Happy Reading💙
.
.
.Drrttt
Cindy terbangun karena mendengar getaran di atas nakasnya, kemudian dia meraih benda pipih itu.
Mau apa lagi coba? gumamnya dalam hati.
Cindy menyimpan kembali ponselnya, tidak menghiraukan panggilan seseorang disana.
Dilihatnya jam dinding di dekatnya, pukul 20:00. Rupanya dia tertidur 6 jam, maklum semalam tidak tidur karena-- tau lah.
Matanya membelalak kaget. “Gue ketinggalan salat asar sama magrib dong?” dia menepuk jidatnya.
“Eh biarin deh, lagian males juga,” kata Cindy sambil mengangkat bahunya tidak acuh.
Diraihnya handuk putih di lemari lalu Cindy berjalan menuju kamar mandi, melakukan ritual bangun tidur.
Jam menunjukkan pukul 20:30, Cindy telah siap. Dia menuju nakas dan mengambil kunci mobil, tiba-tiba ponselnya bergetar.
Ditekannya tombol hijau.
“Heh lo lama banget sih, kapan kesini?”
“Otw, otw.”
Ah, gue lupa kalo mobil disana. Cindy mengambil sling bag miliknya lalu pergi.
“Taksi,” panggil Cindy. “Singapore Medical Centre, please.”
Setelah sampai, buru-buru dia menuju ruangan Tasya, mengetuk pintu lalu menunggu, dan ketika tidak ada tanda-tanda dibuka, langsung dia memasuki ruangan itu.
“Malam, Om, Tante,” sapa Cindy pada orangtua Tasya lalu salim kepada keduanya.
“Malam juga, Sayang,” balas mereka sambil tersenyum.
Cindy mendekat ke arah Tasya dan sahabat sepupunya.
“Lama,” ujar Tasya sinis.
“Gue tidur, sori.”
“Kenalin Na, ini Cindy sepupu gue. Dan lo Di, ini Anna sahabat gue,” ucap Tasya mengenalkan keduanya.
Anna mengulurkan tangan hendak menjabat. “Anna.”
Uluran tangan Anna dibalas oleh gadis di hadapannya. “Cindy.”
Ketiganya asik bercerita ria, ehm sebenarnya hanya Tasya dan Cindy yang banyak bercerita, Anna masih merasa canggung dengan sepupu sahabatnya itu. Jadi Anna memutuskan untuk mendengar saja dan menyahut jika dirinya dipanggil.
Tidak terasa, jam menunjukkan pukul 22:00. Kurang lebih sudah 1 jam mereka berbincang hingga Heri memanggilnya.
“Tasya, Papa sama Mama mau ke rumah Om Anto dulu, mau mandi sekalian ganti baju, nanti Papa kesini lagi. Didi, Anna, Om titip Tasya bentar ya.”
“Oke, Om,” jawab Cindy dan Anna berbarengan, sedangkan Tasya hanya mengangguk.
“Jangan keluar dari sini, udah malem.”
“Iya, Papa.”
Tasya menjawabnya dengan kesal, padahal dia ingin jalan-jalan.
“Btw, gue udah ada janjian malam ini,” kata Cindy, membuka suara.
“Lagi?” kini Tasya bertanya dengan alis terangkat satu.
“Yup,” balas Cindy dengan cengiran khasnya.
Anna menatap Tasya dan Cindy bergantian, dia tidak mengerti percakapan mereka. Anna memutuskan untuk memainkan ponsel, dan tiba-tiba ada line dari seseorang.Rama
Add backAnna
Done kaRama
Thanks
Na, gue mau nanyaAnna
Nanya apa ka?Rama
Lo tau gak persamaan lo sama kentut?Anna
Enak aja gue disamain sama kentut!Rama
Tau gak?Anna
Nggak, apa emang?Rama
Gue juga gak tau, makanya nanyaAnna
BODO KAK“Receh banget,” gumam Anna sambil sedikit tertawa, meskipun receh tapi bisa jadi hiburan.
Tasya dan Cindy saling menatap, Cindy mengangkat alisnya dan Tasya mengidikkan bahunya.
Tasya melihat Anna mengetik sambil tertawa, lalu Tasya mengambil ponsel Anna dan mencari apa yang membuat sahabatnya begitu.
“Eh, eh, Sya.” Anna mengaduh ketika ponselnya direbut Tasya.
“Cieeee chatan sama doi ya?” Tasya mengejek sang sahabat hingga pipinya memerah karena kesal.
“Balikin ih.” Anna mengambil paksa ponselnya, kemudian dia pindah duduk di sofa.
“Iya deh iya yang gak mau diganggu.”
“Tasya!” kata Anna sambil melotot kepada Tasya.
“Upsss.” Tasya membalas sambil menutup mulutnya.
“Kebiasaan lo sukanya ngejek orang,” ucap Cindy tiba-tiba.
“Lo juga samanya Didi, muah muah.” Tasya memonyongkan bibirnya.
“Jijik!”
Tasya tidak menghiraukan Cindy, dia melihat sahabatnya senyum-senyum sendiri. Kalo lagi jatuh cinta, dunia serasa milik dia dan doi, soalnya Tasya juga merasakan.
KAMU SEDANG MEMBACA
ALTARA [END]
أدب المراهقينcw // harsh words Lelaki bernama Altara Syafi jatuh cinta pada pandangan pertama dengan adik kelasnya di sekolah. Dia adalah Tasya Veneria. "Would you be my girlfriend?" -Altara Dan tanpa diduga, ada gadis cantik yang pindah ke samping rumahnya. Hal...