Sudah waktunya Altara dan teman-temannya pulang dari RS karena waktu sudah menunjukkan jam 7 malam. Dokter pun memberitahu bahwa Tasya membutuhkan istirahat yang cukup, sehingga tidak boleh terlalu lama diganggu, apalagi sampai malam.
Altara mengecup kening Tasya, "Sampai ketemu minggu depan yaaa, Babe."
Teman-teman yang lain sudah terlebih dahulu keluar dari kamar Tasya, makanya tidak ada yang meledek Altara.
Tasya mengangguk, "Hati-hati di jalan yaa. Semangat bimbelnyaa!"
"Semangat sembuh, Cantik," ucap Altara sambil memegang tangan gadisnya. "Oh iya, aku ujian nasional awal Juli, masih ada 2 mingguan lagi buat belajar."
"Waahh, semangatt! Bentar lagi lulus SMA terus kuliah deh." Tasya menggenggam tangan Altara, "Aku tau kamu pasti bisa."
Altara tersenyum lebar, "Aamiin."
"Mau masuk jurusan apa nanti?" tanya Tasya, sejujurnya dia masih ingin mengobrol dengan Altara.
"Apa ya? Dokter? Atau teknik sipil?"
"Kok malah nanya ke aku sih," ujar Tasya sembari tertawa. "Aku dukung apa yang kamu mau aja."
Alara tertawa juga, "Makasiiih, Sayangg."
Altara keluar dari kamar Tasya setelah orang tuanya datang. Laras yang selalu menemani Tasya dari pagi hingga malam, sementara Heri akan bekerja di pagi harinya.
.
.
"Selamat pagi, kesayangan Bunda," ujar Marisa ketika Altara turun dari tangga dan sudah berpakaian rapi untuk berangkat sekolah.
Altara menyimpan tasnya di sofa lalu menghampiri meja makan untuk sarapan, "Pagi, Ayah, Bunda, Kila."
"Nih, habisin makannya." Marisa memberikan piring yang sudah berisi nasi dan lauk pauk.
Setelah sarapan, Rizal dan Shakila berangkat sementara Altara masih menunggu bekal dari sang bunda, dia yang terakhir disiapkan bekal.
"Berangkat sama Cindy lagi gak?" tanya Marisa sambil memasukkan bekalnya ke dalam tas Altara. "Jangan bolos bimbel ya, bentar lagi ujian."
Altara memeriksa ponselnya, "Cindy gak ngirim pesan sih, Bun. Paling sama Mang Jey." Altara salim. "Al gak bolos kok. Bye, Bunda."
Benar kata Altara, dia tidak pernah bolos bimbel lagi. Ini sudah hari ketiga setelah dia menjenguk Tasya, mereka hanya berkomunikasi lewat ponsel. Kadang mereka melakukan video call untuk melepas rindu masing-masing. Altara pun merasa Tasya sudah agak membaik, Tasya akan segera sembuh.
Namun ada yang aneh, sudah dua hari ini Tasya jarang membalas pesannya. Altara sedang melaksanakan bimbel di kelas, hari ini belajarnya agak terganggu karena dia tidak fokus. Tapi dia tidak menghiraukan kemungkinan-kemungkinan negatif yang terjadi. Altara berusaha berpikir positif, mungkin Tasya sedang membutuhkan istirahat yang banyak. Hari ini hari Jumat, jadi dia bisa menjenguk Tasya sepulang sekolah sambil menginap lagi.
.
.
Sepulang sekolah, di kelas 11-1.
"Lo mau jenguk Tasya sekarang atau besok?" tanya Cindy pada Anna dan Mela. FYI, Mela kemarin-kemarin izin sekolah karena ikut orang tuanya ke luar kota beberapa minggu, anaknya emang manja dan tidak ingin ditinggal sendirian.
Mela menjawab, "Gue besok aja deh, mau istirahat di rumah dulu. Gapapa?"
Cindy mengangguk lalu mengalihkan pandangannya ke Anna yang sedang fokus dengan ponselnya, "Lo?"
KAMU SEDANG MEMBACA
ALTARA [END]
Teen Fictioncw // harsh words Lelaki bernama Altara Syafi jatuh cinta pada pandangan pertama dengan adik kelasnya di sekolah. Dia adalah Tasya Veneria. "Would you be my girlfriend?" -Altara Dan tanpa diduga, ada gadis cantik yang pindah ke samping rumahnya. Hal...