"Kalau lo ngalamin situasi antara hidup dan mati terus lo harus milih antara diri lo sendiri atau orang yang lo sayang, apa yang bakal lo lakuin?"
"What kind of question is that?" Adrian berkata seraya menggelengkan kepalanya. Cowok itu bahkan mencondongkan badannya untuk mengintip kertas bertuliskan pertanyaan yang harus ia jawab.
"Yang lain pertanyaannya biasa aja, kenapa gue serem sendiri sih?" protesnya setelah diberitahu kalau pertanyaan itu benar apa adanya.
Masing-masing anggota Grey diberi tantangan untuk mengambil satu pertanyaan acak dalam sebuah bola kaca. Sang vokalis Grey mendapat giliran terakhir. Mungkin Adrian berharap akan mendapat pertanyaan yang lebih bagus dari teman-temannya. Nyatanya Adrian malah kebagian pertanyaan aneh di luar dugaan.
"Udah jawab aja. Lama lo." Sepupunya mengompori. "Ah gue tau jawabannya. Boleh gue yang jawab gak?"
"Enggak. Ini giliran Adrian." Si pewawancara tak memperbolehkan.
Interview dari sebuah radio gaul anak muda yang di upload ke situs web berbagi video itu ditonton banyak orang dan jadi trending, membuat Mia penasaran hingga memilih untuk menontonnya malam ini. Sesi wawancaranya dikemas menarik dan penuh canda tawa. Komennya banyak dan kebanyakan bernada positif. Mia pun ikut larut bahkan tersenyum sendiri kala menontonnya hingga sampai di sesi terakhir, pertanyaan untuk Adrian. Entah kenapa Mia jadi berdebar sendiri menunggu cowok bule itu menjawab, padahal ini pertanyaan aneh yang tidak jelas bukan pertanyaan 'siapa orang yang kamu suka saat ini' misalnya.
Adrian menghela napas panjang sebelum membuka mulut, memberi efek dramatis yang malah di respon dengan ledekan oleh teman-temannya. Sang vokalis Grey lantas tertawa hingga menampilkan deretan gigi putihnya yang rapi.
"Gue aja yang mati," jawabnya kalem membuat gadis yang tengah terpaku dengan layar laptopnya melongo.
"Bego!" Eric mengatai sepupunya.
"Adrian tipe orang yang rela ngelakuin apapun buat orang yang dia sayang." Bobby menimpali.
"Adrian gak takut mati," tambah Eddie.
"Ngaco lo! Gue belum mau mati woy! Dosa gue masih banyak. Jangan dong," bantah Adrian.
"Lo milih mati tadi. Makanya jangan ngomong sembarangan." Eric misah misuh sendiri.
"Ya kan disuruh milih. Daripada dia yang mati, mending gue aja."
"Dia siapa?" Timpal sang pembawa acara penuh rasa ingin tahu.
"Siapa?" Yang ditanya pura-pura bodoh.
"Ya siapa yang bikin lo sampai rela mati buat dia?"
"Siapa aja, my family, my friends, the people I love." Adrian melirik sang sepupu seraya mengangkat kedua alisnya dengan mimik jahil. "Gue rela mati kok demi Eric."
"Konyol!" Eric misah misuh lagi sementara Adrian malah tergelak.
Astaga! Benar-benar konyol. Pertanyaan tak berbobot itu malah lebih konyol. Bagaimana bisa mereka bercanda tentang kematian?
"Gak lucu ah, jangan bercanda soal kematian," ujar salah satu viewer.
"Baek-baek bang. Takut malaikat lewat terus diaminin, ntar lo tau-tau udah pindah alam."
"Ngomong doang mah gampang. Gue pernah dikejar anjing bareng mas pacar, eh gue ditinggal dong!! Untung gue juga berhasil kabur. Udah gue buang dia sekarang. Sialan!"
"Eh tapi pernah deh gue lompat depan mobil buat nyelametin oyen kesayangan gue. Gak mikir apa-apa waktu itu, cuma takut si oyen kenapa-kenapa. Dia gak luka tapi kaki gue keseleo...hiks.. sakit banget anjir."
KAMU SEDANG MEMBACA
Just Three Words
Teen FictionTrauma di masa lalu membuat Amelia Renata (Mia) menghindari apapun yang berhubungan dengan darah. Cairan merah mengerikan itu selalu membuatnya panik dan ketakutan. Maka ketika Adrian Arthadinata masuk dalam lingkaran pertemanannya, Mia berusaha men...