"Kak Ian beneran pacaran sama kak Cindy kan?"
Ya Tuhan! Kenapa Mia harus menanyakan ini? Apalagi dengan nada seolah Mia tak mempercayai kabar itu. Adrian bingung harus menjawab apa. Dijawab iya rasanya Adrian tidak rela. Hati kecilnya ingin Mia tahu kalau Adrian tak memiliki hubungan apapun dengan Cindy. Dijawab tidak juga tidak bisa. Adrian sudah bertekad untuk menutupi apapun yang tengah ia lakukan saat ini dari Mia. Apa Mia belum melihat rekaman video sialan yang tengah beredar itu? Semuanya sudah jelas disana. Tak ada yang perlu ditanyakan dan tak ada yang perlu dijawab.
"Ya beneranlah, masa bohongan." Adrian sebisa mungkin tetap tenang padahal dalam hati dia merasa sesak. Ini kebohongan yang menyakitkan. Jantungnya berdebar seraya netranya meneliti raut wajah Mia. Adrian tak bisa menebak apa yang tengah Mia pikirkan. Apa hubungannya dengan Cindy mempengaruhi Mia? Adrian ingin sekali Mia bereaksi walau cuma sedikit. Sayangnya, raut wajah Mia biasa saja.
"Kan Ian beneran cium kak Cindy?"
"Pardon me?" Adrian hampir saja terlonjak dari kursinya. Apa maksud Mia sebenarnya? Dan kenapa jantungnya semakin tidak santai seolah Adrian telah melakukan kesalahan yang amat serius. Sungguh, Adrian sekarang merasa sebagai seorang kekasih yang tengah ketahuan selingkuh. Adrian takut Mia akan berpikir buruk tentangnya, marah dan berakhir membencinya.
"Itu... Bukan foto editan?"
"Kamu kok bisa... Oh God!" Benarkah Mia yang ada di hadapannya sekarang? Mia yang biasanya tidak akan berani melontarkan pertanyaan semacam ini. Kemana perginya gadis kecilnya yang manis dan penakut?
"I can't answer that. Itu terlalu privasi." Cuma jawaban ini yang bisa Adrian berikan. Tak mungkin mengiyakan pun tak bisa menyangkal.
Jauh di dalam lubuk hatinya, Adrian semakin mencemaskan penilaian Mia terhadapnya. Di satu sisi, Adrian tidak mau dianggap sebagai laki-laki brengsek sedang di sisi lain, Adrian tak bisa membela diri karena akan terlihat tidak konsisten dengan jawaban awalnya. Adrian sudah memutuskan untuk berdusta demi kebaikan Mia. Adrian tidak mau Mia sampai merasa bersalah kalau tahu apa yang ia lakukan selama ini. Shit! Ini benar-benar dilema.
Dirinya tercekat ketika melihat perubahan raut wajah Mia usai dia melontarkan jawabannya. Wajah Mia berubah sendu, kedua tangan Mia juga mengepal dan netra bening itu berkabut. Oh No! Tadi ia ingin sekali Mia bereaksi tapi sekarang saat mendapatkannya, Adrian merasa menyesal. Melihat wajah Mia sekarang justru membuatnya merasa bersalah, ia merasa telah menyakiti Mia. Hatinya terus bertanya, apa langkah yang diambilnya sudah benar? Apa keputusannya tidak salah? Apa sebaiknya ia jujur saja?
"Maaf kak." Lho! Kenapa Mia malah minta maaf? "Kali ini aku yang salah. Aku udah terlalu lancang sama kakak."
Oh tidak! Bukan ini maksud Adrian. "Gak gitu Mi... Aku..."
Mia malah beranjak pergi sebelum Adrian sempat membela diri. Adrian berusaha menahan Mia tapi gadis itu tak mau mendengarkannya. Raut wajah sendu itu berubah kesal sekarang. Mia marah. Tawaran Adrian yang ingin mengantar pulang pun langsung ditolak. Netra hitam itu bahkan sempat mendelik padanya, reaksi yang jarang diberikan Mia.
"Bisa gak kak Ian berhenti bersikap baik dan peduli sama aku? Kak Ian bikin aku gak nyaman."
"Pacar kakak pasti udah nungguin kakak sekarang. Aku gak mau ganggu apalagi jadi penghalang."
Kalimat yang meluncur berikutnya dari bibir mungil itu terdengar sinis dan penuh sindiran. Wajah putih Mia berubah merah. Gadis itu benar-benar marah dan Adrian tak tahu kenapa Mia marah padanya. Apa ada yang salah dengan jawabannya? Apa kata-katanya ada yang menyinggung? Atau... Apa hubungannya dengan Cindy dan ciuman sialan itu menganggu Mia? Gadis itu cemburu?

KAMU SEDANG MEMBACA
Just Three Words
Teen FictionTrauma di masa lalu membuat Amelia Renata (Mia) menghindari apapun yang berhubungan dengan darah. Cairan merah mengerikan itu selalu membuatnya panik dan ketakutan. Maka ketika Adrian Arthadinata masuk dalam lingkaran pertemanannya, Mia berusaha men...