36 - Adik Altara

176 5 0
                                    

Happy Reading💙
.
.
.

Cindy dengan telaten membasuh piring di bawah kucuran air keran. Satu per satu Cindy beri piring yang sudah dibasuh kepada Altara agar disimpan di rak. Sengaja Cindy memberi satu-satu agar Altara capek mondar-mandir, rasakan pembalasan dari Cindy. Lagian, nyari masalah sama dia.

Ah, Cindy lupa belum mengabari Mang Jey, Cindy cantik-cantik kok pikun gini.

"Lo beresin semua, ya. Gue mau ngabarin seseorang dulu bentar."

Cindy pergi ke ruang tamu, mengambil ponselnya lalu menghubungi Mang Jey dan memberitahu rumah Altara. Setelah itu Cindy menyimpan kembali ponselnya dan berbalik hendak ke dapur, namun di depannya ada Altara yang berdiri sambil menatap sinis, Cindy bisa melihat baju Altara basah kuyup.

Pasti gak bisa nyuci piring ini anak, pikir Cindy sambil tersenyum tipis.

Altara pergi ke kamarnya. Siapa gadis itu bisa-bisanya menyuruh dia mencuci piring di rumahnya sendiri, Altara sangat malas melihatnya.

Setelah Altara mengganti baju, terdengar suara mobil memasuki pekarangan rumahnya, dia berjalan menuju balkon untuk melihat keadaan di luar. Ternyata mobil bundanya.

Altara melihat gadis itu keluar bersama Marisa, menghampiri seorang pria yang membawa mobil Marisa itu. Terdengar percakapan di bawah sana.

"Terima kasih," ucap Marisa.

"Sama-sama, Bu," sahut pria itu sambil memberikan kunci mobil milik Marisa.

"Bunda, Didi pamit pulang. Makasih makan siangnya, Bun."

Cindy tersenyum lalu menyalimi punggung tangan Marisa, setelah itu mengalihkan pandangannya ke pria disana.

"Ayo, Mang."

Mang Jey menuruti perkataan Cindy, mereka berjalan keluar dari pekarangan rumah Marisa. Altara pun masuk kembali ke kamarnya.

Altara mendudukkan dirinya di kursi belajar, sambil mengambil tas sekolah dan memasukkan beberapa buku tulis, besok dia akan kembali ke sekolah dan bertemu dengan pujaan hatinya setelah sekian lama. Tanpa disadari, Altara tersenyum membayangkan gadisnya itu.

Seseorang mengetuk pintu kamarnya. "Al, boleh Bunda masuk?"

"Masuk aja, Bun, gak dikunci kok." Altara menyimpan tasnya lalu duduk di atas kasur.

Terdengar suara decitan pintu terbuka, Marisa bisa melihat putranya, dia menghampiri Altara lalu duduk di sebelahnya. "Bunda mau bicara."

Altara memfokuskan pandangannya pada Marisa. "Kenapa, Bun?"

"Tadi Bunda ngobrol sama Didi..."

Belum selesai bicara pun Marisa telah menangkap gelagat tidak suka dari putranya ini, memang seburuk apa sih pertemuan pertama mereka.

"Terus Bunda tanya dia sekolah dimana, dan ternyata dia satu sekolah sama kamu. Besok kamu bisa bareng sama dia kan? Kayaknya dia belum tau sekolahannya dimana." Marisa mengakhiri ucapannya.

"Hm. Iya, Bun."

Marisa tersenyum kepada Altara, lalu ia mengusap kepala putranya dan meninggalkan kamar bernuansa biru tua itu.

🐱

Dengan langkah gontai Altara menuruni tangga menuju ruang makan, terlihat disana sudah ada Rizal, Marisa dan Shakila -adik perempuan Altara- yang sedang menunggunya.

"Aa, ayo sarapan!" teriak Shakila sambil menggembungkan pipinya, terlihat gemas.

"Iya, Cantik. Kila udah laper, ya?" Altara mengusap pelan pipi Shakila yang saat itu menganggukkan kepalanya.

ALTARA [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang