus perut ratanya.
"Baru jam sepuluh Von. Lo gak sarapan tadi?"
"Sarapan tapi laper lagi."
"Buset... Perut karet. Gendut lo ntar."
Tommy terkekeh usai meledek Ivonne. Mia buru-buru menyenggol lengan Tommy begitu melihat raut wajah Ivonne yang kesal. Tommy melakukan kesalahan besar. Ivonne paling tidak suka dikatai gendut. Ivonne dan berat badan adalah musuh bebuyutan. Susah sekali bagi Ivonne untuk menurunkan berat badannya sementara Mia sebaliknya, susah untuk menambah berat badan. Ivonne pernah berkata kalau dia iri dengan Mia.
"Enggak... Enggak... Maksud gue Ivonne cantik, langsing, baik hati gak sombong." Tommy meralat, balik memuji berlebihan membuat Ivonne menyunggingkan senyum lebar dan Mia terkikik geli.
"Traktir," todong Ivonne tanpa malu.
Tommy langsung cemberut. "Demen lo bikin gue bangkrut."
"Ya kali anak sultan bangkrut. Ya gak Mi?"
Tawa kecil lolos dari bibir Mia. Ivonne tidak salah. Mana mungkin anak konglomerat seperti Tommy bangkrut hanya karena membayar makanan mereka di kantin.
"Kuy lah buruan." Tommy lekas berdiri usai menyambar tas punggungnya.
Mia melakukan hal yang sama, menyandang tas selempangnya di pundak sementara Ivonne meraih tote bagnya. Ketiga sahabat ini pun bergegas menuju kantin favorit mereka.
*****
Semua mata memandang ke arah Mia dan dua sahabat terbaiknya saat memasuki kantin yang bukan cuma menjadi favorit mahasiswa fakultas ekonomi, tapi juga mahasiswa fakultas lain. Entah ini cuma perasaan Mia atau begitulah kenyataannya. Gadis yang hari ini memilih mengenakan bando dan menggerai rambutnya itu hanya bisa menunduk di belakang dua sahabatnya yang berjalan lebih dulu. Perasaan tak nyaman langsung merayapi benaknya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Just Three Words
Roman pour AdolescentsTrauma di masa lalu membuat Amelia Renata (Mia) menghindari apapun yang berhubungan dengan darah. Cairan merah mengerikan itu selalu membuatnya panik dan ketakutan. Maka ketika Adrian Arthadinata masuk dalam lingkaran pertemanannya, Mia berusaha men...