48 - Second

153 5 0
                                    

Happy Reading💙
.
.
.

Shakila membuka matanya saat tidurnya terganggu, mata Shakila menangkap seorang gadis cantik yang tertidur sambil duduk dengan buku dongeng di tangannya.

Shakila melihat jam wekernya, pukul 06:20, Shakila menatap fokus pada es krim strawberry yang diyakini sudah mencair di atas nakasnya. Shakila berpikir apa semalam Cindy membacakan dongeng untuk dirinya? Padahal Shakila sudah tertidur saat itu.

Pandangan Shakila jatuh pada pipi kiri Cindy yang terlihat merah, sepertinya pipi Cindy memar tapi Shakila tidak tahu karena apa. Perlahan tangannya menyentuh pipi Cindy, Shakila merasakan pipi Cindy sedikit panas, pasti sangat sakit.

Seseorang membuka pintu kamar Shakila, berniat membangunkan gadis kecil itu. Senyumnya mengembang saat melihat Shakila sudah terbangun, seketika dahinya mengernyit melihat punggung seorang gadis yang dia kenali.

Shakila menyimpan telunjuk di bibir mungilnya, mengkode untuk seseorang itu berjalan hening.

“Aa jangan berisik,” ucap Shakila dengan berbisik.

Altara mendekati kedua orang itu, tepatnya Shakila, Altara menggendong Shakila menuju kamar mandi untuk membersihkan badannya.

“A, Kak Didi kenapa ada disini?” Shakila bertanya di sela-sela Altara mengeramas rambutnya.

Altara hanya mengidikkan kedua bahunya.

Shakila belum puas dengan pertanyaannya. “A, Kak Didi ken--“

Belum sempat Shakila menyelesaikan perkataannya, Altara sudah lebih dulu membuatnya untuk diam membuat Shakila langsung membungkam mulutnya.

Shakila masih memakai handuknya, dia langsung berlari keluar dari kamar meninggalkan Altara berdua dengan Cindy yang masih tidur. Shakila sekilas mendengar Altara mengucapkan sesuatu pada Cindy dengan nada pelan.

“Cih. Siapa yang kebo.”

Shakila menghampiri Marisa yang sedang menyiapkan sarapan, Marisa terkejut melihat Shakila hanya keluar memakai handuk. “Kila, pake dulu seragamnya.”

Shakila menggeleng. “Bunda, ini penting.”

Marisa pun ikut menggeleng. “Nanti kamu masuk angin, mana yang lebih penting?”

“Iiihhhh Bunda serius, pipi Kak Didi merah terus panas, kayaknya Kak Didi sakit, Bun.”

Marisa menghentikan kegiatannya lalu menatap Shakila yang sedang memasang muka serius. Marisa mengikuti Shakila menuju kamarnya.

Marisa memasuki kamar Shakila, Marisa terkejut begitu pula dengan Shakila. Pasalnya kedua pipi Cindy tengah dijepit oleh tangan Altara.

“ALTARA!” Marisa langsung melepaskan tangan Altara, terdengar suara ringisan dari mulut Cindy.

Altara menunduk saat melihat muka marah bercampur kecewa dari Marisa.

“Sayang, kamu gak apa-apa?” tanya Marisa sambil memegang pipi Cindy.

Cindy menggeleng, meyakinkan Marisa bahwa dia baik-baik saja.

Marisa memegang pipi kiri Cindy yang terlihat memar, Cindy meringis saat Marisa menekannya pelan.

“Aw...”

“Ini yang dibilang baik-baik aja? Pipi kamu memar gini.”

Cindy menunduk, menyembunyikan pipinya.

“Al, Bunda gak suka kamu kasar sama perempuan! Kamu gak liat Cindy lagi sakit gitu?”

Altara menatap Marisa lekat. “Maaf, Bunda.”

ALTARA [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang