Suara deburan ombak yang menyatu dengan suara hilir angin dan kicauan burung menjadi irama yang tenang, ditambah aroma khas air laut yang tercium begitu kuat dan kilau matahari yang menyinari setiap ombak yang datang, tidak hanya memberi kesan indah pada garis pantai, tapi juga membuat langit senja di pantai terlihat begitu indah.
Setibanya di pulau yang jauh dari ibu kota, Zriel, Azza dan teman-temannya langsung bergegas menuju garis pantai, berjalan di sepanjang pesisir laut hanya untuk menikmati indahnya matahari terbenam, "Lombokkk! Akhirnya kita ketemu!" seru Helga begitu wajahnya diterpa angin kencang dari arah laut. Sebelumnya mereka telah melakukan reservasi kamar untuk mereka bermalam di Pulau Lombok.
Benar, Lombok adalah destinasi yang Azza pilih untuk berlibur. Bahkan, Azza sudah merekomendasikan Hotel Pullman Lombok Marujani Mandalika Beach Resort untuk mereka bermalam di pulau yang indah ini selama lima hari. Dan sesuai dengan yang telah direncakan, mereka datang ke pulau ini dengan menggunakan private jet milik keluarga Javi.
Tidak ada lelah nya, masing-masing dari mereka kini berjalan menyusuri garis pantai, sesakali saling bercanda gurau. Terlihat Helga yang mulai berjalan di pinggiran pantai dengan tangan yang mulai masuk ke dalan air di tepi pantai untuk mencipratkan air pada Reyn, kesal dengan tingkah sang kekasih Reyn lantas menunjukkan raut wajah kesalnya.
" Basah! Bener-bener ya, sini aku cipratin balik " ucap Reyn sambil mengambil langkah untuk membalas Helga, namun yang terjadi justru malah saling kejar mengejar dengan Helga yang terus melayangkan wajah mengejek nya.
Pemandangan itu menjadi awal keusilan dari Jey dan Selta yang saling pandang setelah mendapatkan kode dari Revan. Keduanya lantas berlari mengejar Helga untuk menangkapnya dan dengan di bantu Ezza, mereka berempat berhasil menangkap Helga untuk kemudian mereka bawa masuk menjauh ke laut untuk mereka lempar.
" Bangsat! Lepas! Ih gak mau anjir, gue males kalo basah nya nyebur! Beb tolong! Ah! MAMAAHHH" protes Helga dengan diakhiri teriakan lantang yang sebenarnya hanya sia-sia.
Suara deburan air saat tubuh bongsor itu dilemparkan terdengar nyaring, yang mana cipratan air nya membasahi mereka yang melemparnya.
Reyn yang melihat itu lantas tertawa, " Basah dah semua " ucapnya.
Ravell yang melihat itu pun lantas memberi kode pada Javi untuk menyeret Jere yang tengah tertawa terbahak bahak, Rhaikal yang disenggol oleh Javi pun mengerti dengan apa yang harus dia lakukan, dengan kecepatan kilat Rhaikal menarik Zriel untuk membantu dia, Ravell dan Javi untuk mengangkat Jere dan menyeret nya ke laut.
Dengan cekatan Zriel ikut mengangkat dan menyeret tubuh Jere dan terpaksa melepaskan rangkulannya pada pundak Azza.
" Anjing, kenapa gue juga?! Ah, bangsat, kagak mau gue, lepas, please banget ini mah! Hp gue, hp gue anjir! " protes Jere tanpa jeda dan tubuhnya yang sedikit berontak. Mendengar itu Javi lantas mengambil handphone milik Jere dari saku celana nya.
Sedetik kemudian, tubuhnya basah teredam air. Helga yang melihat itu pun kini menertawai balik Jere yang tadi sempat menertawakannya.
" Bangsat, basah! " ucap Jere sambil mencipratkan air cukup keras ke arah teman-temannya yang berakhir basah juga, namun tidak sebasah Helga dan Jere yang sudah kuyup.
Para gadis berdiri di garis pantai sambil menertawakan mereka yang kini semakin brutal mencipratkan air layaknya anak kecil yang baru saja bertemu pantai.
Tengah asik menertawakan apa yang ada di depan mata, Azza merasakan handphone di genggamannya bergetar, rupanya notif dari handphone milik Zriel yang Azza pegang. Awalnya Azza tidak ingin melihatnya lebih jauh, tapi pesan dari kontak yang tidak diberi nama dan menunjukkan deretan angka yang tidak Azza ketahui itu menarik rasa penasarannya.