45 - Tasya

138 5 0
                                    

Happy Reading💙
.
.
.

Bia terus-menerus mengganggu Tasya dengan Altara, dimulai dari Bia yang duduk diantara keduanya agar mereka tidak berdekatan, lalu tangan Bia yang tidak henti-hentinya merangkul lengan Altara, yang parahnya lagi Bia mengekori Altara kemanapun, sampai Altara ingin ke kamar mandi pun ditahan.

”A, kakak ini siapa?” tanya Shakila yang datang setelah berganti pakaian.

“Temen kelas Aa. Oh ya, Kila ajak main kakak ini ya, main kemana aja asal jangan disini,” pinta Altara.

Bia mengeluh dengan wajah memelas. “Gak mauuuu, aku maunya main sama kamu.”

Shakila merasa kebingungan.

“Ish.” Senggol Tarisa pada Bia.

Bia menoleh. “Apa?”

Tarisa menarik lengan Bia untuk berbisik. “Lo kalo mau deket sama Altara, deketin dulu keluarganya, salah satunya adiknya, kalo lo udah dapet hati adiknya, dengan mudah lo akan dapetin hati Altara, itu pun kalo lo berhasil.”

Bia berpikir ada benarnya juga, Bia kan jarang-jarang main ke rumah Altara, jadi lebih baik deketin keluarganya, kalo Altara kan di sekolah pun bisa dipepet terus.

“Ya udah, Shakila main sama Kak Tasya mau?”

“Eh gak, gue yang main sama adiknya, tadi kan Altara nyuruhnya gue. Ayo Shakila kita main.” Bia menggenggam jemari Shakila.

“Ayo, Kak. Kita main di taman belakang.” Shakila menuntun Bia ke belakang rumahnya, Tarisa dan Cece pun mengekori.

Kini tinggallah Altara berdua dengan Tasya, kasihan sekali Altara sedari tadi diganggu oleh Bia. Keduanya terdiam, bingung akan membahas apa, apalagi kejadian di sekolah tadi, habis sudah muka cantik Tasya tadi karena menangis.

“Jalan-jalan, yuk?” ajak Altara setelah hening beberapa saat.

“Kemana?”

“Kita ke taman komplek aja, ayo!”

Altara menarik lembut lengan Tasya, tapi Tasya menahannya.

“Bunda kan lagi masak, masa ditinggal? Kalo udah siap gimana?”

Altara tersenyum ketika mendengar Tasya memanggil Marisa dengan sebutan Bunda.

“Udah gak apa-apa, nanti kita pulang sebelum jam makan siang kok.”

Tasya mengangguk pelan.

Altara dan Tasya berjalan beriringan menuju taman komplek, tadi Altara sempat bilang taman komplek disana dekat dengan rumahnya, jadi mereka memutuskan untuk berjalan, supaya lebih lama juga berduaannya.

Di perjalanan menuju taman komplek, Tasya melihat ada penjual es krim, Tasya mendekati penjual es krim itu diikuti oleh Altara di belakangnya.

“Mau beli?” tanya Altara saat langkah Tasya terhenti sebelum sampai di depan penjual es krim.

Tasya berpikir. “Mau, tapi nanti aja pas pulang.”

Keduanya tiba di taman komplek setelah berjalan sekitar 10 menit, Altara membawa Tasya duduk di tepi danau.

Altara melempar kerikil ke dalam danau, satu per satu Altara lakukan hingga panggilan dari Tasya membuyarkan lamunannya.

“Kamu kenapa?”

Altara menatap lawan bicaranya dengan lembut. “Nggak kok.”

Tasya mengangguk.

Altara memposisikan duduknya menghadap ke danau, tatapannya ditujukan ke danau sana tanpa melihat Tasya.

ALTARA [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang