27 - Penyebab Cindy Memar

217 8 0
                                    

Happy Reading💙
.
.
.

Pagi hari, Tasya sudah berdiri di depan pintu kamar Cindy. Ia akan menginterogasi gadis itu.

Cklek

"Astaga." Cindy terkejut ketika tiba-tiba Tasya berdiri di depan pintu dengan wajah seriusnya.

"Astagfirullah, bukan astaga-astaga." Tasya memperingatkan.

Belum sempat Cindy menjawab, Tasya memegang lengan Cindy lalu dia melihat pergelangan tangan Cindy yang memar.

"Tangan lo kenapa?" tanya Tasya dengan raut wajah dingin tapi tersembunyi rasa khawatir.

"Baik-baik, kok."

Tasya tidak suka dibohongi, dia mendorong tubuh Cindy agar masuk ke kamarnya lagi.

"Jelasin. Sekarang." ucap Tasya penuh penekanan.

Cindy tercyduk, mau tidak mau dia harus menjelaskan pada Tasya.

Cindy duduk di bar tempatnya minum, dia sudah merasakan pusing karena meminum empat gelas wine.

"Air mineral, please." minta Cindy pada pemilik bar. (Eng)

Cindy meneguk habis air putih itu, karena sudah tidak kuat, akhirnya dia memutuskan untuk pulang. Namun, tiba-tiba seorang lelaki datang dan menarik lengan Cindy.

"Mau kemana, Sayang?" tanya lelaki itu dengan wajah mesumnya.

"Ergh." Cindy memberontak.

Nahas, semakin dia memberontak semakin kuat cengkeraman lelaki itu.

Dengan spontan, Cindy menendang keras tulang kering lelaki dihadapannya.

"OH SHIT!"

Cindy memanfaatkan situasi, dia langsung melepaskan lengannya dari cengkeraman lelaki itu. Setelah berhasil, Cindy melarikan diri keluar, lalu pulang dengan mobilnya.

"Gue kan bilang apa, jangan kesana lagi. Gak percayaan banget sih." Tasya memarahi gadis itu.

"Hm." Cindy hanya menjawab dengan deheman.

🐱

"Lang, gue sama Rama mau pulang!" Altara berteriak di ruang tamu.

"Pulang sana, lo pada dateng aja gak diundang, pulang juga kagak usah dianter!" Gilang balas dengan teriakan juga.

"Emang kita jelangkung apa!" Kini Rama yang berteriak.

Altara dan Rama langsung pergi dari rumah Gilang, dasar Gilang hobinya pacaran mulu, temannya sendiri diabaikan.

"Sampe ketemu hari Jumat." Altara melambaikan tangannya kepada Rama.

"Oke."

Altara melajukan motornya menuju komplek rumahnya, sesampainya di rumah dia langsung ke kamar. Ayah dan bundanya sedang tidak di rumah.

Altara menjatuhkan tubuhnya ke atas kasur, memejamkan matanya sekejap, lalu tangannya meraih ponsel di dalam tas.

Altara
Aca, lo udah di rumah?

Lima menit kemudian belum ada balasan dari si empunya. Akhirnya Altara menghubungi temannya.

Telp.

"Na?"

"Apa?"

"Tasya udah balik?

"Udah, ini gue di rumahnya."

"Gue kesana boleh gak?"

"Jangan, lagi ada sepupunya."

"Ya terus?"

"Sepupunya lagi sakit. Kayanya Tasya bakal nganter dia berobat. Lo diem aja di rumah, besok-besok baru boleh."

"Oke deh, tapi jagain Tasya, ya!"

"Bawel lo ah. Kayak bakal menghilang aja."

"Haha, lawak."

Tut

Altara memutuskan untuk mandi.

🐱

"Ganti baju, gue anter ke rumah sakit." Tasya memegang bahu Cindy agar berdiri.

Tasya keluar dari kamar Cindy, lalu turun ke dapur untuk minum. Setelah itu, dia kembali ke kamarnya dan bersiap.

Tasya melihat Anna yang asik bermain ponsel, entah sedang mengotak-atik apa.

"Lo tunggu disini, gue ke rumah sakit dulu," ucap Tasya namun tidak dihiraukan.

Tasya langsung mengganti pakaiannya dan menjemput Cindy.

Kini Tasya dan Cindy sudah berada di rumah sakit, lalu Tasya mengurus semuanya.

Setelah keluar dari rumah sakit, Cindy diberi salep oleh dokter, katanya untuk menghapus bekas memar. Hanya itu, Cindy tidak diberi apa-apa lagi selain salep. Dia lega karena tidak ada yang serius dengan luka Cindy.

Malam harinya, Cindy akan tidur bersama di kamar Tasya, dengan Anna juga tentunya.

Cindy melihat Anna tertawa di depan layar ponselnya, sepertinya Anna sedang bertukar pesan dengan seseorang.

"Coba gue liat." Tasya penasaran, masalahnya dari tadi ponsel Anna tidak henti-hentinya berdering.

"Gak ada, gak ada." Anna mengangkat ponselnya tinggi-tinggi.

Tanpa disadari, Cindy melihat nama Altara di ponsel sahabat Tasya itu.

"Ca?" Cindy berbisik pada Tasya.

"Apa?"

"Dia lagi chat-an sama Altara."

Cindy memberitahu apa yang dia lihat tadi, tapi Tasya mengabaikannya.

Gadis ini jangan sampe buat Tasya sakit hati, batinnya.

ALTARA [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang