46 - Rencana Queen

123 6 0
                                    

Happy Reading💙
.
.
.

“Ibuuuuuuuuuuuu!”

Panggilan itulah yang saat ini terdengar di telinga Cindy. Cindy hanya tersenyum melihat Zaki yang berpelukan dengan Ibunya. Ngomong-ngomong tadi Cindy sudah kenalan dengan anak laki-laki itu.

“Makasih udah nganter aku, Kak Cindy, Kak Cece.”

“Terima kasih, Nak.”

Cindy dan Cece tersenyum, hanya mereka berdua yang mengantar, kedua temannya yang lain menunggu di mobil. Keduanya pamit pulang setelah sebelumnya diajak masuk tapi menolak karena ada urusan.

Kini keempat cewek itu sudah berada di kamar Bia. Cece dan Tarisa langsung merebahkan dirinya di kasur, Cindy hanya duduk di sofa yang tersedia di kamar Bia.

“Cindy, masakin gue makanan dong, laper,” pinta Bia sambil mengambil handuk.

Cindy mengernyit. “Lah, kok gue?”

Bia berdecak malas. “Lo kan jago masak, tadi aja lo yang bantuin Bunda gue kan.”

Cindy menahan dirinya untuk muntah, Bunda siapa tadi Bia bilang? Apa Cindy salah dengar? Ngarep banget.

“Ce, mending lo bantuin Cindy daripada rebahan di kasur gue.”

“Ck, iya, Kak.”

Cece bangkit dari rebahannya yang sudah sangat nyaman, lalu mengajak Cindy untuk ke dapur.

Cindy melihat Cece yang sedang mengaduk telur, mereka berniat memasak nasi goreng kesukaan Bia, Cece yang memberi tahu.

“Engh, lo kok manggil Bia kakak sih?”

Beberapa menit, Cindy tidak mendapat jawaban dari lawan bicaranya ini.

“HEH!” teriak Cindy pada Cece.

“Eh, lo ngomong sama gue?”

Cindy melihat muka polos dan lugu Cece, Cindy merasa bingung kenapa cewek selugu Cece bisa masuk ke geng Bia, kasihan Cece.

“Gak jadi,” Cindy kesal, malas bertanya dua kali, harus irit ngomong, nanti capek.

“Hahahah.”

Cindy mengernyitkan dahinya saat mendengar suara tawa Cece, kesurupan kali ya nih bocah.

“Bia itu kakak sepupu gue, kalo di rumah gue manggilnya kadang kakak kadang Bia.”

“Ohhh,” Cindy hanya ber-oh ria, tidak tahu harus membalas apa.

“Lo masuk Queen karna Bia?”

Cece mengangguk. “Iya, gue deket sama Bia dari kecil, jadi gue suka ngikutin dia kalo kemana-mana.”

Cindy mendengarkan.

“Sebenernya Bia baik orangnya, cuma ya karna dia anak semata wayang dan dia suka dimanja sama bokap nyokapnya makanya dia itu egois dan apa-apa harus sesuai sama keinginan dia. Kayak gini aja, dia bakal ngehalalin segala cara untuk dapet apa yang dia mau, Kak Altara misalnya.”

Cindy mengangguk. “Tarisa?”

“Kak Tarisa itu temen deketnya Bia, kadang Kak Tarisa bisa pinter kadang bisa lemot. Kak Tarisa juga baik, dia ngikut Bia karna emang dia cuma punya Bia yang selalu nemenin dia gitu.”

Cindy hanya mengangguk paham dengan penjelasan Cece.

Suara langkah kaki terdengar mendekat ke arah dapur, keduanya langsung terdiam.

“Lo ngomongin gue, ya?” tanya Bia saat melihat keduanya diam.

“Ck,” Cindy berdecak, meskipun di dalam hatinya membenarkan.

ALTARA [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang