Pagi harinya, Tasya tiba-tiba demam, menggigil, dan sesak napas. Heri buru-buru memanggil dokter, sementara Laras menyelimuti Tasya. Altara dan Cindy hanya terdiam sambil merapalkan doa agar Tasya bisa segera baik-baik saja.
Dokter memberi obat antibiotik melalui infus. Setelah beberapa menit, Tasya mulai membaik. Tasya dibiarkan beristirahat.
"Pihak keluarga bisa ikut dengan saya?" tanya dokter.
"Bisa, Dok," balas Heri dan Laras. "Tolong jaga Tasya ya, Di."
Cindy mengangguk. Kemudian dia melihat Altara yang sedari tadi hanya diam. Cindy yakin Altara pasti sangat terkejut. Dia pun tidak percaya penyakit Tasya akan separah ini.
Tasya menyuruh keduanya mendekat, "Aca gapapa."
Altara menggenggam tangan Tasya yang sudah menghangat. Tasya hanya tersenyum, dia senang Altara tidak kabur setelah tahu penyakitnya.
"Kamu istirahat aja, simpen tenaga kamu ya." Altara memohon, raut wajahnya sedih.
"Please, jangan sedih," ujar Tasya sembari cemberut. "Aku jadi ngerasa bersalah bikin kamu sedih."
Altara menggeleng, dia tidak setuju dengan perkataan gadisnya itu. Altara justru yang merasa bersalah karena tidak bisa menjaga Tasya dengan baik.
Cindy mengusap tangan Tasya yang satunya lagi, "Lo gak salah kok. Jangan mikirin macem-macem ya."
"Iya, Di. Doain semoga gue sembuh ya biar bisa main sama kalian."
"Kita semua selalu doain lo supaya sehat lagi," ucap Cindy dengan suara tercekat, menahan sedih.
"Maafin Aca ya. Maaf kalo Aca punya banyak salah sama kalian berdua." Tasya tersenyum setelahnya.
.
.
Di ruangan dokter.
"Mohon maaf sebelumnya, Bapak dan Ibu, karena saya akan memberitahu berita buruk," ucap dokter yang menangani Tasya tadi. "Jadi, gejala yang dirasakan Nn. Tasya tadi disebabkan adanya bakteri yang menginfeksi tubuhnya. Gejala ini merupakan gejala pneumonia, dimana adanya penyakit pada paru-paru Nn. Tasya akibat bakteri sehingga menimbulkan peradangan pada aveolinya. Oleh sebab itu saya berikan antibiotik."
Laras sudah menangis di pelukan Heri ketika mendengar hal itu.
"Namun, antibiotik tidak akan bertahan lama dalam memerangi bakteri. Ditambah lagi Nn. Tasya memiliki leukemia, sehingga kemungkinan besar Nn. Tasya mengalami komplikasi..." sang dokter menggantungkan perkataannya, "Dan kemungkinan terburuknya Nn. Tasya akan meninggal."
Suara tangisan Laras semakin kencang, Heri mengusap punggung istrinya itu.
"Tolong selamatkan anak saya, Dokter," ucap Laras sembari terisak.
"Akan saya maksimalkan, Bu."
.
.
Anna, Mela, Gilang, dan Rama sampai ke rumah sakit satu jam setelah Tasya istirahat.
Semua teman-teman Tasya sudah diberitahu mengenai penyakit baru yang Tasya alami. Hal itu jelas membuat semuanya syok, bahkan Anna dan Mela menangis. Tasya adalah sahabat baik mereka berdua. Jelas berita itu membuat mereka sangat sedih.
Tasya sudah selesai makan siang, disuapi oleh Laras. Meskipun Tasya hanya anak sambung, tapi Laras sangat menyayanginya seperti anak kandungnya sendiri.
"Om titip Tasya ya, mau beli makan dulu," ujar Heri dan diangguki oleh semuanya.
"Tasyaaa." Anna dan Mella memeluk Tasya berbarengan membuat Tasya sedikit oleng.
KAMU SEDANG MEMBACA
ALTARA [END]
Novela Juvenilcw // harsh words Lelaki bernama Altara Syafi jatuh cinta pada pandangan pertama dengan adik kelasnya di sekolah. Dia adalah Tasya Veneria. "Would you be my girlfriend?" -Altara Dan tanpa diduga, ada gadis cantik yang pindah ke samping rumahnya. Hal...