13 - Altara Khawatir

352 12 0
                                    

Note: Sudah direvisi.

Happy Reading💙
.
.
.

Bulan kedua Tasya di Singapur.

Jam menunjukkan pukul 10:15, dia melihat sekelilingnya dipenuhi oleh cat berwarna putih dan dipenuhi dengan alat-alat medis yang sangat banyak dan tentunya canggih. Tasya sudah tau jika dirinya berada di rumah sakit.

Tasya meraih ponsel yang diletakkan di atas nakas. Kemudian dia membuka line dan bermunculan notif dari teman-temannya.

Anna
Sya, gue sendirian di sekolah
Lo gimana?
Udah baikan?
Jangan lupa kalo udah sembuh balik kesini!
Jangan keasikan disana sampe lupa balik

Tasya
Kasian banget sih umumumu
Iya gue mendingan kok disini
Santai, nanti gue balik
Gue gak betah, gak ada temen

Anna
Oke deh sip
Eh, Kak Alta nanyain lo tadi pagi

Tasya
Terus lo gak ngasih tau ini kan?

Anna
Gue bilang lo lagi liburan beberapa bulan di luar negeri

Tasya
Syukurlah

Anna
Gue lagi pelajaran guru killer
Jam istirahat gue chat lo lagi

Tasya
Oke

Tasya baru sadar, jam disini dan di Indonesia berbeda. Disini lebih 1 jam dari disana, yang artinya sekarang temannya itu sedang 1 jam pelajaran terakhir sebelum istirahat.

Tasya membuka roomchat lain.

Altara
Woi
Ca, lo gak sekolah?

Tasya
Gue lagi liburan
Sori balesnya agak lama

Altara
Gila gak ngajak!

Tasya
Eh lo siapa ya?

Altara hanya membaca pesannya saja. Saat Tasya ingin menyimpan ponselnya, tiba-tiba ada panggilan masuk.

Telp.

“Halo. Ada apa, Ma?”

“Kamu udah bangun?”

“Udah, baru aja Tasya bangun.”

“Sebentar lagi Mama ke rumah sakit.”

“Oke, Ma.”

🐱

“Maaf, nomor yang Anda tuju sedang sibuk. Cobalah beberapa saat lagi.”

“Huft.”

Seorang lelaki mendengus sambil menatap layar ponselnya. Sudah tiga kali dia menghubungi seseorang tapi nihil, disana sedang sibuk melakukan panggilan juga. Dia menunggu sambil terus menelponnya, hingga panggilannya diangkat.

Telp.

“Halo, Kak Alta?” ternyata lelaki itu, Altara.

“Halo, Ca.”

“Ada apa, Kak?”

“Lo kemana?”

“Gue liburan ih dibilangin.”

“Iya kemana? Gue kesana nanti.”

“Ngapain sih. Belajar aja yang bener, bentar lagi lulus.”

“Sombong banget kamu.”

“Hey, nggak tuh.”

“Kamu disana punya cowok, ya?”

“Nggak, ini cuma liburan sama keluarga gue doang. Kenapa sih?”

“Hm.”

“Udah ah gue mau main lagi, bye!”

“Hati-hati, bye.”

Altara pergi dari taman, sejak telponnya diangkat tadi dia pindah ke taman agar bebas.

Altara menatap jam di tangannya, 09:30. Sudah 15 menit berlalu sejak dia mengirim pesan pada gadisnya, eh gadis itu bukan gadisnya, gadis itu Tasya, gadis yang selalu ceria setiap waktu.

Altara merindukan senyumnya, tawanya, candanya, semua yang ada dalam dirinya dia rindukan. Padahal dia bukan siapa-siapa, dia hanya orang yang sedang beruntung bisa bertemu gadis seperti Tasya.

Altara sadar, dia sudah terlalu jauh memikirkan gadis itu. Dia berhenti sejenak, memejamkan mata dan menarik napas sedalam mungkin. Kemudian melanjutkan kembali langkah yang terhenti.

Altara melangkahkan kaki menuju kelasnya, saat di koridor kelas 11 terlihat dari kejauhan dua orang sahabatnya yang sedang melambaikan tangan. Segera dia menghampiri, nampak dengan jelas keduanya sedang tertawa.

“Dari mana aja lo?” keduanya bertanya sambil berjalan beriringan.

“Kamar mandi,” ucap Altara asal.

“Jauh banget ke kamar mandi sampe lewatin kelas 2. Kamar mandi apa kamar mandi?” goda kedua sahabatnya ini.

Altara menatap kedua orang dihadapannya bergantian, dia bingung menjawab apa. “Kamar mandi belakang.”

“Ngeles aja lo!” Gilang menambahkan.

Rama tau Altara berbohong pada mereka, tapi mungkin itu privasinya. “Ngantin yuk, laper.”

Mereka bertiga pun berjalan beriringan menuju kantin.

ALTARA [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang