Happy Reading💙
.
.
.Tasya terkejut, bukan Anna yang datang, tapi sepupunya. Masalahnya bukan kenapa-kenapa, sepupunya itu gadis yang sangat cuek dan bisa dibilang bad girl, gadis yang tidak peduli dengan sekitarnya, tapi jika sudah menyangkut tentang Tasya gadis itu pasti langsung turun tangan, iya sepupunya sangat peduli dengan dirinya.
Gadis itu berlari menghampiri dan memeluknya dengan erat. Tasya yang belum siap pun terhuyung ke belakang, untungnya pertahanan kakinya sudah kuat jadi dia tidak terjatuh.
“Acaaa, gue kangen sama lo!”
Dipikir-pikir, panggilan 'Aca' memang sudah ada sebelum Altara yang mengubahnya.
Sepupunya saat itu tiba-tiba kepikiran untuk mengubah panggilan Tasya, dengan alibi 'Manggil nama lo itu susah, Tasya-Tasya-Tasya tuh kan sampe gue monyong-monyong. Makanya gue ubah aja.'
Dan dia baru sadar, alasan sepupunya ini sama dengan Altara.
“Udah Di, kecekek gue!” dengan spontan Tasya melepaskan pelukan sepupunya.
Gadis itu menggerutu sambil menyilangkan kedua tangannya. “Ah lo mah, gue kan kangen.”
“Iya, iya. Sori. Gue juga kangen sama sepupu gue yang bawelnya ke gue doang! Yang bocahnya gak ketulungan,” balas Tasya dengan ledekan.
Lagi-lagi sepupunya menggerutu. “Lo juga bocah kali, Ca!”
“Bocahan lo tau gak, haha.”
“Hus, duduk kenapa. Pegel gue.”
Perkenalkan, gadis yang sedang melangkah menuju sofa itu adalah sepupu Tasya. Namanya Cindy Veneriana dengan panggilan Didi, nama belakang mereka hampir mirip. Kalo kalian mau tahu, mereka lahir di hari yang sama, tapi lebih dulu Tasya, selang 10 menit lah. Maka dari itu, nama mereka hampir disamakan.
Lagi, Cindy sepupu Tasya satu-satunya. Papanya anak tunggal dan almarhumah mamanya hanya memiliki satu adik. Cindy ini anak dari adik almarhumah mamanya.
“Woi, malah bengong. Sini duduk, lagi sakit juga,” ajak Cindy sambil menepuk sofa sampingnya.
Tasya berjalan menghampiri Cindy.
“Di, lo kesini sama siapa?” Tasya mengawali perbincangan paginya.
“Lo tau lah.”
Tasya melihat gadis itu tersenyum paksa, dia memang tahu apa yang terjadi dengan sepupunya. Mereka cukup dekat untuk saling berbagi cerita.
Cindy menunjuk ponsel Tasya di atas nakas. “Ca, HP lo berisik.”
Tasya berdiri untuk mengambil ponselnya, namun lengannya ditahan.
“Biar gue aja,” ujar Cindy menawari.
Tanpa sengaja, Cindy membaca nama seseorang di layar ponsel milik Tasya.
“Cieeee, siapa tuh Kak Alta?” ledek Cindy sambil memberi ponsel itu kepadanya.
“Eh, engh,” balas Tasya malu-malu.
Telp.
“Kak, ada apa?
“Lo udah balik?”
“Belum.”
“Gue kesana boleh?”
“Eh gak usah kak, bentar lagi juga balik.”
“Hm. Oke, hati-hati disana.”
“Lo juga.”
“Jaga hati, ya.”
Tut!
“Ekhem jaga hati ya, hahaha,” ledek Cindy ketika mendengar sepatah kata terakhir di telpon itu.
“Apa sih lo.”
“Blushing ciyee.”
“Lo mah ngeledek mulu.”
“Cerita dong. Kak Alta umumu.”
Tasya hanya menutupi pipinya yang merah seperti tomat, mau gimana lagi, akhirnya dia menceritakan semua tentang Altara.
Dimulai dari pertama kali bertemu di sekolah, lalu pertama kali kenal dan yang terakhir, pertama kali dekat. Tasya menceritakan tanpa ada yang tertinggal, tidak dikurangi dan tidak dilebihkan.
Sepupunya hanya manggut-manggut mengerti apa yang diceritakan olehnya, Tasya tahu kalau sepupunya ini orang yang suka mendengarkan. Tidak seperti orang kebanyakan, mendengarkan tapi tidak mencerna, kadang masih hah-heh-hoh kalau dimintai solusi atau pendapat.
“Lo itu gampang suka sama orang. Jadi cewek harus susah didapetin tapi beruntung kalo udah dapet. Ya meskipun lo gampang didapetin, tapi cowok itu beruntung punya lo. Lo itu orangnya asik dan ceria, sayangnya lo terlalu baik sama orang. Lain kali jangan gitu, nanti kalo dikhianatin susah ngelupainnya.”
Tasya hanya mendengarkan sepupunya berceloteh. Sudah menjadi kebiasaan kalau dirinya bercerita pasti sepupunya suka menasihati, bukannya kenapa, tapi lucu aja seorang gadis cuek bicara panjang lebar. Tasya beruntung dipedulikan sepupunya, karena hanya dirinya saja yang diperlakukan seperti itu. Berasa ratu haha.
“Lo kok malah senyam-senyum, sih?”
Tanpa disadari, sejak tadi Tasya senyum-senyum sendiri membuat sepupunya bergidik ngeri.
“Eh, hahaha. Santai aja, gue bisa jaga diri, kok.”
“Meskipun lo lebih tua dari gue, masih bocahan lo daripada gue tau! Makanya gue gak mau lo kenapa-kenapa. Apalagi disakitin sama cowok.”
Tasya tersenyum. “Umu makin sayang sama sepupu gue ini.”
KAMU SEDANG MEMBACA
ALTARA [END]
Jugendliteraturcw // harsh words Lelaki bernama Altara Syafi jatuh cinta pada pandangan pertama dengan adik kelasnya di sekolah. Dia adalah Tasya Veneria. "Would you be my girlfriend?" -Altara Dan tanpa diduga, ada gadis cantik yang pindah ke samping rumahnya. Hal...