49 - Benci atau Tidak?

124 4 0
                                    

Happy Reading💙
.
.
.

"Aca? Kamu gak apa-apa?" tanya Altara ketika siuman.

Tasya mengangguk. "Baik kok."

Laras memeluk putrinya, meneteskan air mata dalam pelukannya, Laras tidak pernah tahu kalau putrinya mendapat kekerasan di sekolah, selama ini Laras tidak pernah melihat putrinya seperti itu, hal ini menjadi boomerang bagi dirinya yang kurang memperhatikan gadis itu.

"Ma, Tasya udah baikan. Mama jangan nangis," ucap Tasya menenangkan Laras.

Laras melepaskan pelukannya, ditatap mata putrinya. "Tasya emang kuat."

Tasya mengangguk mantap sambil tersenyum. "Itu karna dukungan Mama." Tasya memeluk Laras sekali lagi. "Tasya sayang Mama."

Laras memeluk Tasya tidak kalah erat. "Mama juga sayang Tasya."

Semua orang menyaksikan keharmonisan keduanya dengan terharu. Mereka senang Tasya memiliki ibu yang sangat baik dan menyayanginya seperti anak sendiri.

"Ini buburnya di makan dulu, nanti takutnya dingin," ucap Laras sambil mengambil mangkuk berisi bubur.

Tasya mengangguk, disuapinya bubur itu dengan telaten oleh Laras. Tasya merasa tidak enak hati pada wanita di hadapannya.

Setelah selesai memakan buburnya, Tasya meneguk habis minumannya. Laras berpamitan dari kamar putrinya.

Altara mendekati Tasya dan duduk di samping ranjangnya. Altara mengusap rambut Tasya dengan lembut, memberi kekuatan pada gadisnya itu.

Altara meraih tangan gadisnya, mengecupnya sangat lama. "Ca."

Anna dan yang lain memilih meninggalkan kamar Tasya, memberi ruang untuk keduanya berbincang.

"Iya?" sahut Tasya.

"Maaf, Altara masih belum bisa jagain Aca."

Tasya tersenyum, dia mengusap tangan Altara saat Altara memasang muka sesalnya.

"Ssttt. Bukan salah Altara, Aca aja yang gak bisa jaga diri sendiri. Altara udah banyak jagain Aca, kalau pun tadi Altara tau Aca sendirian Altara pasti datengin Aca untuk jagain Aca dan Altara bakal jadi tameng Aca."

Altara semakin menyesal, kemana Altara saat jam istirahat tadi, harusnya dia bisa menjaga gadisnya, harusnya dia bisa melihat dari kejadian kemarin, harusnya dia tidak diam di kelasnya, harusnya dia selalu ada di samping gadisnya.

"Udah, Altara," kata Tasya sambil tersenyum melihat raut muka Altara yang sangat sangat bersalah.

Altara mengangguk.

"Yang lain mana?" Tasya mengedarkan pandangannya.

Altara mengikuti Tasya, dia tidak melihat siapa pun di ruangan itu selain keduanya.

"Keluar mungkin?"

Tasya mengalihkan pandangannya pada Altara. "Hm."

"Bentar, aku panggilin dulu."

Tasya membiarkan Altara meninggalkannya sendirian, Tasya masih ingat reaksi Oji yang hanya bisa melihat dari jauh, sungguh Tasya membenci Oji.

Cindy?

Jangan tanyakan, Tasya bimbang dengan perasaannya, di satu sisi Tasya ingin membenci Cindy tapi di sisi lain Tasya tidak ingin membenci orang yang dia sayang, apalagi Cindy selalu membutuhkan seseorang di sampingnya.

Cklek

Anna dan Mela berhambur ke pelukan Tasya, tetes air mata berjatuhan di pipi keduanya. Terutama Anna yang tahu dengan kondisi Tasya yang rapuh.

ALTARA [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang