Happy Reading!✨
.
.
Jam 6 pagi Cindy sudah memakai seragam dengan rapi, dia turun ke dapur untuk sarapan bersama Mang Jey dan Bi Inem. Cindy sudah bertekad akan membantu Altara, sesuai dengan pesan Tasya juga untuk menjaganya. Oleh sebab itu Cindy mati-matian bangun pagi dengan 30 alarm yang sudah dipasangnya tiap menit, dari jam 5 pagi.
Selesai sarapan, Cindy berpamitan, "Didi pamit ya. Oh iya Didi mau bilang kalo Mamang gak perlu anter jemput Didi sekolah dulu ya dari hari ini sampai seminggu ke depan. Didi mau bareng sama Al dulu. Mamang istirahat aja yang banyak, hehe."
"Siap, makasih, Neng. Hati-hati."
Cindy berjalan menuju rumah Altara. Pas Cindy baru bangun sih kamar Altara masih gelap, kayaknya sekarang udah nyala karena terlihat terang. Cindy mengetuk pintu rumah Altara dan langsung masuk ketika tidak ada jawaban, padahal ada bel tetapi dia sudah merasa itu rumahnya juga, toh ayah dan bundanya Altara tidak mempermasalahkan itu.
"Pagi, Bunda," sapa Cindy ketika melihat Marisa sedang membuat sarapan di dapur. "Lagi bikin sarapan apa, Bun?"
Marisa menoleh ke arah Cindy, "Pagi juga, Cantik. Ini Bunda cuma bikin sandwich aja, lagi males masak."
"Wah enak tuh, Bun. Mau Didi bantuin gak?" Sejujurnya Cindy ingin satu, tapi dia sudah sarapan dan tidak enak juga meminta jika tidak ditawari.
"Nggak perlu, bentar lagi juga selesai," balas Marisa. "Mau ya?"
Cindy menggaruk tengkuknya yang tidak gatal, "Hehe, tapi Didi udah sarapan, Bun. Nggak usah deh."
"Ya udah kalo gitu nanti Bunda bekalin aja buat kamu."
"AAH, makasih, Bundaaa! Bunda emang the best deh." Cindy mencium kedua pipi Marisa, membuat sang empunya kewalahan. "Didi mau ke kamar Al boleh?"
Marisa mengangguk, "Boleh dong, sekalian liatin udah bangun apa belum."
.
.
Cindy memasuki kamar bernuansa biru tua itu dan hal yang akan selalu jadi pandangan pertamanya adalah foto-foto masa kecil Altara. Cindy tidak melihat Altara di tempat tidur, itu artinya Altara sudah bangun dan sedang mandi. Jadi, tanpa berlama-lama lagi, Cindy menyalakan ponselnya dan membuka room chat dengan Rama untuk melihat jadwal pelajaran Altara. Iya, semalam Cindy meminta jadwal pelajaran pada lelaki itu. Hanya sebatas itu.
"Fisika, Biologi, PKn, Bahasa Indonesia, Matematika. Oke." Cindy bermonolog seraya mematikan lagi ponselnya. Dia mengambil tas yang biasa Altara pakai lalu mengeluarkan buku yang kemarin dan memasukkan buku pelajaran hari ini. "Done."
Cindy menyimpan tas Altara di dekat nakas. Seketika Cindy baru sadar kalau kasur Altara sangat berantakan. Komik, HP, earphone, dan beberapa kertas berserakan di atas kasur lelaki itu. Selama Altara belum keluar dari kamar mandi, dia membereskan semuanya dengan cepat. Supaya lebih enak dilihat juga.
Selesai membereskan kasur, ada satu hal yang menarik perhatian Cindy. Kertas di atas kasur Altara itu ternyata surat dari Tasya, dia melihat dari tulisan di depannya. Ada getaran di dalam dirinya untuk membuka surat itu. Tapi dia mengurungkan niatnya. Itu privasi orang lain. Jadi Cindy memilih untuk keluar dari kamar itu sebelum diomeli pemiliknya.
KAMU SEDANG MEMBACA
ALTARA [END]
Fiksi Remajacw // harsh words Lelaki bernama Altara Syafi jatuh cinta pada pandangan pertama dengan adik kelasnya di sekolah. Dia adalah Tasya Veneria. "Would you be my girlfriend?" -Altara Dan tanpa diduga, ada gadis cantik yang pindah ke samping rumahnya. Hal...