Adrian melirik sinis perempuan di hadapannya. Perempuan itu melipat kedua lengannya di dada, menatapnya tajam dengan gaya angkuhnya. Perempuan itu terlihat berkali-kali lipat menyebalkan sekarang. Helaan napas kasar Adrian hembuskan sesudahnya. Pada akhirnya ia akan berada di situasi tak mengenakkan ini, ia tak bisa menghindar apalagi lari. Anggap saja ini pemanasan sebelum menghadapi hal yang lebih besar dan serius walau Adrian merasa ini terlalu cepat. Ketenangan dan kedamaian yang dirasakan sebelumnya serasa direnggut paksa. Beberapa menit lalu suasananya sudah kondusif tapi perempuan yang lebih tua lima tahun darinya ini tiba-tiba datang dan merusak semuanya.
"Kamu melarikan diri dari rumah sakit cuma untuk berbuat mesum disini?" tuduh perempuan itu langsung tanpa basa basi. Adrian memijat pelipisnya, belum apa-apa ia sudah merasa pusing.
"Pelankan suaramu," geram Adrian kesal kemudian. Ia tak mau suara perdebatan mereka ada yang mendengar. Posisi mereka ada di dalam kamar tapi tak menutup kemungkinan apa yang tak boleh didengar bisa bocor keluar dan orang yang tak boleh mendengarnya sedang berada di luar kamar bersama sang sepupu saat ini.
Clara, perempuan itu tertawa mengejek. "Kalau aku gak tepat waktu, kalian pasti sudah berbuat lebih dari sekedar menempelkan bibir."
"Oh God! We didn't kiss. I dont even have thought to kiss her!"
"Yang bener aja Adrian! Kamu pikir aku bakal percaya."
"Terserah!"
Untuk yang pertama Adrian berkata jujur. Dia dan Mia memang tidak berciuman. Clara saja yang berkesimpulan begitu lantaran melihat posisi mereka yang mencurigakan. Belum lagi reaksi mereka sesudahnya yang seperti orang gelagapan seolah telah melakukan hal terlarang dan berdosa. Untuk yang kedua... Oke, Adrian berdusta. Dia memang sempat berpikir untuk mencium Mia tapi urung dilakukan karena tak tega melihat wajah pasrah dan polos Mia. Belum apa-apa Adrian sudah merasa brengsek hanya karena selintas menginginkan hal itu.
Stupid!
"Kamu dengerin gak sih yang aku omongin?" Clara membentaknya. Oh, Adrian sudah melewatkan sesuatu. Tadi Clara mengatakan apa?
"Look! Aku gak mau berantem sama kakak. Kakak udah liat kan aku baik-baik aja jadi sebaiknya kakak pulang sekarang."
"Kamu ngusir aku?"
"Enggak sih tapi... itu kan tujuan kakak datang kemari? memastikan aku baik-baik aja."
Clara berjalan mendekatinya, dengusan napasnya terdengar kesal. Matanya pun melotot tajam.
"Aku kesini untuk menyeret kamu pulang. Ayah marah besar apalagi opa. You're definitely in dire straits!"
Adrian terkekeh. Tentu saja ia dalam masalah besar. Apa yang terjadi kemarin sudah membuat keluarganya menjadi bahan perbincangan, ditambah sekarang ia malah melarikan diri. Opa dan ayah pasti kelimpungan untuk menutupi ulahnya. Bisnis mereka mungkin juga terkena imbasnya. Mereka pasti tak sabar untuk segera melampiaskan segala kekecewaan dan kemarahan padanya. Mereka cukup berbaik hati tak mengungkit soal itu saat dirinya masih terbaring di ranjang rumah sakit.
"Aku akan pulang... setelah urusanku selesai."
"Gak ada tawar menawar! Kemasi barang-barang kamu. Ikut aku pulang malam ini juga."
Clara terdengar tak peduli. Perempuan angkuh itu langsung memberi perintah lalu berbalik menuju pintu keluar. Clara seolah yakin sekali Adrian akan mengikuti keinginannya. Apa Clara akan memerintahkan Jo dan Felix untuk menyeretnya paksa sekiranya Adrian menolak untuk ikut?"Kak..."
"Jangan membantah! Posisi kamu bakal jauh lebih sulit kalau kamu gak ikut aku malam ini. Opa gak mungkin tinggal diam setelah kamu bikin kekacauan sebesar ini." Clara menoleh padanya, wajahnya terlihat... Cemas.

KAMU SEDANG MEMBACA
Just Three Words
Ficção AdolescenteTrauma di masa lalu membuat Amelia Renata (Mia) menghindari apapun yang berhubungan dengan darah. Cairan merah mengerikan itu selalu membuatnya panik dan ketakutan. Maka ketika Adrian Arthadinata masuk dalam lingkaran pertemanannya, Mia berusaha men...