Happy Reading💙
.
.
.
"Good morning!" teriak seorang gadis polos sambil duduk di kursi makan.
"Berisik lo, Ce," celetuk Bia.
"Cin, lo yang masak semua ini?" Cece tidak menghiraukan ucapan Bia dan bertanya ketika melihat sarapan yang sangat banyak.
"Bi Inem, tadi udah pulang," jawab Cindy.
Cece hanya manggut-manggut.
"Udah buruan makan aja," titah Bia.
.
.
Cindy dan ketiga temannya sudah berada di sekolah. Sebelumnya mereka berpapasan dengan Altara di depan rumah Cindy, tapi sepertinya kejadian semalam membuat mereka bungkam.
"Kita duluan," ucap Bia sambil berjalan dengan Tarisa.
Cindy dan Cece mengangguk lalu berjalan beriringan menuju kelas masing-masing.
"Bye, Cin," kata Cece sambil melambaikan tangannya.
Cindy hanya merespon dengan anggukkan dan berjalan kembali.
Sedikit lagi Cindy sampai, tiba-tiba dia menghentikan langkah ketika mendengar suara gaduh di dalam kelasnya. Awalnya Cindy tidak ingin menghiraukan, tapi ketika nama Queen disebut Cindy jadi penasaran.
Cindy mengintip di sela-sela jendela yang tidak terhalang oleh gorden, di dalam sana Cindy menangkap sosok Altara sedang berbicara dengan ketua kelasnya, Oji. Cindy yakin sekali pasti Altara akan memarahi Oji seperti yang dilakukan padanya dan Bia semalam.
"Lo apain dia?" tanya Altara sambil menunjuk seorang gadis yang berdiri tidak jauh dari keduanya.
Cindy mengernyitkan dahinya ketika baru sadar di kelas itu ada Tasya, dan dia pun bingung melihat kelas yang hanya diisi oleh tiga orang itu padahal bel masuk hampir berbunyi.
"Gue gak pernah apa-apain Tasya," jawab Oji dengan santai.
"Lo dan Bia sama aja, licik," ucap Altara menusuk.
Oji membelalak mendengar penuturan Altara. "Maksud lo?" tanya Oji masih dengan nada santai.
Altara mendelik. "Lo suka sama cewek gue kan?"
Oji mengangguk membenarkan pertanyaan Altara.
"Dan lo ngelakuin segala cara biar dia lepas dari gue terus lo bisa ambil dia? Cih, basi!" ujar Altara dengan raut muka jijik.
Kesabaran Oji habis, dia mendorong bahu Altara dengan kasar hingga Altara melangkah mundur.
"Jaga mulut lo kalo lo gak tau apa-apa, gue gak selicik itu!" bantah Oji dengan telunjuk mengarah pada Altara.
"Oji!" teriak Tasya.
Oji mengalihkan pandangannya ke arah Tasya. "Sya, sori ya. Kemarin gue gak tau apa-apa."
Altara melangkah maju lalu menarik kerah Oji, dia muak dengan ucapan lelaki itu.
"Lo udah buat cewek gue celaka, tapi lo bilang gak tau apa-apa?!" ucap Altara dengan nada marah.
Bugh!
Altara melayangkan tinjunya di pipi kiri Oji hingga membuat Oji tersungkur.
"Itu balasan untuk lo yang udah nipu cewek gue," ucap Altara.
"Sumpah, gu--"
Bugh!
Lagi-lagi Altara memberi tinju pada lelaki di hadapannya. "Dan itu untuk lo karena lo udah bikin Tasya celaka."
Oji memegang pipinya yang memar dan sedikit mengeluarkan darah lalu dia menatap muka marah Altara. "Gue emang suka sama cewek lo, tapi gue gak pernah kepikiran buat nyakitin cewek yang gue suka."
"Cih! Gue peringatin sekali lagi, gue gak akan tinggal diem kalo ada yang nyakitin Tasya," kata Altara sebelum pergi meninggalkan kelas dengan Tasya.
Cindy mematung ketika dia berpapasan dengan Altara dan Tasya. Cindy bisa melihat tatapan kecewa di mata keduanya.
"Woi!" teriak Oji ke arah Cindy.
Cindy menoleh lalu melangkah mendekati Oji. "Apa?"
"Gara-gara lo nih," ujar Oji sambil menunjuk pipinya yang lebam.
"Kok gue?" tanya Cindy tidak terima.
"Lo udah seret gue ke masalah lo sama temen-temen lo. Padahal gue gak tau apa-apa."
Cindy mengedikkan bahunya lalu membantu Oji berdiri. "Ya lo bilang aja ke Altara kalo lo gak ikut-ikutan masalah ini, bukan malah ngomelin gue."
"Lo liat sendiri kan tadi dia kayak gimana? Mana percaya dia sama gue. Lo aja deh yang kasih tau, lo juga kenal sama Altara. Bilangin maaf juga kek dari gue," ucap Oji disertai meringis.
"Ck. Udah lah," kata Cindy dengan malas. "Gue obatin lo dulu."
Cindy mengantar Oji ke ruang kesehatan. Dia mengambil air hangat dan handuk lalu mengompres pipi Oji yang lebam. Setelah itu mereka pergi ke kelasnya karena bel sudah berbunyi.
.
.
Queen dan Oji sedang berdiri di parkiran sekolah, mereka menunggu Altara dan Tasya karena ingin meluruskan semuanya, meskipun hanya Oji yang tidak bersalah.
Altara menghampiri orang-orang yang sudah membuat Tasya celaka, dengan Tasya berdiri di belakang Altara.
"Mau apa lo minta ketemuan disini?" tanya Altara dengan raut muka dingin.
Bia berdehem. "Aku cuma mau ngelurusin satu hal. Oji gak salah, Ta. Dia--"
"Gak salah gimana? Jelas-jelas dia yang bawa Tasya ke kalian," potong Altara.
"Eh lo dengerin dulu bisa kali," tukas Oji.
Tasya mengusap lengan Altara agar mau mendengarkan perkataan Bia sampai selesai.
"Dia emang kita ajak kerja sama, tapi dia gak tau sama sekali rencana kita nyelakain cewek itu. Ck, intinya disini Oji gak salah, Ta."
Bia menghela napasnya. "Dan gue minta maaf ke lo Tasya atas kejadian kemarin, terserah lo mau maafin apa nggak," ujar Bia pada Tasya lalu menarik teman-temannya untuk pulang.
Oji mengulurkan tangannya pada Tasya. "Gue minta maaf, Sya."
Tasya membalas jabatan tangan Oji dan mengangguk memaafkan.
Altara menarik lengan Tasya menuju motornya, dan dia berhenti sejenak di samping Oji. "Sori, gue udah ngehajar lo," ucap Altara sambil menepuk pundak Oji.
Altara memakaikan helm di kepala Tasya lalu mereka menaiki motornya untuk segera pulang.
"Gue maafin Oji, tapi gue belum bisa maafin Queen," batin Tasya.
KAMU SEDANG MEMBACA
ALTARA [END]
Ficțiune adolescențicw // harsh words Lelaki bernama Altara Syafi jatuh cinta pada pandangan pertama dengan adik kelasnya di sekolah. Dia adalah Tasya Veneria. "Would you be my girlfriend?" -Altara Dan tanpa diduga, ada gadis cantik yang pindah ke samping rumahnya. Hal...