68 - Surat Cinta

73 3 0
                                    

Happy Reading!✨

.

.

Pemakaman Tasya dihadiri oleh keluarga, kerabat dekat, wali kelas dan perwakilan kelasnya, juga QUEEN. Mereka semua mengucapkan belasungkawa kepada orang tua Tasya.

Selesai pemakaman, sebagian besar hadirin mulai meninggalkan tempat itu setelah mengucapkan belasungkawa, termasuk Rizal, Marisa, dan Shakila.

Heri menepuk pundak Altara yang sedari tadi berdiri di sampingnya membuat lelaki itu menoleh dengan tatapan sayu karena banyak menangis. Heri memberi sepucuk surat kepada Altara. Di depannya tertulis dari Tasya dan untuk Altara. Dia meremas surat tersebut dan menangis lagi.

Cindy memeluk Laras dan Heri bergantian untuk menyalurkan ketenangan, meskipun dia tau Tasya telah tiada karena kesalahan dia sendiri. "Om, Tante. Maafin Didi ya."

Laras hanya mengusap kepala Cindy sambil tersenyum, sementara Heri mengusap lengan Cindy dan memberitahu untuk tidak menyalahkan dirinya karena takdir tidak ada yang tau kecuali Allah SWT. Heri dan Laras pun pergi duluan.

"Ayo, Di. Kita pulang," ajak Alya dan Arga. Iya, orang tua Cindy menghadiri pemakaman Tasya juga.

Cindy melihat ke arah Altara. Di pemakaman, hanya tersisa mereka saja, teman-teman yang lain sudah pulang lebih dulu. Altara masih berdiri seraya melihat batu nisan milik kekasihnya. Dia menangis tanpa suara, hanya ada air mata yang terus mengalir.

"Ayo," sahut Cindy pada orang tuanya. Mereka meninggalkan Altara sendirian.

Saat itu juga, Altara langsung duduk di samping makam Tasya. Perlahan dia membuka surat yang tadi diberikan padanya. Altara membaca surat itu di dalam hatinya.

Dear, Altara

Halo pacar Aca yang paling ganteng seduniaa!
Aca harap Alta lagi nggak nangis baca surat Aca
Aca tau pasti berat banget buat Alta karena Aca ninggalin secepet ini, tanpa bilang apa-apa
Jujur Aca nggak mau liat Alta sedih apalagi nangis karena Aca
Alta janji ya jangan nangis?

Aca pengennya Alta hidup bahagia dengan Aca ataupun tanpa Aca
Yakin banget Alta pasti bisa lewatin ini semua
Alta itu orang yang hebat
Janji ya sama Aca, Alta nggak boleh berlarut dalam kesedihan
Masih banyak orang yang sayang sama Alta
Aca berdoa semoga Alta dapetin orang yang lebih baik dan Alta bisa hidup bahagia dengannya

Oh iya
Aca juga mau bilang makasih karena selalu ada di samping Aca, kapanpun dan dimanapun
Makasih karena Alta selalu nemenin Aca di rumah sakit
Makasih karena Alta udah bikin hidup Aca berwarna
Makasih karena udah baik sama Aca dan orang-orang yang Aca sayangi
Makasih karena udah nerima Cindy dengan baik
Last but not least, makasih karena Alta gak ninggalin Aca pas tau Aca penyakitan

Maafin Aca kalo belum jadi pacar yang baik
Maafin Aca udah ninggalin Alta
Maafin Aca karena pergi
Tapi Aca gak ninggalin Alta sendirian kok, ada banyak orang di sekitar Alta yang bisa nemenin Alta

Selamat tinggal, Alta
I Love You

Salam sayang,
Tasya.

Sudah dipastikan bahwa Altara menangis setelah membaca surat dari kekasihnya. Jujur saja dia sangat terpukul karena belum sempat mengucapkan salam perpisahan secara langsung. Dia sangat menyesali itu.

"Aca, Alta gak janji bisa hidup bahagia tanpa Aca. Maaf, maaf banget Alta nggak ada di waktu terakhir Aca. Maaf Alta nggak ngucapin salam perpisahan secara langsung. Aca jangan marah ya? Maafin Alta." Altara berbicara seorang diri sambil memeluk nisan kekasihnya. "Alta sayaangg banget sama Aca. Alta berdoa supaya Aca bahagia di sana. Jangan lupain Alta ya. I love you too, Aca."

.

.

Pukul 7 malam, Altara baru pulang. Dia memasuki rumahnya. Rizal, Marisa, dan Shakila sedang berada di ruang tamu. Mereka sudah berganti baju. Sedangkan Altara masih memakai baju hitam-hitamnya yang kotor karena tanah.

"Al pulang," ucap Altara hampir tidak terdengar.

Marisa langsung menghampiri Altara, dia memeluk Altara meskipun kotor. Di dekapannya, Altara menangis lagi, dan lagi-lagi tanpa suara.

Altara melepaskan pelukan Marisa setelah menghapus air matanya.

"Jangan lupa mandi terus tidur ya," ujar Marisa ketika Altara sudah berjalan ke kamarnya.

Altara berjalan ke kamar mandi di dalam ruangannya. Dia mengguyur tubuhnya di bawah shower tanpa membuka baju. Ditutupnya kedua mata Altara sambil memikirkan apa yang bisa dia lakukan tanpa Tasya.

Nihil. Altara tidak bisa apa-apa tanpa Tasya. Altara kehilangan orang yang sangat dia sayangi. Altara tidak akan bisa melihat orang itu lagi. Altara tidak bisa membayangkan apa yang akan terjadi ke depannya. Altara membutuhkan Tasya.

Seketika Altara meninju kaca di hadapannya hingga pecah. Tangannya lebih parah dari sebelumnya. Darah segar mengalir berbarengan dengan air yang juga mengalir dari shower. Namun, perasaan Altara yang ditinggalkan kekasihnya jauh lebih sakit daripada luka di tangannya. Altara tidak peduli jika dibilang budak cinta, karena memang kenyataannya begitu.

.

.

Di rumah Cindy.

Alya memasak banyak makanan untuk keluarganya, sementara Arga sedang mengurusi pekerjaannya di kamar.

Cindy sedari tadi diam di dapur seraya memperhatikan mamanya memasak. Pikirannya tidak bisa lepas dari Tasya. Cindy terlihat sangat murung, dia tidak banyak menangis. Kadang air matanya jatuh, tapi langsung diusap secara paksa. Dia masih merasa bersalah pada Tasya, padahal sangat jelas bahwa itu murni bukan kesalahannya.

Dipeluknya putri semata wayangnya itu oleh Alya. Diusap punggungnya. Diberi kekuatan olehnya. Hingga suara tangis Cindy terdengar di telinga Alya. Tidak lama, Cindy langsung menghentikan tangisannya.

"Kalo mau nangis, jangan ditahan, Sayang." Alya mencium pucuk kepala Cindy. "Makan dulu ya? Abis gitu kamu tidur."

Cindy hanya mengangguk. Dia memakan makanan yang telah dimasak mamanya sedikit demi sedikit. Setelah habis, Cindy pergi ke kamarnya dan tertidur selagi membaca isi chatting-an dengan Tasya kemarin-kemarin.

.

.

TO BE CONTINUED.

Halo, makasih yang udah baca cerita aku.
Kalo suka, boleh dikasih vote dan komentar yaa.
Tunggu part selanjutnya🦋🦋

ALTARA [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang