52 - Permintaan Maaf

128 4 0
                                    

Happy Reading💙

.

.

.

Ting tong

Seorang gadis berdiri di hadapan rumah Altara, dia membawa kotak nasi yang berisi makanan kesukaan Altara baru-baru ini, martabak telur buatan Cindy.

Cklek

"Didi?"

Cindy mengulurkan tangannya untuk mencium tangan wanita di depannya, wanita yang sudah dianggap ibu olehnya.

"Bunda, ini Didi bawain martabak telur buat makan malam Bunda dan keluarga. Em, sekaligus untuk permintaan maaf Didi ke Bunda dan Al," ucap Cindy sambil tersenyum tipis.

Marisa menerima kotak nasi pemberian Cindy. "Makasih, Di."

Cindy merasakan sorot amarah yang terpancar di balik kedua mata Marisa, dia sangat kecewa dengan dirinya sendiri karena telah membuat Marisa marah, padahal Marisa selalu memperlakukan dirinya seperti anak sendiri.

Tangan Cindy dilingkarkan ke tubuh Marisa, dia memeluk wanita itu. Marisa hanya diam dan tidak membalas pelukannya.

"Bunda, maafin Didi udah bikin Bunda marah. Didi emang bodoh banget, Bunda. Bunda udah baik banget sama Didi tapi Didi malah bikin Bunda kecewa. Didi gak tau diri banget ya, Bunda. Maafin Didi. Bunda jangan marah lagi sama Didi. Bunda gak boleh marah lagi. Didi takut nanti Bunda gak sayang lagi sama Didi. Didi gak akan ngelakuin hal itu lagi, Bunda. Bunda jangan marah," ucap Cindy dengan terisak, dia sangat takut jika Marisa akan menjauhkan dirinya dan tidak menyayanginya lagi.

Marisa menarik napasnya dalam-dalam, membuat Cindy semakin terisak dan memeluknya lebih erat.

"Bundaaaa jangan marahhhhh. Please, Bundaaaa."

Marisa mengusap pucuk kepala Cindy dengan lembut. "Cindy Veneriana."

"Hiks... Bunda jangan panggil nama panjang dong, Didi makin takut nih."

"Bunda marah sama kamu," ucap Marisa dengan tegas. "Bunda juga kecewa sama kamu karena kamu ngelanggar janji kamu sama Bunda. Bunda sangat kecewa."

Tangisan Cindy semakin kencang, air matanya turun lebih deras lagi. Dia memang bodoh karena sudah melukai hati sang bunda.

Marisa melepaskan pelukan Cindy, dia menghapus air mata gadis itu dengan lembut dan penuh kasih sayang.

"Kamu jangan nangis, kamu jangan takut. Bunda akan selalu jadi Bunda yang kamu kenal. Sebesar apa pun kekecewaan Bunda ke kamu, itu gak lebih dari rasa sayang Bunda ke kamu. Bunda selalu memaafkan kamu. Kamu itu anak Bunda, Bunda gak akan bisa marah dan kecewa sama kamu."

Air mata Cindy terus mengalir meskipun Marisa sudah memaafkannya, dia merasa sangat beruntung memiliki Marisa sebagai sesosok ibu yang menggantikan ibu kandungnya.

"Jangan nangis lagi dong, Sayang. Bunda udah maafin kamu," kata Marisa sambil terkekeh melihat Cindy yang masih menangis.

Cindy memegang tangan Marisa. "Bunda beneran kan maafin Didi?"

Marisa hanya mengangguk sambil tersenyum membuat Cindy ikut tersenyum.

"Makasih, Bundaaa. Didi sayang sama Bunda."

Tangan Marisa menggandeng lengan Cindy dengan lembut, lalu mengajaknya masuk ke dalam rumah.

Marisa membisikkan sesuatu di telinga Cindy. "Sama-sama, Didi. Bunda juga sayang kamu."

ALTARA [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang