Just Three Words

54. Manipulative

Adrian menghembuskan napas kasar berkali-kali. Matanya fokus pada layar datar di hadapannya. Jemarinya dikepal kuat, khawatir akan kehilangan kendali lalu menarikan jemari di atas keyboard dan berakhir dengan menuliskan makian di kolom komentar akun seseorang.

Mantan pacar yang sekarang menjadi pacar gadungannya itu benar-benar aktris sejati. Mungkin daripada menjadi selebgram dan memposting sesuatu yang menurut Adrian tak ada faedahnya, Cindy lebih baik ikut casting untuk sebuah film atau sinetron. Lagi-lagi gadis itu berulah, menuliskan kata-kata bijak soal patah hati. Follower dan fansnya tentu lekas memborbardir tanya, apa hubungan percintaannya baik-baik saja? Apa Adrian sudah menyakitinya? Cindy tak menjawab hanya meminta doa agar masalahnya cepat selesai.

Kenapa Cindy suka sekali mengumbar kehidupan pribadinya? Bagi Adrian kehidupannya adalah privasinya. Orang luar apalagi yang tak dikenalnya tak berhak tahu. Mereka tak benar-benar peduli, mereka hanya ingin mencari bahan untuk digunjing, mengisi kekosongan waktu dengan membicarakan aib orang lain.

Beberapa orang mampir juga ke akun media sosialnya. Sebagian sok menasehati seolah yang paling tahu. Sebagian lagi mencacinya. Tak masalah. Adrian sudah kebal dengan caci maki. Adrian tak peduli. Sayangnya curahan hati yang dibuat Cindy berimbas juga pada orang yang paling ingin Adrian lindungi.

Akun bernama Amelia_RH itu mendadak ramai. Padahal akun itu sepertinya tak pernah aktif lagi sejak dua bulan lalu. Dua bulan lalu berarti semenjak kejadian di hotel. Foto-foto tanpa izin itu memang sempat membuat heboh sebelum hilang dari peredaran dalam sekejap. Netizen juga pandai menemukan gadis yang dia selamatkan karena tenggelam itu. Mia jadi sasaran empuk, dikaitkan dengan hubungannya dan Cindy. Kolom komentar akun gadis itu penuh dengan cemooh dan caci maki.

God! Mereka semua sudah gila. Adrian merutuk di dalam hati. Perlukah Adrian membuat klarifikasi? Tidak! Itu akan semakin buruk. Pembelaannya akan semakin mengukuhkan prasangka mereka. Lebih baik tetap diam dan memikirkan langkah selanjutnya. Tindakan Mia sudah benar, tak meladeni mereka. Sekarang, apa yang harus Adrian lakukan untuk membuat Mia merasa lebih baik? Gadis itu pasti sangat kacau sekarang.

Sayangnya Adrian tak bisa pergi menemui Mia. Dia tak boleh berada di dekat Mia. Ketidakberdayaannya ini membuat frustasi. Semakin keruh kala Vira memberitahunya kalau Mia kerap menerima surat kaleng dan pesan misterius di ponselnya. Gadis itu tak cuma diganggu di dunia maya tapi juga di dunia nyata.

Sialan! Ia kembali mengumpat.

Tak cukup satu masalah yang membuatnya pusing kepala, datang masalah lainnya. Cindy jatuh sakit hingga dirawat di rumah sakit. Sebersit rasa bersalah hinggap di benak Adrian. Mungkinkah penolakan dan pertengkarannya kemarin yang membuat kesehatan Cindy terganggu?

Untuk sementara, apa yang menimpa Cindy mengalihkan perhatiannya dari kasus yang dihadapi Mia. Untungnya Eric sudah membantu membereskan masalah itu untuk yang kedua kali. Gina yang ternyata si pengirim surat kaleng sudah ditegur keras. Eric sempat curiga dan terus bertanya bagaimana Adrian bisa mengetahui semuanya padahal Adrian tak pernah terlihat di dekat Mia. Tentu Adrian tak akan memberitahu rahasianya. Vira memang bekerja dengan baik. Gadis itu tidak hanya memiliki bakat sebagai penggosip dan perisak tapi juga sebagai pengintai dan pencari informasi.

Meski begitu masih ada yang mengganjal di pikiran Adrian. Kasus ini terlalu mudah. Gina terlalu gegabah padahal sudah diperingatkan dan tahu pasti resikonya. Eric pernah bilang kalau Gina termasuk orang yang tak berani bertindak apalagi mengambil resiko. Gina selalu berdiri di belakang Luna yang lebih nekad dan pemberani tapi kasus ini menyangkut Eric bukan dirinya. Luna tak terlibat sama sekali. Sosok Gina yang mengadakan pertemuan di mal dengan seseorang yang Adrian kenal makin memancing curiga. Aneh melihat dua orang yang tak seharusnya akrab bisa berinteraksi seperti itu.