19. Forgiven

103 1 0
                                        

Wah udah 19 part aja. Aku gak nyangka bisa nulis selancar ini he he. Yah walaupun ini rewrite bukan cerita baru tapi banyak yang aku ubah dari versi awal. Kelihatannya Adrian bakal tetap 'kusiksa' di versi ini ha ha ha. Hei dia udah bikin anak orang trauma, keluarganya susah jadi gak akan kukasih mudah. Udah ah... Happy reading ♥️


😀😀😀

Pemandangan tak biasa menyambut Mia pagi ini begitu ia turun dari Avanza hitam papi. Ivonne terlihat juga baru datang dengan seseorang di balik helmnya. Ivonne tidak pernah naik motor, takut malah tapi kali ini Ivonne nampak sumringah begitu turun dari motor hitam itu. Mia yakin itu bukan ojek online karena si pengendara membuka helmnya kemudian dan membuat mata Mia terbelalak. Tak sampai disitu kejutannya, laki-laki itu juga membuka helm yang dikenakan Ivonne membuat sang gadis tersentuh dan tersenyum malu.

Oh ya ampun, ini serius? Ivonne dan Bobby datang bersama? Saling tersenyum? Wow. Sejak kapan? Ivonne berhutang penjelasan padanya. Bobby kembali menaiki ninja hitamnya. Tak lagi memasang pelindung kepala, Bobby berpamitan, melambaikan tangan pada Ivonne yang disambut lambaian tangan juga. Senyum tak kunjung pudar dari bibir peach Ivonne.

"Wah pemandangan langka. Iya kan Mi?" Tommy tiba-tiba berbisik di belakangnya. Aroma woody menyebar di sekeliling Mia, menimbulkan debaran jantung yang lebih dari biasanya.

"Sejak kapan mereka akrab?" Mia mengalihkan fokusnya dari kegugugupan dan rasa senang yang membuncah.

"Entahlah... Tapi Bobby udah suka Ivonne sejak lama. Akhirnya dia berani juga bergerak." Tommy terkekeh kecil di akhir kalimatnya.

Mia membalikan tubuhnya, menatap Tommy untuk memastikan lagi. "Sejak lama? Kok bisa? Kak Bobby selalu jutek sama Ivonne."

"Itu reaksi karena gengsi, menutupi yang sebenarnya dirasakan."

Ada ya yang kayak gitu. Pura-pura galak dan kesal padahal suka. Apa Bobby tidak takut Ivonne justru tidak akan meliriknya. Kenyataannya Ivonne juga bersikap tak kalah garangnya pada Bobby. Entah kenapa sekarang kedua anak manusia itu menjadi akrab dan tidak bermusuhan lagi.

"Kayaknya efek sering latihan bareng." Tommy memberi informasi lagi. "Bukan cuma Ivonne dan Bobby, lo sadar gak kalau ada yang berubah juga dari Nina dan Eddie?"

Mia mengernyit bingung. "Eddie sering godain Nina sih," jawabnya polos.

"Dari dulu begitu tapi sekarang lebih sering dan kayak kode ya gak sih?" Tommy memberi petunjuk.

Mulut Mia membuka. Masa sih? Eddie dan Nina juga saling menyukai? Mia menggeleng kemudian.

"Gak tahu Tom. Aku gak ngerasa ada yang aneh."

Tommy terkekeh, sebelah tangannya mengacak pelan rambut Mia. "Dasar bocil! Salah gue bahas ini sama lo."

Tommy tidak tahu tindakan kecilnya berhasil membuat jantung Mia menari riang. Pipinya pasti sudah memerah sekarang. Kenapa Tommy begini? Sebelumnya tidak pernah. Mereka memang dekat tapi tidak pernah main sentuh sembarangan. Otak Mia kembali memutar apa yang pernah dikatakan Eddie. Lima alasan cowok suka menyentuh kepala cewek. Apa alasan Tommy?

"Lo udah gak apa-apa?" Tommy bertanya sambil mengiringi langkahnya menuju kelas. "Katanya lo kemaren kena flu?"

"Ooh." Mia mengusap hidungnya yang terasa sedikit gatal. "Gara-gara kehujanan, udah mendingan kok."

Tommy menyentuh keningnya. Mia terkesiap sampai lupa bernapas. Kenapa Tommy bersikap semanis ini sih? "Yah... Kayaknya lo beneran udah gak apa-apa," katanya. Tangan besarnya meraih tangan mungil Mia, menggenggam erat. Mia bisa terserang panik untuk alasan berbeda kalau begini caranya.

Just Three Words  Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang